Catatan Popular

Selasa, 24 Mei 2011

MEMAHAMI TAUHID (6) : ALLAH BERSIFAT WUJUD ERTINYA ADA


Allah Bersifat WUjud, ertinya Ada, mustahil Allah SWT tidak ada. Alam semesta raya ini dan segenap isinya sudah cukup sebagai bukti keberadaan Allah SWT. Keberadaan alam semesta raya ini beserta segenap isinya tidak mungkin secara akal tercipta dengan sendirinya. Pembuktian dari dalil-dalil yang ada terhadap suatu perbuatan atas sesuatu yang diciptakan sekaligus merupakan jejak yang meninggalkan bekas. Sesungguhnya pada jejak yang tidak membekas atau meninggalkan bekas adalah suatu kemustahilan. Adanya jejak-jejak manusia yang tertinggal merupakan pembuktian adanya orang yang berlalu-lalang.
Sehingga dengan keindahan dan keteraturan alam yang bergerak dan beredar sesuai dengan jalurnya masing-masing dan tidak berbenturan antara satu dengan lainnya, sudah cukup bagi orang yang berakal sebagai bukti sifat keindahan dan ketelitian pencipta keindahan dan keteraturan tersebut, sehingga memperdebatkan keberadaan Allah sebagai Tuhan SWT pencipta seluruh alam ini merupakan suatu hal yang sudah bukan pada tempatnya lagi terutama pada era kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang sangat pesat saat ini.
Pada kajian sebelumnya telah disampaikan bahwa kata “ Allah “ adalah nama Zat yang kepada-Nya tertuju sekalian sembah dalam artian tidak ada tuhan selain Allah SWT yang berhak untuk disembah. Sesembahan manusia selain dari pada Allah SWT adalah palsu karena selain Allah SWT tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya Allah SWT yang berkehendak dan menghendaki, dengan hanya mengatakan “ jadi “ ( Kun ) maka jadilah sesuatu itu.
Dalam Kajian Hakikat Tauhid kali ini kita akan membahas kajian secara lebih terang tentang hakikat keberadaan Allah SWT dalam ritual penyembahan makhluk terhadap Sang Khalik, baik dalam ritual ibadah wajib yang sudah ditetapkan oleh agama atau pun dalam ritual ibadah sunah sebagai bukti kecintaan dan ketaatan seorang hamba terhadap penciptanya.
Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa dalam ritual penyembahan terhadap Allah SWT sebagai Tuhan berbeda dengan ritual penyembahan yang dilakukan oleh manusia dalam ritual penyembahan berhala atau patung dan benda-benda pada zaman jahiliyah sebelum Islam diturunkan.
Dalam ritual penyembahan berhala atau patung secara sederhana dapat digambarkan bahwa manusia dalam satu sisi dari suatu tempat tertentu menyembah dan atau memohon kepada berhala atau patung yang dipertuhankan yang juga berada pada suatu tempat tertentu. Ajaran Islam menyatakan bahwa hakikat dari ritual ini dengan sebutan ritual syirik karena ( salah satu sebabnya ) adanya proses penyetaraan antara makhluk dengan Tuhan. Penyetaraan itu sekurang-kurangnya terdapat pada “ tempat “ antara manusia sebagai penyembah dan Tuhan yang digambarkan melalui berhala atau patung yang disembah. Keduanya sama-sama menempati dan berada pada suatu tempat.
Sehingga apabila dalam hakikat ritual ibadah penyembahan kita terhadap Allah SWT memakrifati dan atau menyatakan dan atau menzahirkan dan atau memposisikan dan atau memahami bahwa Tuhan itu berada di hadapan kita sebagai tujuan dari proses penyembahan, maka ritual peribadatan itu akan sama saja dengan ritual ibadah syirik yang dilakukan kaum jahiliyah sebelum ajaran Islam diturunkan.
Apabila sujud kepada Allah SWT dalam ritual ibadah shalat ataupun dalam penyampaian doa dengan keyakinan bahwa Allah SWT berada di depan atau di hadapan kita termasuk memposisikan Allah SWT pada suatu tempat yang lebih tinggi dari kita seperti memahami dan meyakini bahwa Allah SWT itu berada di langit atau lain sebagainya, hukumnya adalah syirik karena menyamakan diri kita dengan Tuhan yaitu sama-sama mempunyai tempat dan sama-sama berada disuatu tempat pada saat itu.
Pemahaman hakikat keberadaan Tuhan dalam ajaran agama Islam sebagai agama tauhid terakhir yang bersendikan kepada Al-Quran dan Hadist memahami bahwa keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan tidak bisa disetarakan dengan sesuatu pun jua telah dengan tegas menyatakan kosep pemahaman tersebut.
“ Tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia “ ( QS : 112 : al-Ikhlas : Ayat : 04 ) “
Pengertian dan pemahaman bahwa Allah SWT bersifat Ujud yang berarti Ada dan mustahil Allah SWT itu Tidak Ada, adalah sifat dari Zat yang telah memperkenalkan dirinya dengan nama “ Allah “. Sebagai sifat.
Ujud atau Ada adalah sifat yang utama bagi Tuhan. Tanpa sifat Ujud ini, maka sifat-sifat yang lain pada Tuhan akan menjadi batal karenanya. Seluruh sifat yang dimiliki Allah SWT adalah sifat yang sempurna yang tidak dimiliki oleh selain Allah SWT, sehingga ketika kita menyatakan bahwa diri kita ada, maka ketika itu Allah SWT menjadi tidak ada dan ketika kita menyatakan bahwa Allah SWT itu ada, maka ketika itu diri kita menjadi tidak ada. Ketika hanya Allah SWT yang ada, maka yang berlaku hanyalah kehendak Allah SWT semata.
Itulah tauhid yang lurus lagi benar, yang barang siapa bersandar dan berpegang teguh kepadanya, insya Allah akan terbebas dan selamat dari dari tipu daya nafsu dunia dan syetan. Dunia ini hanyalah fatamorgana palsu dan penuh dengan tipuan yang menyesatkan. Beruntunglah orang-orang yang telah diberi hidayah yang ikhlas memurnikan aqidahnya dari kesyirikan
Demikian, semoga kajian yang singkat mengenai sifat Allah yang bernama Ujud ini bisa menambah wawasan dan bahan kajian dalam diskusi di majelis masing-masing.
Dan perlu diingat, jangan pernah mencoba mendiskusikan tentang Kajian Hakikat Tauhid tentang Zat dan Sifat Allah tanpa didampingi oleh sorang guru atau mursyid yang akan membantu meluruskan pemahaman yang timbul apabila iblis menyususupkan kedalam hati kita pemahaman-pemahaman yang akan menggiring hati menuju kesyirikan yang dosanya tidak akan pernah diampuni Allah. Terakhir, jangan lupa, mohon sampaikan salam dan penghormatan kami sekeluarga kepada para guru yang mulia dan mohon titipkan doa kepada Allah SWT semoga Rahmat dan Hidayah-Nya selalu menaungi kami dunia dan akhirat.

1 ulasan:

Tanpa Nama berkata...

kepada penulis..semoga dalam rahmat Allah yang bekekalan