Catatan Popular

Khamis, 7 Jun 2018

Amal Baik


Setiap malam Jumat, seperti biasanya, Ubay bin Tzabit pergi ziarah ke makam. Ia menghaturkan doa kepada Al-lah untuk seluruh arwah manusia yang telah meninggal.

Setiap malam Jumat, seperti biasanya, Ubay bin Tzabit pergi ziarah ke makam. Ia menghaturkan doa kepada Al-lah untuk seluruh arwah manusia yang telah meninggal. Pada suatu hari, saat dia sedang tertidur, Ubay bermimpi seluruh penghuni kubur bangkit mengenakan pakaian yang sangat indah dan wajah yang cerah. Seolah sedang ada pesta, semua jenis makanan ada di tempat itu dan setiap orang disajikan jatah makanan yang lezat.
Semua terlihat bahagia, kecuali seorang lelaki tua. Pakaian lelaki tua itu kumal dan rambutnya tidak tertata rapi. Lelaki tua itu tidak berhenti menitikkan air mata, bahkan dia tidak mendapatkan jatah makanan sedikit pun. Ubay mendekati lelaki tua itu.
"Mengapa kau bersedih dan tidak bergembira seperti penduduk lainnya? Mengapa air matamu tidak berhenti mengalir dan pakaianmu tidak seindah mereka, bahkan kau tidak mendapatkan makanan seperti mereka?" tanya Ubay penasaran.
"Aku adalah orang yang terasing. Tak ada yang mengingatku dengan doa," jawab lelaki tua itu sambil terus menangis.
"Semua sahabatku di alam kubur ini memiliki anak dan keluarga yang senantiasa mendoakan mereka se-panjang waktu, membayar utang yang dimiliki semasa mereka hidup, dan bersedekah dengan ikhlas. Apa yang
dilakukan anak dan keluarganya adalah amal baik yang akhirnya memberikan kebahagiaan pada mereka yang telah mati," kata lelaki tua itu.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Ubay lagi.
"Sebenarnya, aku memiliki anak dan istri. Namun, mereka telah melupakanku karena kesibukan mereka. Mereka lupa berdoa untukku dan memberi sedekah untuk membahagiakanku, bahkan utangku dibiarkan begitu saja. Harta kekayaan yang kutinggalkan berlimpah, tetapi mereka telah dibutakan oleh harta. Aku sangat sedih."
"Di manakah keluargamu berada?" tanya Ubay.
Lelaki itu menyebutkan sebuah tempat keluarganya tinggal. Ia juga menyebutkan nama dan ciri-ciri keluarganya.
"Jika mereka tak percaya padamu, katakan pada mereka di salah satu sudut rumahku ada sebuah peti yang berisi catatan utangku dan uang yang kusiapkan untuk membayarnya, sebagian lagi untuk kusedekahkan."
Ubay kemudian pergi mencari alamat keluarga lelaki tua itu. Beruntung, Ubay menemukan mereka. Namun, keluarga lelaki tua itu tidak percaya. Apalagi, Ubay menceritakan pertemuannya dengan lelaki tua dalam mimpi.
"Wahai Pemuda, apakah kau sudah gila?" tanya istri lelaki tua itu.
"Jika kau tidak percaya, tolong carikan peti berisi catatan utang dan uang yang ada di salah satu sudut rumah ini."
Untuk membuktikan kebenaran itu, keluarga lelaki tua menggali setiap sudut rumah itu dan menemukan peti yang dimaksud. Mereka menangis ketika membukanya. Sebuah surat berada di atasnya.
Wahai keluargaku, Aku menyadari harta akan membutakan kalian.
Itu sebabnya, aku menyimpan catatan dan uang ini jika sewaktu-waktu perkiraanku benar bahwa kalian tidak membayar utang-utangku semasa hidup.
Kalian tidak perlu mengeluarkan sepeser harta yang kutinggalkan, walaupun kalian tahu berapa jumlah utangku. Kutinggalkan catatan dan uang pembayaran utang. Tolong, lunasi utangku pada yang berhak menerimanya. Adapun sisa uangnya, sedekahkanlah.
Aku akan bahagia jika kalian melakukan semua ini.
Keluarga itu menjadi sadar. Semua utang lelaki itu segera dilunasi. Sisanya disedekahkan sesuai amanat le¬laki tua. Bahkan, sebagian dari harta mereka diwakafkan untuk masjid. Sejak itu, mereka selalu mendoakan lelaki tua itu dan beramal baik. Pada malam Jumat berikutnya, Ubay kembali berziarah dan berdoa. Ia tertidur dan kembali bermimpi. Lelaki tua itu mendatanginya de¬ngan pakaian yang sangat indah dan wajah yang cerah.
"Wahai Pemuda saleh, semoga Allah membalas kebaikanmu."

’Amal kebaikan yang dilakukan keluarga yang telah meninggal akan memberikan kebahagiaan bagi orang yang meninggal dari keluarga tersebut."

Tiada ulasan: