Orang pertama yang masuk Islam
Khadijah binti
Khuwailid adalah istri
pertama Rasulullah yang dinikahi ketika berusia 40 tahun. Beliau berasal dari kalangan kaum
Quraisy yang sangat terhormat dan kaya raya. Khadijah tidak hanya dikenal
sebagai wanita yang suci dan baik akhlaknya, tetapi juga dikenal sebagai
seorang penguasa kaya raya dan sukses yang kemudian menjadi pendukung utama
bagi dakwah Rasulullah dengan segala tantangan yang
harus dihadapinya, tidak hanya dengan segenap jiwa dan raga tetapi juga
hartanya. Bahkan sejarah menuliskan bahwa Khadijah menjadi salah satu
penyandang dana terbesar dalam sejarah perjuangan dakwah Nabi SAW.
Kesuksesan
Khadijah dalam bidang bisnis tidak hanya dikarenakan harta warisan dari kedua
orang tua dan mantan suaminya yang juga berasal dari keluarga yang kaya raya,
tetapi hal itu tidak lepas dari sikapnya yang baik terhadap relasi bisnis dan
kepeduliannya terhadap para pekerjanya serta sikapnya yang selalu hati-hati
dalam berbisnis dan senantiasa mengembangkan usahanya dengan modal kepercayaan.
Sikap yang demikianlah yang membuat bisnis Khadijah semakin maju dan berkembang
hingga keluar kota Makkah.
Pertemuan
Khadijah dengan Muhammad diawali ketika Muhammad bekerja sebagai salah satu
karyawan di perusahaannya yang menjualkan barang dagangannya. Saat itu Muhammad
masih berusia 15 tahun. Bersama dengan Maisaroh, salah satu karyawan
kepercayaan Khodijah, Muhammad menjualkan dagangannya keluar kota Makkah.
Sebagai seorang
yang dikenal dengan kejujuran dan kemahirannya dalam berdagang, tidak
mengherankan jika Muhammad selalu pulang dengan menyerahkan hasil yang
memuaskan. Sikap Muhammad yang santun dan jujur itulah yang menarik hati
Khadijah. Terlebih Maisaroh yang selalu menyertai Muhammad dalam berdagang
selalu menceritakan bagaimana sikap Muhammad yang selalu jujur dalam berdagang.
Suatu hari
dalam perjalanan ke Syam untuk berdagang, Maisaroh melihat suatu kejadian aneh
yang belum pernah dilihat sebelumnya. Di tengah matahari yang cukup terik,
gulungan awan selalu mengikuti perjalanan Muhammad seolah melindunginya dari
sengatan sinar matahari. Kejadian ini membawa kesan mendalam di hati maisaroh,
terlebih ketika dia mendengar seorang rahib yang mengatakan bahwa Muhammad
adalah laki-laki yang ditunggu-tunggu oleh bangsa Arab yang kedatangannya telah
tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil. Kejadian-kejadian tersebut tidak lupa
dicerikan oleh Maisaroh kepada Khadijah.
Semua hal yang
terkait dengan Muhammad memang tidak pernah lepas dari segala yang baik. Meski
pada awalnya Khadijah tidak berniat untuk menikah kembali setelah kematian
suaminya (sebelumnya Khadijah memang pernah menikah dengan ‘Atiq bin ‘Ahid dan
Abu Halah) dan hanya ingin mengkonsentrasikan hidupnya dalam dunia bisnis,
tetapi kebaikan hati, kemuliaan akhlak serta kepandaiannya dalam berdagang
membuat Khadijah menceritakan keinginannya untuk meminang Muhammad kepada
Nafisah binti Munyah, seseorang yang dipercaya oleh Khadijah yang pada akhirnya
menjadi penghubung pernikahan Khadijah dengan Muhammad.
Akhirnya
perkawinan Muhammad dengan istrinya Khadijah dilaksanakan pada hari Jum’at dua
bulan setelah kembalinya Muhammad dari berniaga ke Syams, pada saat itu
Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah telah berusia 40 tahun. Meskipun
usia Khadijah lebih tua 15 tahun dari Muhammad, tetapi tidak meragukan Muhammad
untuk menikahinya. Bagi Muhammad, Khadijah tidak hanya seorang yang cerdas,
kaya dan lihai dalam berbisnis, tetapi lebih dari itu Khadijah adalah perempuan
yang cantik, bermata jeli, mulia, baik akhlaknya, serta berasal dari keluarga
yang bernasab baik. Khadijah adalah satu-satunya istri Rosulullah yang
memberikan keturunan. Dari perkawinannya dengan Khadijah memiliki putra-putri
yakni Abdullah bin Muhammad, Ibrahim bin Muhammad, Qasim bin Muhammad, Zainab
binti Muhammad, Ruqayyah binti Muhammad, dan Fatimah binti Muhammad. Selain
menjadi istri pertama Rosulullah yang memberikan keturunan, Khadijah juga
merupakan satu-satunya istri Rosulullah yang tidak pernah dipoligami, karena
Rosulullah memang melakukan poligami setelah wafatnya Khadijah.
Khadijah adalah
sosok istri yang sholehah, yang selalu memahami jiwa suaminya dengan baik, dan
menjadi pendukung utama di saat sebagian besar orang masih dalam kebimbangan.
Dia adalah orang pertama yang percaya pada kenabian Muhammad. Karenanya
Khadijah selalu memberikan perlindungan dan ketenangan dalam jiwa dan hidup Rasulullah.
Sudah menjadi
kebiasaan Rasulullah dari sebelum dia meneriwa wahyu, pergi ke gua Hira’ untuk
menyepi dan bermunajat kepada Allah. Setiap akan pergi ke gua, Khadijah selalu
menyiapkan bekal untuk suaminya, karena di sana Rasulullah akan beribadah hingga
beberapa malam. Hinga suatu hari malaikat jibril datang untuk menyampaikan
wahyu pertama dari Allah, hingga membuat tubuh Rosulullah bergetar hebat.
Sekembalinya dari menerima wahyu di gua Hira’, Rasulullah langsung menuju ke
rumahnya dan minta diselimuti. Kedatangan beliau yang tidak seperti biasanya,
membuat Khadijah langsung menenangkannya dan menyelimutinya dengan segenap
kasih sayang. Setelah merasa tenang, beliau menceritakan semua peristiwa yang
terjadi di dalam gua Hira’. Serta merta Khadijah membesarkan dan menghibur
beliau dengan menyatakan bahwa bergebiralah karena Allah tidak akan
merendahkanmu. Kemudian Khadijah membawa Nabi kepada pamannya Waraqah bin
Naufal seorang penganut Kristen masa itu yang sangat pandai berbahasa Arab dan
menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Arab. Kemudian Rasulullah menceritakan
semua peristiwa yang dialaminya, kemudian Waraqah berkata bahwa yang datang
kepada Muhammad adalah Jibril sang penyampai wahyu dari Allah, sebagaimana dia
juga telah mendatangi nabi Musa AS untuk menyampaikan wahyu Allah. Waraqah juga
berkata bahwa seandainya dia masih hidup ketika sebagian besar orang memusuhi
Muhammad, maka ia akan menjadi pelindung dan pembelamu. Kemudian Muhammad
bertanya apakah mereka akan memusuhiku?, waraqahpun menjawab “ya mereka akan
memusuhimu, karena setiap orang yang mengemban amanah sepertimu pasti akan
dimusuhi”.
Kejadian di gua
Hira; disaat Muhammad berusia 40 tahun adalah merupakan salah satu pertanda
kenabian beliau. Peristiwa tersebut juga menjadi babak baru kehidupan Khadijah,
dimana dia harus mempercayai dan mengikuti ajaran Rosulullah dengan segala
konsekwensinya.
Penjelasan yang
diperoleh dari paman Khadijah tersebut, membuat Khadijah semakin mantap dan
mempercayai suaminya bahwa dia akan mengemban amanah Allah untuk
mennyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang tentu saja akan mendapatkan
banyak tantangan-tantangan, sehingga iapun siap berjuang bersama Rasulullah dan
berada di belakang untuk memberikan dukungan dan perlindungan. Rasulullah pun
mengatakan pada Khadijah yakni “ Aku mengharapkan Khadijah sebagai benteng yang
kuat dari diriku”.
Khadijah
menjadi seeorang yang sangat penting pada awal masa penyebaran Islam. Tidak
hanya ketika dakwah dilakukan secara sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat
dakwah secara terbuka. Tantangan semakin dirasakan ketika Rasulullah memulai
dakwahnya secara terbuka. Khadijahpun tidak hanya menjadi pelindung dan
pendukung tetapi juga menjadi penawar dan penyejuk Rasulullah di saat beliau
banyak mengalami siksaan dan hambatan dari orang-orang kafir, bahkan oleh
saudaranya sendiri Abu Lahab beserta istrnya Ummu Jamil dengan sangat keji.
Khadijah selalu
tampil mendampingi Rasulullah dengan penuh kasih sayang, cinta, dan kelembutan.
Wajahnya senantiasa membiaskan keceriaan, dan bibirnya meluncur kata-kata
jujur. Setiap kegundahan yang Rasulullah lontarkan atas perlakuan orang-orang
Quraisy selalu didengarkan oleh Khadijah dengan penuh perhatian untuk kemudian
dia memotivasi dan rnenguatkan hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam.
Bersama Rasulullah, Khadijah turut menanggung kesulitan dan kesedihan, sehingga
tidak jarang dia harus mengendapkan perasaan agar tidak terekspresikan pada
muka dan mengganggu perasaan suaminya. Mengenai hal ini, Rasulullah SAW pernah
bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia
membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya
kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak
darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.”
Begitu besarnya
jasa dan dukungan Khadijah terhadap perjuangan dalam menyebarkan ajaran Allah.
Sehingga kematiannya sangat memukul perasaan Nabi Saw. Khadijah meninggal pada
usia 64 tahun 6 bulan, dia telah mengarungi bahtera rumah tangga bersama Nabi
selama 24 tahun. Dalam 24 tahun kebersamaannya dengan Nabi Saw, membuat
Khadijah mempunyai tempat yang sangat istimewa di hati Rasulullah, sehingga
tahun kematiannya disebut dengan ‘Aamul Huzni (tahun kesedihan). Khadijah
adalah Ummul Mukminin istri Rasulullah yang pertama, wanita pertama yang
mernpercayai risalah Rasulullah, dan wanita pertama yang melahirkan putra-putri
Rasulullah. Dia juga orang pertama yang mendapat kabar gembira bahwa dirinya
adalah ahli surga.
Rasulullah
sendiri yang mengurus jenazah Khadijah, dia dimakamkan di di dataran tinggi
Mekah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun, dan kalimat terakhir yang beliau
ucapkan ketika melepas kepergiannya adalah: “Sebaik-baik wanita penghuni surga
adalab Maryam binti Imran dan Khadijah binti Khuwailid."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan