PASAL Dalil yang menunjukkan diperolehnya manfaat pada orang mati dari sesuatu yang bukan merupakan perbuatan si orang mati yang bersangkutan terdapat di dalam al-Quran, sunah, ijmak, dan kaidah syariat.
Dalil tentang hal itu yang berasal dari al-Quran adalah firman Allah swt.,
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. al-Hasyr [59]: 10)
Dalam ayat tersebut Allah swt. memuji istighfar permohonan ampun yang mereka panjatkan demi orang-orang mukmin yang sebelum mereka. Dengan demikian, Allah telah menunjukkan akan adanya manfaat yang didapat oleh “orang-orang mukmin sebelum mereka” dari istigfar permohonan ampunan yang dipanjatkan oleh orang-orang yang masih hidup.
Mungkin saja dapat dikatakan bahwa sebenarnya orang-orang sebelum mereka itu dapat peroleh manfaat dari istigfar yang dipanjatkan oleh mereka yang masih hidup karena mereka (orang-orang terdahulu) itu telah membuat sunah kebiasaan, berupa keimanan yang kemudian diikuti oleh generasi berikutnya karena mereka (generasi terdahulu) memang hidup sebelum mereka (generasi berikutnya). Ketika mereka (generasi berikutnya) mengikuti mereka (generasi terdahulu) pada sunah kebiasaan itu, mereka (generasi berikutnya) menjadi seperti sebab diraihnya segala kebaikan untuk mereka (generasi terdahulu). Akan tetapi. yang juga menjadi dalil akan diraihnya manfaat oleh orang mati melalui doa orang hidup merupakan kesepakatan umat Islam yang selaju mendoakan orang mati dalam pelaksanaan shalat Jenazah.
Dalam as-Sunan telah disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah ra. yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian shalat atas mayat, ikhlaskanlah doa kalian untuknya.
Dalam Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis dari ‘Auf bin Malik yang menyatakan, “Rasulullah saw. melaksanakan shalat atas jenazah dan aku hafal doa beliau,
“Wahai Allah ampunilah dia, afiatkanlah dia, maafkanlah dia, muliakanlah tempatnya, lapangkanlah tempat masuknya, basuhlah dia dengan air, salju dan embun. Bersihkanlah dia dari dosa-dosa seperti dibersihkannya kain putih dari noda. Berilah ganti untuknya rumah yang lebih baik daripada rumahnya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya, pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Masukkanlah dia ke dalam surga. Lindungilah dia dari azab kubur dan dari azab neraka.”
Dalam as-Sunan disebutkan sebuah riwayat dari Watsilah bin Asqa yang berkata. Rasulullah saw. shalat atas seorang lelaki muslim dan kudengar beliau berujar, “Wahai Allah sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggungan-Mu dan kedekatanmu, maka lindungilah dia dari fitnah kubur dan siksa neraka. Engkau adalah pemilik penepatan Janji dan kebenaran. Ampunilah dia dan kasihilah dia. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Doa-doa semacam ini banyak ditemukan dalam hadis-hadis. Bahkan doa itulah yang menjadi tujuan pelaksanaan shalat mayat. Begitu Pula halnya dengan doa untuk mayat setelah penguburan dilakukan.
Dalam as-Sunan disebutkan sebuah hadis dari ‘Utsman bin ‘Affan ra. yang berkata. Setiap kali Rasulullah saw. selesai menguburkan maya. beliau pun berdiri di atasnya lalu berucap, “Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian dan mohonkanlah keteguhan untuknya karena sesungguhnya sekarang dia sedang ditanyai.”
Demikian pula halnya dengan doa untuk orang-orang mati saat qj. lakukannya ziarah kubur. Seperti yang termaktub dalam Sahih Muslim berupa hadis-hadis dari Buraidah bin Hushaib, dia berkata, “Rasulullah saw. mengabari mereka jika mereka keluar menuju pekuburan agar me. reka mengucapkan,
“Salam atas kalian wahai penghuni kuburan dari kalangan mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami insyaallah akan bertemu dengan kalian. Kami memohon afiat kepada Allah untuk kami dan kalian.” Dalam Sahih Muslim dikatakan, Bahwa Aisyah ra. pernah bertanya kepada Rasulullah saw. apakah bacaan yang dirapalkannya jika dia ingin memohonkan ampunan untuk ahli kubur. Rasulullah saw. lalu menjawab, “Ucapkanlah,
“Salam atas penghuni kuburan dari kalangan mukminin dan muslimin. Allah merahmati orang-orang yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan. Sesungguhnya kami insyaallah akan bertemu dengan kalian.’”
Dalam Sahih Muslim juga diriwayatkan sebuah hadis juga dari Aisyah ra. yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. pernah keluar pada malam yang menjadi jatah Aisyah ra. di penghujung malam menuju Baqi’. Beliau lalu berucap,
“Salam atas kalian tempat orang-orang mukmin. Telah datang kepada kalian apa-apa yang kalian dijanjikan besok dengan tunda. Sesungguhnya kami insyaallah akan bertemu dengan kalian. Wahai Allah ampunilah penghuni Baqi’ Gharqad.”
Doa Rasulullah saw. bagi orang-orang yang sudah mati yang berbentuk praktik dan dalam bentuk pengajaran, sebagaimana doa yang dilakukan para sahabat, tabiin dan seluruh kaum muslimin dari generasi ke generasi terlalu banyak untuk dapat disebutkan dan terlalu dikenal luas untuk diingkari.
Ada dalil yang menyatakan bahwa suatu ketika Allah swt. meninggikan derajat seorang hamba-Nya di surga lalu si hamba itu bertanya, “Bagaimana mungkin aku dapat memperoleh semua ini?” Allah menjawab, “Karena doa anakmu untukmu.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan