Catatan Popular

Memaparkan catatan dengan label Al Sabiqun al Awwalun. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label Al Sabiqun al Awwalun. Papar semua catatan

Isnin, 5 Ogos 2013

AL-SABIQUN AL-AWWALUN (2) Khadijah binti Khuwailid (Ibunda Orang-orang Mukmin)



Orang pertama yang masuk Islam

Khadijah binti Khuwailid adalah istri pertama Rasulullah yang dinikahi ketika berusia 40 tahun. Beliau berasal dari kalangan kaum Quraisy yang sangat terhormat dan kaya raya. Khadijah tidak hanya dikenal sebagai wanita yang suci dan baik akhlaknya, tetapi juga dikenal sebagai seorang penguasa kaya raya dan sukses yang kemudian menjadi pendukung utama bagi dakwah Rasulullah dengan segala tantangan yang harus dihadapinya, tidak hanya dengan segenap jiwa dan raga tetapi juga hartanya. Bahkan sejarah menuliskan bahwa Khadijah menjadi salah satu penyandang dana terbesar dalam sejarah perjuangan dakwah Nabi SAW.
Kesuksesan Khadijah dalam bidang bisnis tidak hanya dikarenakan harta warisan dari kedua orang tua dan mantan suaminya yang juga berasal dari keluarga yang kaya raya, tetapi hal itu tidak lepas dari sikapnya yang baik terhadap relasi bisnis dan kepeduliannya terhadap para pekerjanya serta sikapnya yang selalu hati-hati dalam berbisnis dan senantiasa mengembangkan usahanya dengan modal kepercayaan. Sikap yang demikianlah yang membuat bisnis Khadijah semakin maju dan berkembang hingga keluar kota Makkah.
Pertemuan Khadijah dengan Muhammad diawali ketika Muhammad bekerja sebagai salah satu karyawan di perusahaannya yang menjualkan barang dagangannya. Saat itu Muhammad masih berusia 15 tahun. Bersama dengan Maisaroh, salah satu karyawan kepercayaan Khodijah, Muhammad menjualkan dagangannya keluar kota Makkah.
Sebagai seorang yang dikenal dengan kejujuran dan kemahirannya dalam berdagang, tidak mengherankan jika Muhammad selalu pulang dengan menyerahkan hasil yang memuaskan. Sikap Muhammad yang santun dan jujur itulah yang menarik hati Khadijah. Terlebih Maisaroh yang selalu menyertai Muhammad dalam berdagang selalu menceritakan bagaimana sikap Muhammad yang selalu jujur dalam berdagang.
Suatu hari dalam perjalanan ke Syam untuk berdagang, Maisaroh melihat suatu kejadian aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya. Di tengah matahari yang cukup terik, gulungan awan selalu mengikuti perjalanan Muhammad seolah melindunginya dari sengatan sinar matahari. Kejadian ini membawa kesan mendalam di hati maisaroh, terlebih ketika dia mendengar seorang rahib yang mengatakan bahwa Muhammad adalah laki-laki yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Arab yang kedatangannya telah tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil. Kejadian-kejadian tersebut tidak lupa dicerikan oleh Maisaroh kepada Khadijah.
Semua hal yang terkait dengan Muhammad memang tidak pernah lepas dari segala yang baik. Meski pada awalnya Khadijah tidak berniat untuk menikah kembali setelah kematian suaminya (sebelumnya Khadijah memang pernah menikah dengan ‘Atiq bin ‘Ahid dan Abu Halah) dan hanya ingin mengkonsentrasikan hidupnya dalam dunia bisnis, tetapi kebaikan hati, kemuliaan akhlak serta kepandaiannya dalam berdagang membuat Khadijah menceritakan keinginannya untuk meminang Muhammad kepada Nafisah binti Munyah, seseorang yang dipercaya oleh Khadijah yang pada akhirnya menjadi penghubung pernikahan Khadijah dengan Muhammad.
Akhirnya perkawinan Muhammad dengan istrinya Khadijah dilaksanakan pada hari Jum’at dua bulan setelah kembalinya Muhammad dari berniaga ke Syams, pada saat itu Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah telah berusia 40 tahun. Meskipun usia Khadijah lebih tua 15 tahun dari Muhammad, tetapi tidak meragukan Muhammad untuk menikahinya. Bagi Muhammad, Khadijah tidak hanya seorang yang cerdas, kaya dan lihai dalam berbisnis, tetapi lebih dari itu Khadijah adalah perempuan yang cantik, bermata jeli, mulia, baik akhlaknya, serta berasal dari keluarga yang bernasab baik. Khadijah adalah satu-satunya istri Rosulullah yang memberikan keturunan. Dari perkawinannya dengan Khadijah memiliki putra-putri yakni Abdullah bin Muhammad, Ibrahim bin Muhammad, Qasim bin Muhammad, Zainab binti Muhammad, Ruqayyah binti Muhammad, dan Fatimah binti Muhammad. Selain menjadi istri pertama Rosulullah yang memberikan keturunan, Khadijah juga merupakan satu-satunya istri Rosulullah yang tidak pernah dipoligami, karena Rosulullah memang melakukan poligami setelah wafatnya Khadijah.
Khadijah adalah sosok istri yang sholehah, yang selalu memahami jiwa suaminya dengan baik, dan menjadi pendukung utama di saat sebagian besar orang masih dalam kebimbangan. Dia adalah orang pertama yang percaya pada kenabian Muhammad. Karenanya Khadijah selalu memberikan perlindungan dan ketenangan dalam jiwa dan hidup Rasulullah.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah dari sebelum dia meneriwa wahyu, pergi ke gua Hira’ untuk menyepi dan bermunajat kepada Allah. Setiap akan pergi ke gua, Khadijah selalu menyiapkan bekal untuk suaminya, karena di sana Rasulullah akan beribadah hingga beberapa malam. Hinga suatu hari malaikat jibril datang untuk menyampaikan wahyu pertama dari Allah, hingga membuat tubuh Rosulullah bergetar hebat. Sekembalinya dari menerima wahyu di gua Hira’, Rasulullah langsung menuju ke rumahnya dan minta diselimuti. Kedatangan beliau yang tidak seperti biasanya, membuat Khadijah langsung menenangkannya dan menyelimutinya dengan segenap kasih sayang. Setelah merasa tenang, beliau menceritakan semua peristiwa yang terjadi di dalam gua Hira’. Serta merta Khadijah membesarkan dan menghibur beliau dengan menyatakan bahwa bergebiralah karena Allah tidak akan merendahkanmu. Kemudian Khadijah membawa Nabi kepada pamannya Waraqah bin Naufal seorang penganut Kristen masa itu yang sangat pandai berbahasa Arab dan menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab. Kemudian Rasulullah menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, kemudian Waraqah berkata bahwa yang datang kepada Muhammad adalah Jibril sang penyampai wahyu dari Allah, sebagaimana dia juga telah mendatangi nabi Musa AS untuk menyampaikan wahyu Allah. Waraqah juga berkata bahwa seandainya dia masih hidup ketika sebagian besar orang memusuhi Muhammad, maka ia akan menjadi pelindung dan pembelamu. Kemudian Muhammad bertanya apakah mereka akan memusuhiku?, waraqahpun menjawab “ya mereka akan memusuhimu, karena setiap orang yang mengemban amanah sepertimu pasti akan dimusuhi”.
Kejadian di gua Hira; disaat Muhammad berusia 40 tahun adalah merupakan salah satu pertanda kenabian beliau. Peristiwa tersebut juga menjadi babak baru kehidupan Khadijah, dimana dia harus mempercayai dan mengikuti ajaran Rosulullah dengan segala konsekwensinya.
Penjelasan yang diperoleh dari paman Khadijah tersebut, membuat Khadijah semakin mantap dan mempercayai suaminya bahwa dia akan mengemban amanah Allah untuk mennyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang tentu saja akan mendapatkan banyak tantangan-tantangan, sehingga iapun siap berjuang bersama Rasulullah dan berada di belakang untuk memberikan dukungan dan perlindungan. Rasulullah pun mengatakan pada Khadijah yakni “ Aku mengharapkan Khadijah sebagai benteng yang kuat dari diriku”.
Khadijah menjadi seeorang yang sangat penting pada awal masa penyebaran Islam. Tidak hanya ketika dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat dakwah secara terbuka. Tantangan semakin dirasakan ketika Rasulullah memulai dakwahnya secara terbuka. Khadijahpun tidak hanya menjadi pelindung dan pendukung tetapi juga menjadi penawar dan penyejuk Rasulullah di saat beliau banyak mengalami siksaan dan hambatan dari orang-orang kafir, bahkan oleh saudaranya sendiri Abu Lahab beserta istrnya Ummu Jamil dengan sangat keji.
Khadijah selalu tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan. Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam. Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga tidak jarang dia harus mengendapkan perasaan agar tidak terekspresikan pada muka dan mengganggu perasaan suaminya. Mengenai hal ini, Rasulullah SAW pernah bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.”
Begitu besarnya jasa dan dukungan Khadijah terhadap perjuangan dalam menyebarkan ajaran Allah. Sehingga kematiannya sangat memukul perasaan Nabi Saw. Khadijah meninggal pada usia 64 tahun 6 bulan, dia telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi selama 24 tahun. Dalam 24 tahun kebersamaannya dengan Nabi Saw, membuat Khadijah mempunyai tempat yang sangat istimewa di hati Rasulullah, sehingga tahun kematiannya disebut dengan ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan). Khadijah adalah Ummul Mukminin istri Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang mernpercayai risalah Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri Rasulullah. Dia juga orang pertama yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya adalah ahli surga.
Rasulullah sendiri yang mengurus jenazah Khadijah, dia dimakamkan di di dataran tinggi Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun, dan kalimat terakhir yang beliau ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid."

Khamis, 6 Jun 2013

AL-SABIQUN AL-AWWALUN (1) ABDULLAH BIN JAHSY - Orang pertama bergelar Amirul Mukminin)



Abdullah bin Jahsy r.a adalah anak kepada ibu saudara Rasulullah SAW, Umamah binti Abdul Mutallib dan juga ipar kepada Rasulullah SAW kerana Rasulullah SAW mengahwini saudara perempuannya Zainab binti Jahsy r.a.

Abdullah bin Jahsy r.a termasuk dikalangan 40 orang pertama yang memeluk Islam (al-Sabiqun al-Awwalun).

Abdullah bin Jahsy ke Madinah

Ketika Rasulullah SAW mengizinkan para sahabat untuk berhijrah ke Madinah, Abdullah bin Jahsy adalah orang kedua berhijrah selepas Abu Salamah r.a. Penghijrahan ini bukanlah sesuatu yang baru bagi beliau kerana beliau telah terlibat dalam hijrah ke Habsyah sebelum ini, cuma penghijrahan kali ini disertai isteri dan anak.
Berikutan daripada hijrah beliau ke Madinah, harta-harta peninggalan dan kekayaan Abdullah bin Jahsy telah di rampas oleh Abu Jahal. Peristiwa ini berlaku apabile para pembesar Quraisy yang mengadakan rondaan bagi memeriksa sudut-sudut kota Mekah mendatangi perkampunang Bani Jahsy, iaitu setelah Abdullah bin Jahsy meninggalkan kota Mekah. Pemimpin meraka, Abu Jahal yang mendapati rumah Abdullah bin Jahsy tidak berpenghuni dan dipenuhi harta kekayaan, telah mengambil seluruh harta itu. Perkara ini kemudiannya sampai ke pengatahuan Abdullah bin Jahsy dan beliau mengadu kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah telah menjawab: “Allah akan menggantikannya dengan rumah yang paling baik di Syurga”

Abdullah bin Jahsy sebagai Amirul Mukminin

Untuk membentuk pasukan tentera Islam, Rasulullah SAW telah memilih 8 orang yang dipandangnya mampu berperang termasuk Abdullah bin Jahsy dan Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. Dalam pasukan ini, Abdullah bin Jahsy telah terpilih sebagai ketua dan telah diserahkan bendera Islam pertama kepadanya. Bendera ini telah diikat pada tongkat Rasullulah SAW. Abdullah bin Jahsy telah digelar Amirul Mukminin kerana peristiwa ini.
Setelah dilantik sebagai amir, beliau telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW untuk merisik dan mengintip musuh. Rasulullah telah memberi Surat Perintah kepada beliau dan melarang beliau membuka surat itu melainkan sesudah dua hari perjalanan. Oleh itu sesudah dua hari perjalanan, beliau telah membuka surat itu dan membacanya:
“ Bila kamu membaca surat ini, teruskanlah perjalananmu ke arah Mekah. Berhentilah diantara Taif dan Mekah. Amatilah gerak-geri kaun Quraisy dan segera laporkan kepadaku.”
Sesuai dengan arahan Rasulullah SAW, Abdullah bin Jahsy r.a meneruskan perjalanannya dan tiba di Nakhlah. Di tempat tersebut mereka mempersiapkan pos perisikan dan ketika mereka bersiap-siap, tiba-tiba dari jarak yang agak jauh mereka terlihat sekumpulan kabilah Quraisy terdiri daripada Amr bin Hadhramy, Hakam bin Kaysan, Utsman bin Abdullah dan al-Mughirah bin Abdullah. Mereka membawa dagangan seperti kulit, anggur dan sebagainya. Abdullah bin Jahsy telah bermesyuarat dengan pasukannya untuk menyerang atau membiarkan kabilah Quraisy itu. Di saat akhir bulan Haram, jika mereka melakukan penyerangan, bererti melanggar kehormatan bulan itu serta akan mendatangkan kemarahan bangsa Arab. Akan tetapi jika kabilah itu dibiarkan lalu, mereka akan masuk ke tanah Haram (Mekah) iaitu bererti membiarkan mereka masuk ke tempat aman.
Akhirnya mereka memutuskan menyerang dah merampas harta kabilah itu. Seorang anggota rombongan tewas, dua ditawan dan seorang lagi berjaya melarikan diri. Tibanya di Madinah, harta rampasan dan tawanan dibawa dihadapan Rasulullah SAW. Abdullah bin Jahsy dan pasukan telah dimarahi kerana bertindak diluar arahan dan perintah Rasulullah SAW.
Baginda telah menangguhkan keputusan mengenai hukuman harta rampasan dan dua tawanan perang sementara menunggu keputusan dari Allah. Abdullah bin Jahsy dan pasukan telah digantung kerja. Mereka jelas bersalah kerana melanggar perintah Rasulullah SAW. Kaum muslimin mencela mereka sehingga mereka terasa dipulaukan. Penyesalan dan kesedihan menjadi lebih teruk apabila mereka mengetahui kaum Quraisy menggunakan peluang ini untuk menekan Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Mereka menyebarkan berita dikalangan kabilah-kabilah Arab, bahawa kaum Muslimin telah menghalalkan pertumpahan darah dan perampasan harta dibulan Haram.
Abdullah bin Jahsy menganggung beban mental yang sangat hebat. Walaubagaimanapun, beliau tetap terus beristigfar dan memohan ampun kepada Allah SWT sehingga turunnya Al-Baqarah ayat 217 membawa berita gembira. Turunnya ayat ini telah menenangkan hati Rasulullah SAW. Harta rampasan diberike Baitul Man dan kedua tawanan dibebaskan. Harta rampasan ini adalah harta rampasan pertama umat Islam dan musuh yang dibunuh adalah musyrik pertama yang tertumpah darahnya di tangan kaum Muslimin. Bendara pasukan mereka juga, bendara pertama yang diikat oleh Rasulullah.

Syahidnya Abdullah bin Jahsy
Abdullah bin Jahsy adalah antara sahabat yang syahid dalam perang Uhud. Di dalam perang ini Abdullah bin Jahsy dan Saad bin Waqqash r.a telah berdoa di sebuah tempat yang agak terpencil.
Doa Saad bin Waqqash r.a:
“Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuh yang paling buas dan jahat. Aku akan melawannya dan berilah aku kemenangan”
Abdullah bin Jahsy mengaminkan doa seraya menambah:
“Ya Allah, pertemukanlah aku dengan musuh yang jahat dan buas. Aku akan melawannya dan aku tewas ditangannya. Dia kemudian memotong hidung dan telingaku”
Ketika perang Uhud berakhir, ternyata Allah memakbulkan doanya. Para sahabat menemukan jasadnya tewas sepertimana doanya. Hidung dan telinganya buntung dan tubuhnya digantung dengan seutas tali. Allah SWT memuliakan nya dengan pahala syahid bersama Hamzah bin Abdul Muttalib r.a. Keduanya tewas dan dimakamkan didalam satu kubur. Air mata Rasulullah telah membasahi kubur mereka menambah harumnya darah syahid yang melumuri jasab mereka. Semoga mereka dirahmati.