Catatan Popular

Memaparkan catatan dengan label Warkah-Warkah Rabbani. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Warkah-Warkah Rabbani. Papar semua catatan

Sabtu, 7 November 2015

WARKAH – WARKAH RABBANI : Rabbani 02 Pensucian Diri



1.  Pensucian Diri adalah Jalan yang harus dilalui
"Dan diri serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada diri itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya". QS. Asy-Syams(91):7-10
                                     
"Sudahkah sampai kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Thuwa:”Pergilah kamu kepada fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, dan katakanlah (kepada fir’aun):”Adakah keinginan bagimu untuk mensucikan diri (dari kesesatan) dan kamu akan kupimpin kejalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya".
QS. An-Naazi’aat(79):15-19
  • Proses pensucian diri adalah jalan yang harus dilalui agar kita selalu terpimpin di jalan Allah, sehingga manusia akan senantiasa takut hanya kepada Allah. Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu puncak konsekuensi dari pernyataan Tauhid kita kepada Allah, yang merupakan salah satu ciri dari orang-orang yang bertaqwa, sebagaimana Allah nyatakan dalam ayat di bawah ini:
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang takut akan (azab) Tuhan mereka, sedang mereka tidak melihat-Nya, dan mereka merasa takut akan (tibanya) hari kiamat".
QS. Al-Anbiyaa’(21):48-49


2.  Kesucian Diri adalah Kurnia dan Rahmat Allah
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya suci. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun".
QS. An-Nisaa’(4):49

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan Rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu suci (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
QS. An-Nuur(24):21

"Kesucian diri merupakan Kurnia dan Rahmat Allah. Sehingga proses pensucian diri kita haruslah sesuai dengan tuntunan Allah, jika tidak sesuai dengan tuntunan Allah maka proses pensucian diri yang kita lakukan hanyalah langkah-langkah syaitan yang telah memperdayakan kita".
  • Maka hanya ada satu jalan (thoriqoh) pensucian diri yang benar, yaitu pensucian diri sesuai dengan tuntunan Allah.

3.  Operasional Pensucian Diri
"Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri (dengan beriman), dan dia Ingat Tuhannya (Dzikir), lalu dia sholat".
QS. Al-A’laa(87):14-15

"Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosa itu tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka mendirikan sholat. Dan barangsiapa yang mensucikan dirinya, sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah kembali(mu)".
QS. Faathir(35):18

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo’alah untuk mereka, sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
QS. At-Taubah(9):103

"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling taqwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk mensucikannya".
QS. Al-Lail(92):18

"Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat".
QS. Shaad(38):46

"(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha luas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu, maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa".
QS. An-Najm(53):32

"Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) syurga ‘Adn yang mengalir sungai-sungai dibawahnya, mereka kekal didalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang suci (dari kekafiran dan kemaksiatan)".
QS. Thaahaa(20):75-76

"Dan rasa kasih sayang yang mendalam dari sisi Kami dan kesucian (dari dosa). Dan ia adalah seorang yang bertaqwa, dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka".
QS. Maryam(19):13-14

Proses pensucian diri adalah proses menuju Taqwa, yang secara praktis dilakukan melalui:
  • Sholat, Dzikr, Do’a, Ingat Akhirat, Menjauhi Dosa-dosa Besar dan Perbuatan Keji, Takut Azab Allah, Tidak Durhaka Terhadap Allah, yang merupakan implementasi hubungan manusia dengan Allah
  • Zakat, Infak, Shodaqoh, Akhlak Mulia, Tidak Sombong (mendustakan kebenaran dan menghina manusia), Berbakti pada Kedua OrangTua, Sabar, Amanah, yang merupakan implementasi  hubungan sesama manusia.
  • Secara Umum merupakan implementasi dari kesungguhan Iman dan Amal Shaleh yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Proses pensucian diri inilah yang merupakan bentuk Kebaktian, Keimanan, dan Ketaqwaan yang benar, sebagaimana Allah telah berfirman:

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa".
QS. Al-Baqarah(2):177

"Kamu sekali-kali tidak akan mencapai kebaktian (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya".
QS. Ali’Imran(3):92


4.Tujuan Pensucian Diri
"Hai Jiwa yang Tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam syurga-Ku".
QS. Al Fajr(89):27-30

"Yaitu di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang suci (qolbun salim), dan (dihari itu) didekatkanlah syurga kepada orang-orang yang bertaqwa".
QS. Asy-Syu’araa’(26):88-90
Lihat juga: QS. Ash-Shaffaat(37):84

Jiwa yang tenang (nafsul’muthma’innah), hati yang suci (qolbun salim) merupakan ciri orang yang bertaqwa yang diperoleh dari proses pensucian diri. Dan ketaqwaan inilah tujuan yang harus kita usahakan untuk diperoleh, karena ketaqwaan adalah ukuran kemuliaan manusia disisi Allah.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".
QS. Al-Hujuraat(49):13

Jiwa yang tenang dan Hati yang suci sebagai wujud nyata dari ketaqwaan seseorang merupakan kondisi yang harus diusahakan sebagai dasar untuk melakukan proses Hidup Rabbani berikutnya. Sehingga dengan kondisi ini, Al-Qur’an dan As-Sunnah dapat diterima secara murni dan benar, serta mampu diimplementasikan dalam kehidupan, baik kehidupan individu, keluarga, masyarakat, negara, dan dunia.

Komponen-1 Sistem Hidup Rabbani, yaitu membaca ayat-ayat Allah lebih diprioritaskan untuk mengkondisikan akal, pikiran, rasio, logika, atau apapun istilahnya, yang berkaitan dengan daya nalar manusia, bahwa Alam Semesta beserta isinya benar-benar diciptakan Allah dan Al-Qur’an benar-benar datang dari Allah Yang Maha Pencipta. Sedangkan Komponen-2 Sistem Hidup Rabbani, yaitu Pensucian Diri lebih diprioritaskan untuk mempersiapkan diri dalam rangka menerima dan melaksanakan  Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup.

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (Muhammad) hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya”. QS. An-Nisaa’(4):65

Khamis, 5 November 2015

WARKAH–WARKAH RABBANI : Rabbani 01 Membaca Ayat-ayat Allah



1.  Kuncinya Baca Tulis

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar manusia dengan perantaraan kalam.Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". QS. Al-‘Alaq(96):1-5

Baca tulis merupakan langkah awal untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui, dan proses pengajaran yang bersumber dari tuntunan Allah sebagaimana dicontohkan Muhammad Rasulullah adalah metode pengajaran yang terbaik yang harus dilakukan oleh manusia-manusia yang benar-benar jujur mengakui Allah sebagai Tuhannya.


'2.  Al-Qur’an Sebagai Pedoman

"Ini (Al-Qur’an) adalah sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan (meneliti) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal (Ulul Albab)". QS. Shaa’d(38):29

Hanya orang-orang yang berakal (Ulul Albab) yang akan mampu meneliti ayat-ayat Allah, serta hanya merekalah yang akan mampu memperoleh pelajaran yang berharga dari apa-apa yang ditelitinya.


3.  Alam Semesta Beserta Isinya Sebagai Penguat

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) Kami disegenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu". QS. Fushshilat(41):53

Lihat juga: QS. Adz-Dzaariyaat(51):20-21; QS.Yusuf(12):105

Allah telah menginformasikan kepada kita bahwa alam semesta beserta isinya, termasuk yang ada pada diri manusia telah tertulis di dalam Al-Qur’an.  Dan Allah menantang kepada kita untuk melakukan penelitian tentang kebenaran apa-apa yang tertulis dalam Al-Qur’an untuk diteliti dan dibandingkan dengan apa-apa yang ada di alam semesta ini.  Siapkah kita menerima tantangan ini?. Kita harus siap melakukan penelitian agar pernyataan kita bahwa Allah adalah Rabbal’alamin bukan hanya sekedar ucapan bohong, tapi ucapan itu benar-benar merupakan hasil dari olah pikir dan penelitian kita bahwa Al-Qur’an itu benar datang dari Yang Menciptakan Alam Semesta ini.


4.  Landasan Operasional

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang berakal (Ulul Albab),
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan (meneliti) tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zholim seorang penolongpun”
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat kebajikan”
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”. QS. Ali ‘Imran(3):190-194

Ayat ini mengajak kita untuk meneliti alam semesta dalam berbagai keadaan, sehingga hasil-hasil penelitian yang kita peroleh dapat meningkatkan keimanan dan keyakinan kita tentang adanya suatu tempat yang hina (neraka), yang tidak ada sesuatupun yang mampu terhindar dari jilatan api-nya selain Allah yang menciptakan neraka itu sendiri. Bukankah kita tahu bahwa matahari terdiri dari partikel-partikel panas yang dahsyat? Bukankan kita tahu bahwa matahari memiliki magnet (daya tarik) yang kuat, yang mampu menarik apa-apa yang ada disekelilingnya? Bagaimana kalau kita masuk kedalamnya? … Naudzubillah min dzalika.
Hanya dengan pertolongan dan perlindungan Allah, kita akan mampu terhindar dari neraka.  Dan oleh karena itu proses penelitian terhadap alam semesta ini harus senantiasa diiringi dengan Dzikrullah dan menghasilkan nilai-nilai Kebajikan, sehingga kita dapat mengakhiri hidup didunia ini dalam keadaan banyak berbuat Kebajikan, banyak memberi manfaat baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sebaik-baik diantara kalian adalah yang paling banyak berbuat Kebajikan.


5.  Spesifikasi Penelitian

Contoh Pertama:
"Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang yang meminumnya". QS. An-Nahl(16):66-72

Menurut kaidah ilmu pengetahuan zaman sekarang, sebenarnya air susu itu mengalami dua kali proses pembersihan. Yaitu proses penjernihan dari kotoran setelah terjadi proses pencernaan dan turun dalam bentuk cairan ke dalam usus. Kalori yang ada dalam bahan makanan terus mengalir bersama darah dan meninggalkan kotoran di usus. Materi yang tercampur dalam darah, sebagian membentuk satu materi yang hidup, dan sebagian lain menjernihkan materi yang kemudian menjadi air susu, sehingga ia sudah siap untuk diminum.
Jadi menurut ilmu pengetahuan, pada awal mulanya air susu itu dijernihkan dari kotoran dan terlepas dari unsur darah. Hakekat ilmiah yang disebutkan Al-Qur’an ini, tentang proses keluarnya air susu dari antara tahi atau kotoran dan darah, belum banyak diketahui manusia. Bahkan hampir tak seorangpun yang bisa menggambarkannya, apalagi membuat ketentuan sampai sedetail ini. Setelah hakekat ini diketahui, tak seorangpun yang menyanggahnya, karena memang ia merupakan ketentuan wahyu dari Allah dalam Al-Qur’an.

Contoh Kedua:
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman".QS. Al-An’aam(6):125

Sejak ditemukan jenis kendaraan udara, seperti: kapal terbang maupun balon udara, kita dapat mengetahui satu realitas alami. Bahwa semakin tinggi membumbung ke atas, akan terasa kekurangan oksigen dan udara yang terbatas. Orang yang menanjak ke arah atas akan merasakan nafasnya semakin sesak.
Al-Qur’an juga menerangkan bahwa barangsiapa yang mendaki ke langit akan merasakan sesak nafas. Maka penerbang yang biasa menjelajahi udara dalam ketinggian hingga puncak, biasa menggunakan tabung oksigen sebagai pembantu pernafasan untuk mengatasi masalah diatas.
Ayat di atas tidak menggunakan istilah mendaki gunung, tetapi mendaki langit. Jazirah Arab merupakan tanah datar dan padang pasir yang membentang luas. Di sana tidak ada gunung yang tinggi, sehingga tentunya penduduk di sana akan mengalami kesukaran dalam menggambarkan mendaki gunung. Padahal orang mendaki gunung tidak sesak nafasnya. Jadi, Maha Suci Allah yang telah menurunkan Wahyu-Nya dengan istilah-istilah yang sangat tepat.

Contoh Ketiga:
"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah".QS. Adz-Dzaariyaat(51):49

"Maha Suci Allah yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui".
QS. Yaasiin(36):36

Dalam kaidah bahasa Arab, kata-kata kull (setiap, segala, masing-masing) apabila disisipkan ke kata ma’rifat (dihetahui), maka bagian-bagiannya lebih menyeluruh. Dan apabila disisipkan ke nakirah (tidak ada ketentuan), maka personilnya akan menyeluruh. Pada ayat pertama, kata-kata kull disisipkan pada nakirah, sehingga seluruh bagiannya menjadi menyeluruh.
Hakekat menakjubkan ini, menguak kaidah kebendaan dunia, bahkan seluruh alam. Sebab redaksi yang dipakai tentang kaidah berpasang-pasangan, tidak terbatas pada benda-benda hidup saja. Tetapi kata-kata syai’ juga mencakup sesuatu yang bukan hidup. Redaksi dalam ayat pertama menerangkan bahwa segala sesuatu, seperti benda-benda hidup merupakan makhluk yang mendasarkan pada berpasang-pasangan. Kalau kita mengembalikan ingatan pada saat manusia mengetahui hakekat ini pada lima belas abad yang lampau, bahwa fenomena berpasangan ini mencakup segala sesuatu, maka kita dihadapkan pada hakekat alam yang menakjubkan yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Sampai-sampai terjadinya alam ini kembali kepada atom. Atom ini terbentuk dari pasangan elektron positif dan negatif”.

Contoh Keempat:
"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya". QS. Al-Hijr(15):22

"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan ke luar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang di kehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan".
QS. An-Nuur(24):43

Awan tebal yang akan menurunkan hujan, mempunyai pengaruh kekuatan listrik. Gumpalan awan yang manapun juga, bisa memiliki kekuatan listrik positif, dan yang lain negatif, Dan angin menjadi sarana yang mempertemukan gumpalan-gumpalan awan sehingga membentuk hujan. Inilah yang dimaksud dalam teks ayat yang menyebutkan sifat angin yang mengawinkan.
Proses perkawinan disini maksudnya antara uap air, atau antara awan dengan awan. Memang ada persamaan antara pertemuan kekuatan listrik dengan perkawinan tumbuh-tumbuhan. Penyatuan dua sel saat terjadi perkawinan dalam tumbuh-tumbuhan yang kemudian membentuk satu sel, memang tidak sedetail dua sel yang asli. Begitu pula saat penyatuan awan dengan awan, yang dapat menimbulkan kilat, petir, dan hujan. Turunnya hujan karena terlepas dari pengaruh kekuatan listrik pada awan.
Ayat Al-Hijr di atas merupakan salah satu fenomena keagungan Al-Qur’an. Sebab perkawinan awan dan pengaruhnya yang dapat menurunkan hujan, merupakan masalah yang belum banyak diketahui manusia kecuali setelah adanya kemajuan ilmu pengetahuan. Keagungan Al-Qur’an ini lebih bertambah lagi dengan adanya ayat dari surat An-Nuur: “Kemudian Allah mengumpulkan antara bagian-bagiannya”.
Penyatuan antara awan yang manapun juga, merupakan isyarat yang jelas dan mendetail, sehingga beberapa kelompok awan yang berbeda kekuatan listriknya menjadi bergumpal-gumpal, dan selanjutnya menimbulkan kilat, petir, dan hujan atau hawa dingin. Apabila antara awan-awan ini membentuk gumpalan yang lebih banyak dan berlapis-lapis, maka hujan pun akan turun dalam bentuk butiran-butiran air yang berasal dari uap air. Apabila kekuatan listrik di antara awan itu menimbulkan gelombang, maka muncullah fenomena yang menakjubkan berupa kristal-kristal air yang membentuk es di bagian atas dan air hujan di bagian bawah. Di saat lapisan es ini semakin tebal, maka beratnya pun bertambah pula, lalu jatuh ke atas bumi. Manusia tidak banyak mengetahui faktor yang membentuk gumpalan es, tapi minimal mereka tahu bahwa hal itu disebabkan oleh gelombang udara yang besar. Gelombang ini telah disinggung Al-Qur’an dalam dua isyarat:
  • Awan berlapis-lapis dan membentuk gumpalan-gumpalan es yang di dalamnya menyerupai gunung. Awan yang terlihat seperti gunung ini akan terlihat oleh orang yang naik kapal terbang, di kala kapal terbang itu melaju di atas awan atau di antara awan itu.
  • Adanya kekuatan listrik yang terbentuk di antara gumpalan awan itu, berupa kilat yang sangat kuat.

Contoh Kelima:
"Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?".  Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari saja, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung".  Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui". QS. Al-Mu'minuun(23):112-114

 "Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu dengan bilangan (satu persatu)". QS. Al-Jin(72):28

"Sesungguhnya Allah telah menetukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti". QS.Maryam(19):94

"maka janganlah kamu tergesa-gesa memintakan siksa terhadap mereka, karena sesungguhnya Kami hanya menghitung datangnya (hari kiamat) untuk mereka dengan perhitungan yang teliti". QS.Maryam(19):84

Sudah diketahui bahwa angka romawi sebagai warisan dari orang-orang nashrani dan yahudi, tidak mampu melakukan proses perhitungan secara sistematis.  Dengan datangnya Islam, perhitungan matematis dilakukan dengan menggunakan angka-angka arab, sehingga Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (Ahli Matematik, Aljabar, Algebra) melakukan pengamatan langsung terhadap Al-Qur'an dan Hadits untuk memformulasikan Ilmu Matematika, dari mulai Teori Kejadian sampai Analisis Pengambilan Keputusan, dan sekarang sudah terbukti kehandalannya.  Beliau juga yang pertama kali menyampaikan Teori Algoritma yang menjadi landasan bagi Teknologi Perangkat Lunak (Algoritma Pemrogrraman), yang sekarang semakin berkembang dan banyak dirasakan manfaatnya.

Dan masih banyak contoh-contoh lain yang dapat kita amati dan teliti. Maka salah satu ciri manusia Rabbani adalah memiliki Ilmu dan Keahlian di bidang tertentu dan mampu melakukan studi banding antara informasi yang terdapat dalam Al-Qur’an dengan Fenomena yang terdapat di Alam Semesta ini.


"Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al-Qur’an ketika Al-Qur’an itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah Kitab Yang Mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji". QS. Fushshilat(41):41-42