Dialah Abdurrahman bin
'Auf, sahabat Rasulullah yang mendapat nikmat kekayaan di dunia serta
kebahagiaan di akhirat. Siapa yang tak ingin seperti beliau. Bagi akhiratnya,
beliau merupakan satu dari 10 shahabat Rasul yang dijanjikan surga. Di dunia,
beliau menjadi orang terkaya dengan harta melimpah.
Namun cobaan harta
tidaklah mudah. Beliau seringkali menangis karena hartanya yang berlimpah.
Beliau takut hartanya akan menyulitkannya di akhirat kelak.
Suatu hari, sepinggan
makanan lezat dihidangkan untuk Abdurrahman bin 'Auf. Saat itu beliau sedang
berpuasa. Namun bukan memakannya, sang shahabat justru menangis tersedu. Ia pun
enggan menyentuh makanan tersebut.
"Allah bukakan
dan bentangkan dunia ini untuk kami semua. Aku khawatir pahala dan balasanku
dipercepat di dunia ini," ujarnya.
Padahal, beliau
merupakan salah satu shahabat Rasulullah yang sangat dermawan. Bagaimana
mungkin harta menjadi balasan pahala jikalau harta itu diberikannya untuk
kepentingan umat Islam.
Dialah shahabat yang
menyumbang separuh hartanya saat Rasulullah kekurangan pasokan perang. Bahkan
ia menyumbang seluruh hartanya saat Rasulullah membutuhkan perbekalan untuk
Perang Tabuk. Sampai-sampai Umar bin Khattab berkata, "Sungguh aku melihat
'Abdurrahman bin 'Auf telah berdosa. Ia telah menyumbangkan seluruh hartanya
tanpa menyisakannya untuk keluarga," ujar Umar kepada Rasulullah.
Maka Nabiyullah pun
bertanya pada Abdurrahman mengenai kondisinya tersebut, "Apakah engkau
meninggalkan sesuatu untuk keluargamu, wahai Abdurrahman?"
Dengan yakin
Abdurrahman menjawab, "Ya, aku bahkan meninggalkan untuk mereka sesuatu
yang lebih banyak," ujarnya.
"Berapakah
jumlahnya?" tanya Rasulullah.
"Sebanyak janji
Allah dan Rasul-Nya, yakni berupa balasan kebaikan, pahala dan ganjaran,"
jawab Abdurrahman enteng.
Kedermawanan
Abdurrahman tak terkira dan tak tertandingi. Namun tidaklah hartanya habis
setelah disedekahkan, justru semakin banyaklah hartanya. Allah begitu banyak
melimpahkan harta kepadanya. Sehingga Abdurrahman pun terus saja memikirkan
kondisinya di akhirat kelak. Ia terus saja takut bahwa hartanya akan
menyulitkannya pada hari akhir.
Suatu hari di masa
tuanya, Abdurrahman bin 'Auf mendengar sebuah hadits dari Aisyah. Sang ummul
mukminin pernah mendengar Rasulullah berkata bahwa kelak Abdurrahman bin 'Auf
akan menuju surga dengan merangkak.
Mendengarnya,
Abdurrahman begitu sedih. Ia memang selalu khawatir bahwa hartanya akan
menyulitkannya kelak. Beliau pun bertekad agar dapat menuju surga dengan
berjalan tegak.
"Aku akan lakukan
apa saja agar aku bisa masuk surga dengan berdiri, wahai Ummul Mukminin.
Persaksikanlah semua kafilah dagangku ini beserta bawaan mereka dan pelana
serta segalanya aku infakkan di jalan Allah," ujar Abdurrahman.
Padahal, sang shahabat
Rasul ini memiliki kafilah dagang yang jumlahnya sangat banyak. Suatu hari,
saat kafilah dagang Abdurrahman memasuki Kota Madinah, terhitung sebanyak 700
orang jumlahnya. Setiap dari mereka menunggang unta dan membawa segala
kebutuhan manusia baik makanan hingga perhiasan. Bahkan dikisahkan, kota seakan
bergoncang dengan kedatangan para kafilah dagang tersebut.
Semua harta melimpah
itu kemudian dishadaqahkan di jalan Allah. Ia memenuhi kebutuhan seluruh ummul
mukminin karena saat itu Rasulullah telah wafat. Ia pula memenuhi kebutuhan
para mujahid yang berperang di jalan Allah. Bagi Abdurrahman, tiada hari tanpa
berinfaq.
Tak hanya itu, selepas
kematiannya, ia berwasiat agar memberi sebagian hartanya utuk seratus mujahidin
perang Badr. Masing-masing dari mereka mendapat sebesar 400 dinar emas.
Abdurrahman juga memberi harta yang banyak kepada para ummul mukminin. Ia juga
membebaskan semua budak miliknya.
Setelah membagi-bagi
hartanya tersebut, Abdurrahman bin 'Auf pun wafat dengan tenang. Turut
mengantarkan jenazahnya, paman Rasulullah Sa'ad bin Abi Qaqqash serta Utsman
bin 'Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Semoga Allah merahmati beliau.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan