Catatan Popular

Memaparkan catatan dengan label Himpunan Kisah Orang Bertaqwa. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Himpunan Kisah Orang Bertaqwa. Papar semua catatan

Sabtu, 18 Disember 2021

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : KAKINYA PINCANG YANG MENGHANTARKANNYA KE SYURGA

Tokoh dari Bani Salamah ini memiliki empat orang putra yang semua pemuda pemuda gagah berani yang selalu siap siaga dalam setiap menyambut seruan jihad dari Rasulullah SAW. ia merasa kecewa karena cacat kaki yang menjadikan..

Tokoh dari Bani Salamah ini memiliki empat orang putra yang semua pemuda pemuda gagah berani yang selalu siap siaga dalam setiap menyambut seruan jihad dari Rasulullah SAW. ia merasa kecewa karena cacat kaki yang menjadikan ia pincang menjadikan ia gagal meraih kemulian sebagai ahlul Badar. Ia tidak bisa ikut perang Badar karena tidak lolos seleksi dari Rasulullah SAW. Beliau SAW memberi rukhsoh kepada mereka yang cacat untuk tidak ikut berangkat perang dan bisa digantikan oleh anggota keluarga lain seperti anak laki laki yang cukup umur atau budak laki laki yang bisa mengangkat senjata atau membawa perbekalan perang. Padahal ia telah menyiapakan segala sesuatunya dengan matang untuk bisa melengkapi tiga ratus tiga belas orang lainnya menuju medan Badar, tapi apa mau dikata Rasulullah SAW dengan tegas melarang ia untuk keluar Madinah. Dan ia harus taat kepada Rasulullah SAW. sebagai gantinya maka anak anaknya adalah pemuda pemuda yang menyumbang andil besar bagi kemenangan kaum muslimin di Badar. Orang tua yang pincang itu adalah Amr bin Jamuh r.a

 

Lain Badar lain pula dengan Uhud. Semenjak tidak ikut dalam peperangan Badar. Kesedihan selalu menghinggapi Amr bin Jamuh, ia telah bertekad untuk meraih syahid di medan jihad. Ia akan merayu Rasulullah SAW dengan segala cara dan upaya untuk diijinkan ikut berperang bila telah tiba seruan itu.

 

Kini telah tiba berhembus aroma syurga dari Uhud dan seruan berperangpun telah disampaikan kepada kaum muslimin. Amr bin Jamuh r.a lalu pergi menemui Nabi saw memohon kepadanya agar diijinkan turut berperang, ia berkata "Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi berperang bersama anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga"·

Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya ijin untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Kemudian mari kita dengar doanya yang sangat masyhur sebagi salah satu ahli syahid medan Uhud, ia berdoa "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!"

 

Allah telah mengatur setiap urusan manusia. Demikian juga dengan dua pasukan yang telah saling berhadapan di bawah bukit Uhud. Perang berkecamuk dengan sengit. Teriknya matahari makin menambah peluh dan kelelahan diantara dua pasukan. Pasukan kaum muslimin terus mendesak mundur pasukan Quraisy sebelum akhirnya mereka dibuat terkejut oleh pasukan berkuda Khalid bin Walid yang waktu itu belum masuk Islam berhasil menguasai Bukit Uhud yaitu tempat paling strategis untuk menyerang musuh dengan anak panah. Pasukan kaum muslimin kehilangan ritme perjuangan sehingga bisa didesak mundur.

 

Hal itu tidak membuat Amr bin Jamuh bersama keempat putranya menyusut keberaniannya, mereka maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik.

 

 

 

Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk pikuk itu Amr melompat , dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah merrgharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan mengawalnya masuk syurga

 

Memang ia telah memohon kepada Allah agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah SWT pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali untuk berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia.

 

Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat menghantarkannya ke tempat paling indah yang selama ini ia impikan. Pukulan itu begitu keras hingga ia tidak bisa bangun lagi dan melanjutkan perjuangan karena ia kini akan melanjutkan perjalanan menuju syurga.

 

 

 

Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan para syuhada mereka, Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muslimin tentang apa yang mesti dilakukan terhadap jasad Amr bin jamuh " Perhatikanlah, kuburkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr bin Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan saling berkasih sayang"

 

Demikian indah kehidupan Amr bin Jamuh. Dengan kaki pincang itu ia telah meraih puncak kenikmatan di taman taman syurga..pasti anda semua tertarik kan??

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : JAGUH YANG TERTEWAS

Orang yang selalu berbangga dengan kelebihan dan kebolehan dirinya mudah lupa diri. la akan berasa dirinya lebih daripada orang lain. Hingga terlupa kelebihan dan kebolehannya itu tidak kekal, bahkan masih boleh diatasi oleh orang lain.


Demikianlah yang berlaku kepada Amar bin Abdu Wud, seorang jaguh bermain pedang di kalangan tentera berpedang pasukan kafir Quraisy Makkah. Kehebatan, keberanian serta kelincahannya tidak ada tandingan. Apabila berlakunya pertemuan satu lawan satu setiap kali sebelum bermulanya peperangan, Amar akan menawarkan dirinya untuk menentang siapa sahaja.

Kali terakhir Amar tampil sebagai pahlawan pedang terhandal ialah sebelum tercetusnya Perang Khandak. Walaupun tentera Muslimin berkubu di kawasan strategik yang dikelilingi parit yang luas dan panjang, tetapi akhirnya Amar berjaya juga melepasi parit tersebut. Dia menemui kawasan parit yang agak sempit dan mampu melepasinya dengan lompatan kuda. Dalam jarak yang tidak begitu jauh dari kelompok tentera Muslimin, Amar menjerit dengan sombongnya mencabar pihak tentera Muslimin. Cabaran yang lantang dan penuh kesombongan itu ingin disambut oleh Sayidina Ali.

Beliau memohon kebenaran Rasulullah tetapi tidak dibenarkan. Amar bukan sebarangan orang. Dari segi ketangkasannya serta kematangan usia, Sayidina Ali bukan tandingannya. Begitu pendapat Rasulullah.

Apabila laungannya tidak disambut, Amar terus melaung dan melaung tiga kali. Sayidina Ali memohon kebenaran Rasulullah. Beliau mahu menghapuskan kesombongan Amar.

Rasulullah memahami kegelisahan dan rasa hati sepupunya itu. Memandangkan hanya Sayidina Ali sahaja yang bersedia berdepan dengan jaguh Quraisy yang angkuh itu, Rasulullah pun membenarkannya. Baginda memakaikan serbannya di kepala Sayidina Ali. Sepanjang perlawanan, kehebatan Amar bin Abdu Wud memang nampak jelas. Tidak mudah untuk Sayidina Ali mengatasinya. Tubuhnya yang tinggi, tegap dan sasa memberi kemudahan bagi Amar bergerak dan bertindak dengan pantas. Amar tidak langsung memberi peluang lawannya bertindak.

Memang benar dia bukan sebarang pahlawan. Kelincahannya berjaya mengguris bahagian tangan Sayidina Ali. Serangan yang berterusan memaksa Sayidina Ali sekadar mampu bertahan.

Hinggalah pada sedikit kesempatan yang terluang, Sayidina Ali membuat tindakan pantas. Hayunan pedang yang kencang mengenai sasaran. Kepala Amar terbelah menjadi dua. Dan berakhirlah hayat pahlawan berpedang Quraisy yang angkuh dan sombong itu. Walaupun sebelum perlawanan Amar meletakkan Sayidina Ali setaraf dengan anak-anaknya, namun tidak bermakna yang kecil tidak mampu mengatasi yang besar dan lebih dewasa daripadanya.

Sehebat mana pun seseorang itu, tetap masih ada yang lebih hebat daripadanya. Dan kehebatan makhluk sangat terbatas. Kehebatan Allah Yang Maha Hebat adalah mutlak.

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : ITULAH YANG MEMBUATKU MENANGIS

Suatu ketika, Abu Bakar r.a. duduk berbicara kepada para sahabat Nabi Muhammad saw. dengan penuh kewibawaan dan ketawadhuan. Setelah beberapa waktu, Abu Bakar meminta air minum kepada budaknya.

 

Suatu ketika, Abu Bakar r.a. duduk berbicara kepada para sahabat Nabi Muhammad saw. dengan penuh kewibawaan dan ketawadhuan. Setelah beberapa waktu, Abu Bakar meminta air minum kepada budaknya.

Budak itu menghilang sebentar, kemudian kembali dengan membawa kendi. Ia berikan kendi itu kepada Abu Bakar r.a. untuk diminum. Maka Abu Bakar r.a. memegang kendi itu dengan kedua tangannya. Ia angkat kendi itu ke arah mulutnya untuk menghilangkan kehausan yang la rasakan. Akan tetapi, ia dapati kendi itu berisi madu yang bercampur dengan air, bukannya madu murni. Maka ia urungkan niatnya untuk minum lalu ia letakkan kembali kendi itu.

 

Kemudian ia arahkan pandangannya kepada budaknya dan bertanya, "Wahai budak, apa ini?"

Budak itu menjawab dengan terbata-bata, "Ini adalah madu yang bercampur dengan air."

Abu Bakar r.a. menggeleng-gelengkan kepalanya dan terus memandangi kendi itu. Tidak lama kemudian, ada butir-butir air mata yang berjatuhan dari matanya. Dadanya bergerak turun naik. Pertama-tama, ia mengeluarkan suara gemetar, kemudian perlahan naik menjadi sesenggukan, dan akhirnya menjadi suara rintihan.

 

Orang-orang yang berada di situ maju untuk memeluk dan menggoyang-goyangkan badan Abu Bakar r.a. lalu bertanya, "Wahai Abu Bakar, wahai khalifah Rasulullah saw.

 

apa yang membuat engkau menangis? Demi bapak dan ibuku mengapa kamu sampai merintih?"

Akan tetapi Abu Bakar r.a. tetap terus menangis, sehingga menjadikan orang-orang yang berada di sekitarnya ikut menangis. Setelah itu tangisan mereka terhenti, akan tetapi ia tetap menangis. Dan manakala tangisannya terlihat mulai mereda, mereka mendekatinya untuk bertanya kepada walau air matanya masih terlihat menggantung di mata- nya,"Wahai Abu Bakar, wahai khalifah Rasulullah saw.. Apa sebab tangisanmu ini? Apa yang membuat kamu sampai merintih?"

 

Sambil menghapus air matanya dengan ujung baju dan menarik napasnya yang sesenggukan, Abu Bakar menjawab, "Aku pernah berada di sisi Nabi Muhammad saw. ketika ia tengah mengalami sakit yang mengakibatkan kematiannya. Dan aku saksikan ia mendorong dengan kedua tangannya sesuatu yang tidak dapat aku lihat. Dan dengan suara yang lemah dan lelah ia (Nabi saw.) berkata. "Menjauhlah kamu dari ku menjauhlah kamu dari ku... "

 

Aku pandangi Rasulullah saw. dan aku lihat tidak ada apa-apa, maka aku berkata, "Wahai Rasulullah, aku lihat kamu mendorong sesuatu padahal aku tidak melihat apa-apa di hadapan kamu."

 

Rasulullah saw. menarik napas, kemudian menghadap ke arahku dan berkata,"Yang tadi aku lihat adalah dunia dengan segala isinya, maka aku katakan kepadanya, menjauhlah kamu dari ku... menjauhlah kamu dari ku... Maka dia membungkuk ke arahku sembari berkata, jika kamu terlepas dariku, maka setelah kamu, tidak akan ada orangyang selamat dariku.

 

Abu Bakar r.a. menggeleng-gelengkan kepalanya dengan penuh kedukaan dan berkata dengan suara yang sedih, "Oleh karena itu wahai manusia, aku takut jika dunia telah dapat mengejarku dengan madu yang bercampur dengan air ini. Itulah yang membuat aku menangis."

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : IMBALAN BAGI ORANG YANG TEGUH IMANNYA

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ra, telah terjadi peperangan antara orang Islam dan orang Rum, sehingga banyak tentara Islam yang ditawan oleh tentara Rum.

 

Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab ra, telah terjadi peperangan antara orang Islam dan orang Rum, sehingga banyak tentara Islam yang ditawan oleh tentara Rum. Salah satu tentara Rum memberi tahu rajanya bahwa di antara pasukan Islam itu ada seseorang yang kuat dan tegas. Maka raja Rum memerintahkan agar orang tersebut dibawa ke hadapannya. Di depan raja pun dipasang rantai pembatas, sehingga tak seorang pun bisa mendekati sang raja kecuali dengan membungkuk. Ketika orang Islam itu tahu bahwa untuk menemui raja harus melewati rantai tersebut yang berarti ia harus membungkuk, maka ia menolak menemui raja. Ia berkata, "Aku malu pada Nabi Muhammad Saw, kalau harus masuk menemui orang kafir dengan membungkuk bagaikan orang yang sedang ruku`."

 

Kemudian raja memerintahkan agar rantai tersebut dilepas sehingga prajurit Islam tersebut bisa masuk. Ketika prajurit Islam tadi sudah masuk, maka bicaralah sang raja dengan panjang lebar. Akhirnya raja berkata kepada prajurit Islam tadi, "Masuklah kamu ke dalam agama kami, niscaya aku akan meletakkan cincinku ke tanganmu, dan aku akan memberikan kekuasaan tanah Rum ini kepadamu, sehingga kamu bisa melakukan apa saja yang kau sukai."

 

Berapa besar negeri Rum di banding dunia ini?" tanya prajurit Islam.

"Sepertiga atau sekitar seperempatnya," jawab raja.

Prajurit Islam berkata, "Andaikan seluruh dunia dikuasai oleh orang Rum dan penuh emas, intan, dan lainnya, kemudian kamu memberikannya padaku sebagai pengganti mendengarkan adzan sehari, niscaya aku tidak akan menerimanya."

 

Raja bertanya, "Apa itu adzan?"

"Adzan adalah kesaksianku bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya," jawab prajurit.

Sang raja berkata, "Kecintaan kepada Muhammad Saw telah tertanam kuat dalam hati orang ini, maka tidak mungkin baginya untuk kembali saat ini."

 

Kemudian sang raja menyuruh agar diletakkan kuali besar berisi air di atas api. Raja berkata, "Apabila airnya telah mendidih, lemparkan ia ke dalamnya."

 

Benarlah, ketika air tersebut telah mendidih dan prajurit Islam tadi akan di lemparkan ke dalamnya, maka ia membaca BismillaahirrahmaanirrahUm. Ketika ia dimasukkan ke dalam kuali dari satu arah, ternyata dengan kuasa Allah, ia muncul pada sisi yang lain dalam keadaan masih hidup. Sehingga heranlah sang raja dengan keadaannya. Kemudian sang raja memerintahkan agar prajurit Isalm tersebut dipenjarakan di tempat yang gelap dan tidak diberi makanan dan minuman yang halal. Prajurit tadi diberi makan daging babi dan arak selama empat puluh hari. Setelah empat puluh hari, dibukalah pintu penjaranya. Maka tahulah sang raja bahwa apa yang diberikan itu tidak dimakan sama sekali.

 

Raja bertanya, "Mengapa tidak kamu makan, padahal ini diperbolehkan dalam agama Muhammad ketika terpaksa?"

 

"Jikalau aku memakannya, kamu akan bergembira, sementara aku ingin membuatmu marah," jawab prajurit.

"Jika kamu tidak mau makan daging babi itu, sujudlah padaku, dan aku akan melepaskanmu dan teman-temanmu!" kata sang raja.

 

Prajurit menyahut, "Sesungguhnya sujud di dalam agama Muhammad tidak di perbolehkan kecuali hanya kepada Allah."

 

"Kalau begitu, ciumlah tanganku, maka aku akan melepaskan kamu dan teman-temanmu!" kata sang raja.

Prajurit menjawab, "Sesungguhnya hal itu tidak diperbolehkan kecuali terhadap orang tua, pemimpin yang adil, atau guru."

 

Raja berkata lagi, "Kalau begitu ciumlah keningku."

"Aku akan melakukanya, tetapi dengan satu syarat,` jawab prajurit.

"Lakukan apa yang kamu inginkan!" kata raja.

 

Maka prajurit Islam tadi menempelkan ujung lengan gamisnya pada kening sang raja, lalu ia menciumnya dengan niat mencium lengan bajunya, bukan kening raja.

 

Sesuai janjinya, maka sang raja membebaskan prajurit tersebut juga seluruh tawanan muslim lainnya, dan raja memberinya harta benda yang banyak. Setelah itu, prajurit tersebut menulis surat kepada Umar ra (menyampaikan kejadian dirinya dengan sang raja). Lalu Umar ra berkata, "Seandainya orang ini (raja Rum) berada di negeri kita dan memeluk agama kita, niscaya kita akan melihat kehebatan ibadahnya."

 

Ketika prajurit beserta rombongannya telah tiba di hadapan Umar ra, maka Umar berpesan kepadanya, "Janganlah kamu miliki sendiri harta tersebut, tetapi bagikanlah kepada penduduk Madinah, kota Rasulullah Saw!"

Maka prajurit pun melaksanakan pesan tersebut.

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : IMAN YANG MENAKJUBKAN

Suatu hari ketika orang-orang kafir berkumpul di rumah Abu Jahal, tiba-tiba datang Tariq Ash Shaidilani. Ia berkata, "alangkah mudahnya membunuh Muhammad jika kalian setuju denganku." "Bagaimana caranya, wahai Tariq?"

 

Suatu hari ketika orang-orang kafir berkumpul di rumah Abu Jahal, tiba-tiba datang Tariq Ash Shaidilani. Ia berkata, "alangkah mudahnya membunuh Muhammad jika kalian setuju denganku."

"Bagaimana caranya, wahai Tariq?"

 

Tariq menjawab, "sesungguhnya saat ini Muhammad sedang duduk bersandar di dinding Ka’bah. Seandainya salah satu di antara kita pergi ke sana, dan menjatuhinya dengan batu yang besar dari atas Ka’bah, pasti ia akan mati seketika." Maka salah seorang di antara mereka yang bernama Shihab berdiri. "Seandainya kalian mengizinkanku, sungguh aku akan membunuhnya."

 

Setelah orang-orang yang hadir di tempat itu setuju, Shihab segera menuju Ka’bah.

Sesampainya di Ka’bah, Tariq naik sambil membawa batu besar. Kemudian dijatuhkannya batu itu, tepat ke arah Rasulullah saw. yang sedang duduk bersandar di bawahnya. Namun, tiba-tiba keluar salah satu batu dari dinding Ka’bah untuk menahan batu besar yang seolah jatuh melayang dari udara itu. Rasulullah segera berdiri dari duduknya dan menghindar. Tak lama berselang, batu besar itu jatuh menimpa tanah. Kemudian batu dari dinding Ka’bah yang tadi keluar kembali ke tempatnya seperti sedia kala.

 

Shihab yang berada di atas Ka’bah terheran-heran melihat kejadian itu. Setelah bergegas turun untuk menemui Rasulullah, ia menyatakan masuk Islam.

Tariq pun akhirnya juga masuk Islam setelah melihat mu’jizat tersebut. Berikut pula orang-orang yang bersamanya, yang juga menyaksikan mu’jizat tersebut.

 

Muhammad bin abu Bakar bertutur; "Iman kepada Nabi saw. yang sangat menakjubkan ialah, imannya orang akhir zaman. Karena mereka beriman meski tidak menyaksikan sendiri mu’jizat Rasulullah saw.."

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah saw. bersabda; "Tahukah kalian, orang yang imannya paling menakjubkan?"

 

Para Sahabat menjawab, "para malaikat, ya Rasulullah!"

Rasulullah saw. berkata, "bagaimana mereka tidak beriman, sedangkan Malaikat Jibril turun membawa wahyu kepada mereka?"

Para Sahabat menjawab lagi, "iman para Sahabatmu, wahai Rasul."

 

Rasulullah berkata, "bagaimana para Sahabat tidak beriman, sedangkan mereka melihat mu’jizat dariku dan aku juga memberitahukan kepada mereka apa yang diturunkan padaku?"

Kemudian Rasulullah bersabda; "Orang yang imannya paling menakjubkan adalah iman orang-orang yang datang (ada) sesudah (wafat) aku. Mereka beriman dan membenarkanku meskipun tidak hidup di jamanku dan tidak melihatku. Mereka itulah saudara-saudaraku

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : IBLIS DAN LA HAULA

Dalam perjalanan menuju istana, mereka berpapasan dengan seseorang yang memikul rumput untuk ternaknya. Namun, rumput itu terlalu banyak dan memberatkannya sehingga ia pun berjalan dengan sempoyongan. Ke kiri dan ke kanan.

Dikisahkan bahwa suatu ketika Khalifah Al-Makmun mengutus pengawalnya untuk menangkap dan menyita lima ratus dirham dari seorang Nasrani, Setibanya di kediaman Nasrani, pengawal pun membawanya menghadap khalifah.

 

Dalam perjalanan menuju istana, mereka berpapasan dengan seseorang yang memikul rumput untuk ternaknya. Namun, rumput itu terlalu banyak dan memberatkannya sehingga ia pun berjalan dengan sempoyongan. Ke kiri dan ke kanan. Melihat pemandangan itu, si Nasrani spontan mengucapkan La haula wala quwwata ila billah dengan mantap dan penuh keyakinan.

 

Pengawai khalifah pun terheran-heran dan ia bertanya, “Kau begitu memuliakan kalimat itu, tapi mengapa engkau tidak masuk Islam?"

 

Nasrani pun menjawab, “Kalimat itu aku dengar dari malaikat.”

 

Maka, kagumlah pengawal khalifah mendengar jawaban si Nasrani. Sesampainya di istana, pengawal pun bercerita tentang apa yang ia dengar dari mulut si Nasrani tadi kepada khalifah. Kemudian khalifah pun bertanya, “Bagaimana kau bisa mendengar kalimat itu dari malaikat?”

 

Si Nasrani pun menjawab seraya bercerita, “Dulu aku memiliki paman yang kaya raya dan seorang putri tiri yang cantik jelita. Maka aku pun bermaksud meminangnya. Akan tetapi, pamanku menolak pinanganku dan menikahkan anaknya dengan orang lain. Namun, pada malam pernikahannya, suaminya meninggal. Kemudian, aku mencoba lagi untuk meminangnya. Tapi, tetap saja aku ditolak, dan pamanku menikahkannya dengan orang lain lagi. Namun, pada malam pernikahannya, suaminya juga menemui ajal seperti suami pertamanya. Begitulah sampai tiga kali berturut-turut, pamanku menolak pinanganku, dan menikahkan putrinya dengan laki-laki lain yang mati di malam pengantin. Hingga akhirnya aku meminangnya untuk yang keempat kalinya, dan aku pun diterima.

 

Selain kebahagiaan, aku juga memendam tanda tanya perihal kematian mantan suami istriku. Maka aku pun siap dengan segala yang terjadi. Pada malam pengantin, ketika aku akan mencumbunya, datanglah iblis dan berkata, ’Dengan siapa kau bercinta malam ini?’ Aku pun menjawab, ’Dengan istriku.’ Iblis lantas berkata, Apa kau tidak tahu atas apa yang aku lakukan terhadap mantan suaminya? Aku menginginkan agar kau meniduri istrimu pada siang hari dan kau berikan istrimu padaku di malam hari.

 

Jika kau tidak setuju maka aku akan membunuhmu seperti suaminya sebelum kamu.’ Aku pun mengiyakan permintaan iblis itu sehingga aku selamat dari kematian. Setiap hari aku pun memberikan giliran malamku kepada iblis, hingga datanglah pada kami suatu malam di mana iblis datang padaku dan berkata, ’Ini adalah malam giliranku meniduri istrimu. Tapi, malam ini aku akan ke langit mencuri berita dari para malaikat. Dan mungkin kau berminat ikut denganku?’ Aku pun mengiyakannya.

 

Lalu, iblis mengubah wujudnya menjadi seekor onta dan memerintahkanku menungganginya. Aku pun naik ke punggungnya dan memegang kendali dengan kuat. Iblis kemudian terbang layaknya burung menembus kegelapan. Namun, ketika kami sampai pada ketinggian, aku dengar suara malaikat melafalkan La haula wa la quwwata illa billah, dan tiba-tiba iblis terperanjat kaget dan jatuh ke tanah seperti bangkai dan aku tepat di dekatnya. Sejenak kemudian ia sadar dan memerintahkanku untuk memejamkan mataku.

 

Begitu aku membuka mata, aku telah tiba di pintu rumahku. Sejak itu aku berpikir dan menemukan bahwa ucapan malaikat itu adalah kelemahan iblis. Selang sehari tibalah giliran iblis atas istriku. Maka, sebelum kedatangannya, aku memerintahkan istriku untuk menutup seluruh lubang di rumahku. Ketika iblis datang dan masuk, aku membacakan La haula wa la quwwata illa billah dari celah pintu. Seketika, aku pun mendengar kegaduhan dari dalam rumahku, dan aku terus membacanya hingga tiga kali.

 

Lalu, istriku memanggilku dan menyuruhku masuk dan menceritakan segala yang terjadi di dalam rumah yang menimpa iblis. Ia pun berkata, ’Ketika kau membacanya untuk pertama kali, iblis kebingungan mencari lubang untuk keluar. Ketika kau membacanya untuk yang kedua kali, api turun dari langit lalu melilitnya. Dan ketika kau membacanya untuk yang ketiga kali, api itu membakarnya dan jadilah ia abu.’ Sungguh Allah telah menyelamatkan kami dari iblis terlaknat.”

 

Setelah mendengar kisah orang Nasrani tersebut, khalifah pun melepaskannya dan mengembalikan dirham sitaannya. []

 

Hikmah: Doo dan zikir adalah senjata kaum mukmin, di dunia ini tidak hanya materi yang nyata tapi ada hal gaib yang perlu kita yakini. Kekuatan-kekuatan itu tidak tampak, namun ada dan nyata.

 

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA : DZUN NURAIN

Utsman bin Affan adalah salah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Sejak kecil, dia telah mendapat pendidikan yang memadai dari kedua orang tuanya. Sebagai seorang keturunan Bani Umayyah yang disegani di seluruh ...

Utsman adalah salah seorang sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah. Sejak kecil, dia telah men­dapat pendidikan yang memadai dari kedua orang tuanya. Sebagai seorang keturunan Bani Umayyah yang disegani di seluruh jazirah Arab, pribadinya menjadi sosok yang dikagumi. Selain cerdas, dia juga dikenal sebagai pemuda yang kaya raya. Meski keluarganya termasuk orang yang ter­pandang, tapi tak menjadikan Utsman sebagai orang sombong. Rendah hati dan jujur adalah sifat yang sangat melekat pada dirinya. Apalagi, ketika cahaya Islam telah terpancar di dalam hidupnya, dia pun semakin tawadhu.

 

Utsman dikenal sebagai sosok yang gigih dalam ber­usaha. Segala sesuatu yang diusahakannya selalu men­dapat keuntungan. Tangan dinginnya menjadikannya se­bagai seorang saudagar yang kaya raya. Perniagaannya se­makin menyebar di seluruh jazirah Arab. Dia mengirim kafilah-kafilah dagang ke Syam dan Yaman di musim yang berbeda. Setiap kali kafilahnya itu pulang, dia selalu mendapat keuntungan yang berlipat.

 

Pada suatu hari, tersiarlah kabar kalau Ruqayah, putri Rasulullah, diceraikan oleh Utbah. Utbah adalah putra Abu Lahab. Perceraian itu dilakukan atas desakan kedua orang tua Utbah untuk menghina dan merendahkan keluarga Rasulullah. Setelah perceraian itu terjadi, perkataan-perkataan bernada miring yang dialamatkan untuk keluarga Rasulullah tersebar dengan cepat. Dan, sudah menjadi tradisi Arab bahwa seorang wanita sangat tabu dicerai. Apabila terjadi, maka hal itu menandakan bahwa si wanita bukanlah seorang perempuan yang layak dijadikan istri.

 

Melihat rasul junjungannya dipermalukan, maka terketuklah hati Utsman. Dia tampil ke depan untuk meringankan beban keluarga Rasulullah Saw. Dengan sepenuh kesucian jiwa, dia menikahi putri Rasulullah. Meski saat itu dia tengah berada di puncak sebagai seorang pemuda yang dipuja-puja oleh semua wanita Quraisy, tapi dia lebih memilih Ruqayah. Hal itu dilakukan demi cintanya kepada Rasulullah.

 

Bersamaan dengan itu, permusuhan kafir Qu­raisy terhadap kaum muslimin semakin besar, se­hingga datanglah perintah hijrah untuk pertama kalinya. Maka, Utsman dan istrinya, Ruqayah, pergi ke Habasyah untuk menyelamatkan akidah mereka. Meski hidup apa adanya, namun keselamatan mereka terjamin.

 

Dikisahkan bahwa keadaan keluarga Utsman hidup dengan damai. Pribadinya yang dapat mem­bawa diri membuatnya sangat mudah beradaptasi. Bisnis yang dirancangnya pun bisa berkembang. Dan di tempat itulah, Utsman dan Ruqayah dikaruniai seorang anak yang diberi nama Abdullah.

 

Akan tetapi, seiring dengan kuatnya Islam, ka­rena beberapa tokoh Quraisy telah bersyahadat, keadaan di Makkah sudah aman terkendali. Maka, seluruh kaum Muhajirin pun kembali ke Makkah,

 

termasuk keluarga kecil itu. Di Makkah, Utsman dan istrinya tidak tinggal lama. Sebab setelah itu, datanglah perintah hijrah ke Yatsrib (Madinah), sehingga hampir seluruh umat Islam meninggalkan Makkah.

 

Selama di Madinah, Utsman dan istrinya men­jalani hidup dalam naungan Islam. Selain mengurus perniagaan, waktu Utsman banyak dihabiskan untuk menuntut ilmu. Tak heran, dua karakter ber­satu dalam sosok itu. Ulama yang pedagang, dan pedagang yang berilmu. Tetapi, rupanya ujian berat harus dialami keluarga itu. Ruqayah sakit keras. Keadaan itu diperparah dengan meninggalnya Khadijah, ibu Ruqayah, dan juga anaknya, Abdullah, yang masih sangat kecil.

 

Ujian yang bertubi-tubi itu dihadapi Utsman dengan penuh tawakkal. Sungguh, Allah tidak akan memberi ujian melebihi kekuatan makhluknya. Karena cintanya pada sang istri, dia pun tak rela jika orang lain yang mengurusnya. Setiap hari, dia menunggui istrinya dengan penuh kasih sayang.

 

Bersamaan dengan itu, seruan Perang Badar berkumandang. Seluruh kaum muslimin mempersiapkan diri untuk menyambutnya. Kesibukan yang luar biasa terjadi hampir di setiap sudut kota Madinah. Kuda-kuda terkuat dan aneka perbekalan dipersiapkan.

 

Hal itu membuat Utsman dilanda kebimbangan. Di lain sisi, dia sebagai muslim merasa terpanggil atas seruan itu. Tetapi, di sisi yang lain, dia tak mungkin meninggalkan istrinya yang tengah terbaring sakit. Melihat keadaan Utsman, maka Rasulullah memberi izin kepada Utsman untuk tetap tinggal di rumah dalam merawat putrinya.

 

Meski telah mendapat izin dari Rasulullah, tapi hati Utsman benar-benar terbelah. Sebagai seorang muslim, dia sungguh ingin membantu mempertahankan agama Islam. Akhirnya, dia me­mutuskan tetap menjaga istrinya. Bagaimanapun, menjaga istri yang sekaligus putri Rasulullah sama mulianya. Dia merawat istrinya hingga Ruqayah meninggal dunia.

 

Sepeninggal istrinya, Utsman sangat sedih sekali. Sebab, Ruqayah adalah se­orang istri yang sangat disayanginya. Setiap hari tiada yang dilakukannya selain hanya mengenang sang istri.

 

Sekarang, lengkap sudah penderitaannya. Anak dan istrinya meninggal dalam waktu yang hampir bersamaan.

 

Melihat keadaan sahabatnya, Rasulullah pun sangat paham. Maka, beliau pun berinisiatif mencari pengganti Ruqayah. Beliau memanggil Utsman ke kediamannya. Beliau mengatakan bahwa Utsman akan dinikahkan dengan putri Rasulullah yang lain, yaitu Ummu Kultsum. Mendengar berita itu, air muka Utsman seketika menjadi cerah.

 

Tak lama berselang, pernikahan itu pun dilang­sungkan dengan sangat sederhana. Itulah mengapa Utsman dinamai Dzun Nurain, yang artinya "Yang mempunyai dua cahaya". Sebab, hanya dialah yang menikahi dua putri Rasulullah. Pada akhirnya, kesabaran Utsman selama ini telah berbuah manis.

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA DOA SEORANG BONDA

Di kalangan Bani Israil, ada seorang pemuda yang tampan dan sangat rajin beribadah bernama Diyab.

Di kalangan Bani Israil, ada seorang pemuda yang tampan dan sangat rajin beribadah bernama Diyab. Kesalehan dan ketaatan ibadahnya telah dikenal luas dan menjadi pembicaraan masyarakat. Ia tak pernah melupakan ibadah-ibadah wajibnya yang diperindah dengan ibadah sunah. Waktunya dihabiskan untuk memuji Allah Swt. dan mencari rahmat-Nya.

Suatu hari, sang Bunda yang telah lama tak berjumpa mendatangi rumah Diyab. Setelah mengucap salam, sang Bunda lantas memanggil Diyab.

"Diyab! Keluarlah dan temui bundamu ini, Nak!" seru sang Bunda.

Secara kebetulan Diyab baru saja memulai shalatnya. Mendengar panggilan sang Bunda, Diyab menjadi bimbang dan galau.

‘Ya Allah, bagaimana ini? Mana yang aku dahulukan? Memenuhi panggilan Bunda atau meneruskan shalatku?"

Diyab akhirnya memilih meneruskan shalatnya. Ia mengabaikan panggilan ibunya. Karena Diyab tak kunjung keluar, sang Bunda lalu pulang dengan hati kecewa.

Keesokan harinya, saat Diyab tengah melaksanakan shalat Zuhur, ibunya kembali ke tempat Diyab dan memangil-manggil nama anak kesayangannya itu. Diyab tetap pada pendiriannya. Memenuhi panggilan Allah Swt. tentulah lebih penting daripada menjawab salam sang Bunda.

Dengan kerinduan yang memuncak di dadanya, sang Bunda kembali memanggil nama Diyab dan menyuruhnya keluar untuk segera menemuinya. Karena beberapa kali sang Bunda gagal menemui Diyab, sang Bunda merasa sakit hati dan kecewa. Dalam kekesalannya, sang Bunda berdoa kepada Allah Swt.

‘Ya Allah, ya Rabb, berilah pelajaran kepada Diyab. Sungguh terluka hati ini karena ia tak mau memenuhi panggilanku."

Tak disangka-sangka, keesokan harinya, seorang wanita pelacur yang telah melahirkan seorang bayi berkata pada Bani Israel, "Bayi ini adalah hasil hubunganku dengan Diyab!"

Pengakuan wanita itu membuat heboh orang-orang Bani Israil. Mereka lalu mendatangi Diyab, menangkapnya, dan merobohkan surau, tempat Diyab beribadah.

"Apa yang mendorong kalian berbuat seperti ini?" tanya Diyab terkaget-kaget.

"Kau telah berbuat zina dengan wanita pelacur ini hingga ia melahirkan bayimu!"

"Tunggu sebentar, izinkanlah aku mengeijakan sha- lat sejenak," pinta Diyab.

Selesai mengeijakan shalat, Diyab menghampiri si bayi dan bertanya, "Hai, Nak, siapakah sebenarnya ayahmu?"

Tiba-tiba, bayi itu menjawab, "Aku adalah anak Fulan penggembala ternak itu."

 

Mendengar keajaiban tersebut, orang-orang yang meyaksikan langsung menghampiri Diyab dan meminta maaf. Mereka berjanji akan kembali membangun surau untuknya dari bahan emas. Namun, Diyab menolak dan meminta agar surau kembali dibangun sebagaimana semula. Diyab lalu menemani sang Bunda dan meminta maaf padanya.

"Al-jannatu tahta aqdamil ummahat" ( surga terletak di bawah kaki ibu )

Selasa, 25 Februari 2020

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA Gabenor Yang Hodoh

Suatu masa, wilayah Khurasan pernah ditadbir oleh gabenor Yazid bin Muhallab. Dia seorang lelaki kacak dan cantik wajahnya. Selain mempunyai jasmani yang menarik, Yazid bin Muhallab juga seorang yang pintar dalam pentadbiran, sehingga rakyat sangat menyukainya dan suka mendengarkan pidatonya.
    Akan tetapi, dia tidak begitu suka tinggal di Khurasan, maka dia pun dipindahkan ke tempat lain. Sebagai gantinya, kerajaan pusat mengangkat Qutaibah bin Muslim untuk menjadi gabenor Khurasan. Dia seorang lelaki yang agak hodoh dan kelihatan tidak begitu menarik.
Seorang penyair muda telah menggubah syair tentang gabenor Qutaibah ini yang bunyinya:
Semasa Yazid mentadbir Khurasan,
semua wajah kelihatan ceria.
pintu-pintu nikmat dan kemewahan terbuka luas.
Tapi kini, diganti oleh monyet di sekitarnya
berwajah hodoh dan menakutkan.
    Apabila syair itu tersiar dan sampai kepada Qutaibah, gabenor baru ini sangat marah dan memerintahkan agar penggubahnya ditangkap. Akan tetap si penyair segera melarikan diri dan menyembunyikan diri buat beberapa masa. Akhirnya dia tidak tahan bersembunyi lama dan nekad untuk pergi berjumpa dengan ibu Qutaibah dan meminta surat jaminan daripadanya.

    Setelah mendapat surat itu, dia pergi ke istana gabenor dan menyerahkan surat tersebut. Qutaibah tidak dapat berbuat apa-apa setelah menerima surat dari ibunya.
“Dengan wajah apa engkau datang berjumpa denganku?” Tanya Qutaibah.

    “Dengan wajah yang kugunakan untuk berjumpa dengan Tuhanku, tapi Dia lebih banyak berbuat baik terhadapku daripada aku berbuat baik kepada-Nya. Dia tidak marah. Padahal kesalahanku kepadanya lebih banyak jika dibandingkan dengan kesalahanku kepadamu.” 

Qutaibah tertawa dan suka mendengarkan alasan si penyair itu, maka dia pun dibebaskan.


HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA Diselamatkan Seekor Gagak


Pada suatu masa, Malik bin Dinar berangkat ke tanah suci di Mekkah dengan berjalan kaki. Malik bin Dinar adalah anak seorang budak berbangsa Persia. 

Pada suatu masa, Malik bin Dinar berangkat ke tanah suci di Mekkah dengan berjalan kaki. Malik bin Dinar adalah anak seorang budak berbangsa Persia dari Sijistan, Kabul, Afghanistan. Meskipun ayahnya budak, Malik seorang yang merdeka. Ia adalah salah satu murid ulama besar, Hasan Al Bashri.

Saat melewati padang ilalang dan hutan belantara, Malik bin Dinar memutuskan untuk beristirahat sebentar. Ia berteduh di bawah pohon yang rindang. Di tariknya napas dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan meredakan kepenatan yang ia rasakan. Pandangannya diarahkan ke sekeliling hutan. Langit begitu cerah dan angin pun berembus sepoi-sepoi.

Tiba-tiba, pandangan Malik bin Dinar terhenti pada seekor gagak yang tengah melayang rendah sambil membawa sesuatu di paruhnya. Malik penasaran apa yang dibawa burung gagak itu. Supaya tidak mengejutkan sang gagak, ia mengendap-endap mengikuti arah perginya sang gagak. Entah kenapa, perasaan hatinya begitu kuat ingin terus mengikuti ke mana perginya sang gagak.

Malik menduga, gagak yang terbang itu pasti menyimpan suatu rahasia. Oleh karena itu, ia terus saja mengikuti sang gagak hingga sampailah ia di depan sebuah gua. Rupanya, gagak itu memasuki gua. Malik pun secara perlahan mendekat dan memasuki mulut gua itu.

Malik berhenti sejenak karena tidak bisa melihat apa pun. Namun lama-kelamaan, pandangannya bisa menyesuaikan diri. Ia tebarkan pandangannya ke seluruh sisi gua tersebut dan meneruskan langkahnya memasuki gua.
Pada saat Malik mendengarkan kepakan sayap, ia berhenti di belakang sebuah batu. Lalu, dilongokkan kepalanya ke arah suara kepakan itu. Malik terkejut melihat sesosok tubuh yang tangan dan kakinya terikat. Dilihatnya, burung gagak itu sedang menyuapkan sesuatu yang ada di paruhnya ke dalam mulut orang itu, sedikit demi sedikit. Sesudah itu, burung gagak itu kembali terbang dan tidak terlihat lagi.

Malik cepat-cepat mendekati orang yang terikat itu sambil membuka ikatannya. Ia bertanya, "Siapakah kau? Apa yang teijadi padamu?"
"Aku adalah orang yang sedang dalam peijalanan menunaikan ibadah haji. Namun, ketika dalam perjalanan hartaku dirampok oleh penyamun. Lalu, tangan dan kakiku diikatnya. Setelah itu, aku dilemparkan ke gua ini," jelas orang itu.
"Malang sekali nasibmu. Aku ke sini mengikuti burung gagak yang membawa sesuatu di paruhnya. Tampaknya, burung itu memberikan sesuatu itu kepadamu."
‘Ya, yang disuapkannya kepadaku tadi adalah roti. Setiap hari, ia memberikan makanan dan minuman untukku."
"Subhanallah. Ilmu apa yang kaumiliki, Saudara. Sampai gagak itu sedemikian tunduknya padamu."

"Tidak ada. Selama lima hari, sejak aku di sini, aku hanya bersabar saja dan berdoa, ‘Wahai Zat yang berfirman dalam kitab-Nya: Percayalah bahwa Dia (Allah) akan mengabulkan doa hamba-Nya yang ditimpa kemalangan. Aku sekarang membutuhkan pertolongan-Mu, maka rahmatilah aku.’ Allah mengabulkan doaku dengan mengutus seekor gagak untuk melayani seluruh kebutuhanku."

"Kau sudah terbebas. Bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan menuju tanah suci. Biarlah bekalku ini kita makan bersama selama di peijalanan."
Orang yang tadinya terikat itu sangat bersyukur kepada Allah Swt. dan mengucapkan terima kasih kepada Malik bin Dinar. Mereka berdua pergi meninggalkan gua itu untuk melanjutkan perjalanan.

"Yakinlah, Allah Swt. itu mendengar doa hambanya
dan Ia tahu saat yang tepat untuk mengabul kannya. "

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA Cinta Pada Kematian


Ketika orang-orang kafir menyalib Khubaib bin Adyadi atas pohon kurma sebelum membunuhnya, dia sama sekali tidak takut dan gentar.
Bahkan dengan mata tajam, ditatap orang-orang kafir sambil berkata:

"Sekelompok pasukan bersekutu berkumpul di sekelilingku dan membentuk satu kumpulan besar. Mereka merasa senang dengan kabilah-kabilah mereka."

"Hanya kepada Allah aku berkeluh kesah tetapi bukan kerana serang yang dilancarkan musuhku pada saat bertempur."

"Aku tidak peduli dengan cara apa aku mati, selama aku mati dalam keadaan Muslim kerana semuanya tetap kembali kepada Allah. Semoga dia memberkati pada setiap tulang dan daging yang tercincang."
uuuuuuuuuuuu
Demikian juga Saad bin Abi Waqqash RA ketika menemui raja Parsi. Dengan gagah dia berkata:

"Aku akan datang dengan suatu pasukan yang sangat mencintai kematian, sebagaimana kamu semua cinta pada kehidupan."

Dalam peperangan Uhud, ramai kaum Muslimin terbunuh sementara anak panah pasukan kafir begitu deras menyerang Rasulullah SAW. Saat itu Abu Thalhah RA membuka dadanya menjadi benteng Rasulullah SAW. Dia berkata, "Wahai Rasulullah, anak panah itu tidak akan mengenaimu. Kami akan mengorbankan diri kami, agar engkau tidak terkorban."

Ya, selama kematian membawa keredhaan Allah, ucapkanlah selamat datang kepadanya.

Berbeza dari orang soleh, ahli maksiat dan mereka yang tenggelam dalam syahwat dan kenikmatan dunia amat takut menghadapi kematian. Mereka tidak pernah mengingatinya kerana ketakutan yang luar biasa. Padahal sepatutnya, Allah SWT lebih mereka takuti dari yang lain.

HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA CERITA TENTANG TAQWA SI BUDAK HITAM


Sebagai contoh adalah kisah Saiyidina Umar r.a yang menemui ketika beliau dalam perjalanan dari Madinah ke Makkah seorang penggembala kambing yang miskin. Umar ingin menduga sifat amanah pemuda yang miskin, tidak terdidik, dan bahkan hidup di tengah kampung tidak jauh dari kebisingan kota.

Umar berkata kepadanya: "Mahukah anda menjual satu dari kambingmu yang banyak itu?". Pemuda itu dengan tegas menjawab: "Saya bukan pemilik kambing-kambing itu. Saya hanya pengembala". Umar menduga lagi: "Katakan saja kepada tuanmu bahawa seekor srigala telah datang memakannya".

Tapi dengan sangat tegas pemuda itu menjawab: " lalu di mana Allah? " Umar menangis dengan ketegasan pemuda itu, dan keesokan harinya beliau menemui tuannya dan dibelinya kambing itu sehingga pemuda itu dapat dibebaskan dari perhambaan.

Inilah yang dinamakan dengan sifat muraqabatulloh yang lahir dari taqwa. Jika ianya digabungkan dengan keimanan dan keyakinan bahawa semua amalan kita akan dipersoalkan pada hari akhirat kelak, maka akan terjalinlah hubungan sesama manusia yang harmoni jauh dari sebarang masalah.


HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA Bukan Permata Biasa


Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas Di Madinah ada seorang wanita cantik shalihah lagi bertakwa. Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, ia senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu’ berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya.

Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya.

Suatu hari datanglah seorang lelaki untuk meminangnya, konon ia termasuk lelaki yang taat dalam beribadah. Setelah shalat istiharah akhirnya ia menerima pinangan tersebut. Sebagaimana adat kebiasaan setempat, upacara pernikahan dimulai pukul dua belas malam hingga adzan subuh. Namun wanita itu justru meminta selesai akad nikah jam dua belas tepat, ia harus berada di rumah suaminya. Hanya ibunya yang mengetahui rahasia itu. Semua orang ta’jub. Pihak keluarganya sendiri berusaha membujuk wanita itu agar merubah pendiriannya, namun wanita itu tetap pada keinginannya, bahkan ia bersikeras akan membatalkan pernikahan tersebut jika persyaratannya ditolak. Akhirnya walau dengan bersungut pihak keluarga pria menyetujui permintaan sang gadis.

Waktu terus berlalu, tibalah saat yang dinantikan oleh kedua mempelai. Saat yang penuh arti dan mendebarkan bagi siapapun yang akan memulai hidup baru. Saat itu pukul sembilan malam. Doa ‘Barakallahu laka wa baaraka alaika wa jama’a bainakuma fii khairin’ mengalir dari para undangan buat sepasang pengantin baru. Pengantin wanita terlihat begitu cantik. Saat sang suami menemui terpancarlah cahaya dan sinar wudhu dari wajahnya. Duhai wanita yang lebih cantik dari rembulan, sungguh beruntung wahai engkau lelaki, mendapatkan seorang istri yang demikian suci, beriman dan shalihah.

Jam mulai mendekati angka dua belas, sesuai perjanjian saat sang suami akan membawa istri ke rumahnya. Sang suami memegang tangan istrinya sambil berkendara, diiringi ragam perasaan yang bercampur baur menuju rumah baru harapan mereka. Terutama harapan sang istri untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan keikhlasan dan ketakwaan kepada Allah.

Setibanya disana, sang istri meminta ijin suaminya untuk memasuki kamar mereka. Kamar yang ia rindukan untuk membangung mimpi-mimpinya. Dimana di kamar itu ibadah akan ditegakkan dan menjadi tempat dimana ia dan suaminya melaksanakan shalat dan ibadah secara bersama-sama. Pandangannya menyisir seluruh ruangan. Tersenyum diiringi pandangan sang suami mengawasi dirinya.

Senyumnya seketika memudar, hatinya begitu tercekat, bola matanya yang bening tertumbuk pada sebatang mandolin yang tergeletak di sudut kamar. Wanita itu nyaris tak percaya. Ini nyatakah atau hanya fatamorgana? Ya Allah, itu nyanyian? Oh bukan, itu adalah alat musik. Pikirannya tiba-tiba menjadi kacau. Bagaimanakah sesungguhnya kebenaran ucapan orang tentang lelaki yang kini telah menjadi suaminya. Oh...segala angan-angannya menjadi hampa, sungguh ia amat terluka. Hampir saja air matanya tumpah. Ia berulang kali mengucap istighfar, Alhamdulillah ‘ala kulli halin. "Ya bagaimanapun yang dihadapi alhamdulillah. Hanya Allah yang Maha Mengetahui segala kegaiban."

Ia menatap suaminya dengan wajah merah karena rasa malu dan sedih, serta setumpuk rasa kekhawatiran menyelubung. "Ya Allah, aku harus kuat dan tabah, sikap baik kepada suami adalah jalan hidupku." Kata wanita itu lirih di lubuk hatinya. Wanita itu berharap, Allah akan memberikan hidayah kepada suaminya melalui tangannya.

Mereka mulai terlibat perbincangan, meski masih dibaluti rasa enggan, malu bercampur bahagia. Waktu terus berlalu hingga malam hampir habis. Sang suami bak tersihir oleh pesona kecantikan sang istri. Ia bergumam dalam hati, "Saat ia sudah berganti pakaian, sungguh kecantikannya semakin berkilau. Tak pernah kubayangkan ada wanita secantik ini di dunia ini." Saat tiba sepertiga malam terakhir, Allah ta’ala mengirimkan rasa kantuk pada suaminya. Dia tak mampu lagi bertahan, akhirnya ia pun tertidur lelap. Hembusan nafasnya begitu teratur. Sang istri segera menyelimutinya dengan selimut tebal, lalu mengecup keningnya dengan lembut. Setelah itu ia segera terdorong rasa rindu kepada mushalla-nya dan bergegas menuju tempat ibadahnya dengan hati melayang.

Sang suami menuturkan, "Entah kenapa aku begitu mengantuk, padahal sebelumnya aku betul-betul ingin begadang. Belum pernah aku tertidur sepulas ini. Sampai akhirnya aku mendapati istriku tidak lagi disampingku. Aku bangkit dengan mata masih mengantuk untuk mencari istriku. Mungkin ia malu sehingga memilih tidur di kamar lain. Aku segera membuka pintu kamar sebelah. Gelap, sepi tak ada suara sama sekali. Aku berjalan perlahan khawatir membangunkannya. Kulihat wajah bersinar di tengah kegelapan, keindahan yang ajaib dan menggetarkan jiwaku. Bukan keindahan fisik, karena ia tengah berada di peraduan ibadahnya. Ya Allah, sungguh ia tidak meninggalkan shalat malamnya termasuk di malam pengantin. Kupertajam penglihatanku. Ia rukuk, sujud dan membaca ayat-ayat panjang. Ia rukuk dan sujud lama sekali. Ia berdiri di hadapan Rabbnya dengan kedua tangan terangkat. Sungguh pemandangan terindah yang pernah kusaksikan. Ia amat cantik dalam kekhusyu’annya, lebih cantik dari saat memakai pakaian pengantin dan pakaian tidurnya. Sungguh kini aku betul-betul mencintainya, dengan seluruh jiwa ragaku."

Seusai shalat ia memandang ke arah suaminya. Tangannya dengan lembut memegang tangan suaminya dan membelai rambutnya. Masya Allah, subhanallah, sungguh luar biasa wanita ini. Kecintaannya pada sang suami, tak menghilangkan kecintaannya kepada kekasih pertamanya, yakni ibadah. Ya, ibadah kepada Allah, Rabb yang menjadi kekasihnya. Hingga bulan kedepan wanita itu terus melakukan kebiasaannya, sementara sang suami menghabiskan malam-malamnya dengan begadang, memainkan alat-alat musik yang tak ubahnya begadang dan bersenang-senang. Ia membuka pintu dengan perlahan dan mendengar bacaan Al-Qur’an yang demikian syahdu menggugah hati. Dengan perlahan dan hati-hati ia memasuki kamar sebelah. Gelap dan sunyi, ia pertajam penglihatannya dan melihat istrinya tengah berdoa. Ia mendekatinya dengan lembut tapi cepat. Angin sepoi-sepoi membelai wajah sang istri. Ya Allah, perasaan laki-laki itu bagai terguyur. Apalagi saat mendengar istrinya berdoa sambil menangis. Curahan air matanya bagaikan butiran mutiara yang menghiasi wajah cantiknya.

Tubuh lelaki itu bergetar hebat, kemana selama ini ia pergi, meninggalkan istri yang penuh cinta kasih? Sungguh jauh berbeda dengan istrinya, antara jiwa yang bergelimang dosa dengan jiwa gemerlap di taman kenikmatan, di hadapan Rabbnya.

Lelaki itu menangis, air matanya tak mampu tertahan. Sesaat kemudian adzan subuh. Lelaki itu memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini, ia lantas menunaikan shalat subuh dengan kehusyuan yang belum pernah dilakukan seumur hidupnya.

Inilah buah dari doa wanita shalihah yang selalu memohonkan kebaikan untuk sang suami, sang pendamping hidup.
Beberapa tahun kemudian, segala wujud pertobatan lelaki itu mengalir dalam bentuk ceramah, khutbah, dan nasihat yang tersampaikan oleh lisannya. Ya lelaki itu kini telah menjadi da’i besar di kota Madinah.

Memang benar, wanita shalihah adalah harta karun yang amat berharga dan termahal bagi seorang lelaki bertakwa. Bagi seorang suami, istri shalihah merupakan permata hidupnya yang tak ternilai dan "bukan permata biasa". 




HIMPUNAN KISAH ORANG BERTAQWA Budak yang Beruntung


Manshur bin Amar, salah seorang tokoh sufi dari tanah Arab, suatu ketika menyampaikan nasihat dalam sebuah forum pengajian. Tiba-tiba datanglah seorang peminta-minta ke forum itu. Tujuannya adalah untuk meminta uang dari...

"Sesungguhnya, kali an berdua telah Kami ampuni dan dibebaskan dari siksa neraka. Begitu pula dengan Manshur bin Amar, juga akan bersama kalian." 

Manshur bin Amar, salah seorang tokoh sufi dari tanah Arab, suatu ketika menyampaikan nasihat dalam sebuah forum pengajian. Tiba-tiba datanglah seorang peminta-minta ke forum itu. Tujuannya adalah untuk meminta uang dari mereka sejumlah empat dirham. Maka, Manshur bin Amar pun berkata kepada para hadirin yang mengikuti acara pengajian tersebut: "Barangsiapa yang bersedia memenuhi permintaan orang ini, maka aku akan mendoakan baginya empat permohonan."

Pada saat itu, ada salah seorang hadirin yang langsung berdiri. Ia adalah seorang budak berkulit hitam. Majikannya bukanlah seorang Muslim, melainkan seorang Yahudi. Budak itu ternyata memiliki uang sejumlah empat dirham dan itu kepada peminta-minta tadi Kemudian ia duduk di hadapan Manshur bin Amar untuk mengajukan permohonan yang ia mginkan. Setelah mendapat isyarat. Jari Manshur bin Amar agar budak itu menyebutkan empat macam keinginannya, maka budak itu pun berkata: "Wahai Tuan Guru, aku ini adalah seorang budak. Aku mohon agar engkau mendoakan agar aku dimerdekakan oleh majikanku. Itulah keinginanku yang pertama."

"Kemudian, keinginanku yang kedua adalah," lanjut budak itu, "bahwasanya majikanku itu merupakan seorang Yahudi. Maka, doakanlah baginya agar ia dapat memperoleh hidayah Allah dan memeluk agama Islam," ujar budak itu.

Selanjutnya, ia mengemukakan keinginannya yang ketiga. "Aku ini sebetulnya adalah seorang fakir miskin. Maka, aku ingin agar engkau mendoakanku menjadi orang yang kaya. Sedang kekayaan yang kuperoleh itu nanti benar-benar merupakan anugerah dari Allah melalui makhluk-Nya. Itulah permohonan­ku yang ketiga," katanya.

"Sedang permohonanku yang keempat, doakanlah aku agar Allah mengampuni semua dosa-sosaku," ujar budak itu mengakhiri permintannya. Manshur bin Amar pun memenuhi keinginan budak itu. Ia berdoa kepada Allah sesuai dengan keempat permohonan budak tersebut.

Usai mendoakan bagi budak itu, Manshur bin Amar melanjutkan pengajiannya hingga selesai. Sementara itu, tak ada yang terjadi pada diri si budak itu hingga ia pulang ke rumah majikannya. Setibanya di rumah majikannya, ia ditanya oleh majikannya tentang kegiatannya hari itu. Maka ia pun bercerita tentang pengalamannya di forum pengajian Manshur bin Amar.

Termasuk empat macam doa yang ia minta kepada Manshur bin Amar.

Mendengar kisah budaknya itu, sang majikan yang beragama Yahudi itu menjadi terkesima. Hanya dengan empat dirham, seseorang bisa memperoleh begitu banyak anugerah dan berkah, pikirnya. Pada saat itu, masuklah sinar hidayah ke dalam hati sang majikan. Ia segera memerdekakan budaknya itu dan mengucapkan syahadat di hadapan budaknya yang sudah merdeka itu.

Tak hanya itu saja, majikan yang sudah Muslim itu juga menyerahkan sebagian hartanya kepada mantan budaknya tersebut. Tinggal satu doa saja yang belum diketahui apakah sudah terpenuhi ataukah tidak. Yakni, tentang pengampunan dosa-dosa dari mantan budak itu.
Kemudian terdengarlah suara gaib dari sudut rumah itu yang berkata: "Sesungguhnya, kalian berdua telah Kami ampuni dan dibebaskan dari siksa neraka. Begitu pula dengan Manshur bin Amar, juga akan bersama kalian "

Alhasil, terpenuhilah empat doa yang dimohonkan oleh Manshur bin Amar sesuai permintaan si budak tadi. Sesungguh­nya, Allah adalah Zat yang selalu mengabulkan doa hambanya. Di pintu ‘Arsy Allah, telah tertulis kalimat "Aku mengabulkan doa hamba-Ku yang berdoa." Oleh karena itu, alangkah meruginya mereka yang tak mau memanfaatkan doa sebagai jalan untuk memohon ampunan Allah.

Akan tetapi perlu juga kita ingat sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Saw. Bahwasanya Allah tidak mengabulkan doa orang yang hatinya sedang lengah. Wa’lamu annallaha ta’ala la yaqbalud-du a ’a min qalbin ghafilin (Ketahuilah oleh kalian semua, bahwasanya Allah tidak akan mengabulkan doa dari orang yang berhati lengah).

Pada gilirannya, kembali lagi ke hati kita. Jangan biarkan hati kita lengah dari mengingat Allah, agar Allah pun tidak melalaikan kita dari rahmat dan ampunan-Nya.
Disadur dari buku Mutiara Hikmah, Kisah Para Kekasih Allah, karya Ummi Alhan Ramadhan Mazayasyah, Penerbit Darul Hikmah