Para sahabat begitu perhatian dan cinta kepada Nabi
Muhammad. Mereka siap melakukan apapun untuk sekedar meringankan beban yang
dialami Nabi Muhammad. Mereka juga siap mengorbankan harta, tenaga, dan bahkan
nyawanya demi orang yang dicintainya itu. Bahkan, kecintaan mereka kepada Nabi
Muhammad lebih besar daripada kecintaan mereka terhadap diri sendiri ataupun
keluarganya.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang yang
sangat mencintai Nabi Muhammad. Saking cintanya, ia lebih mendahulukan
kepentingan Nabi Muhammad dan mengakhirkan kepentingan pribadi. Salah satu
bentuk kecintaan Sayyidina Ali bin Abi Thalib kepada Nabi Muhammad adalah
dengan memberikan bantuan manakala yang dicintainya itu mengalami
kesulitan.
Merujuk buku Hayatush Shahabah , suatu ketika Nabi
Muhammad mengalami kesulitan ekonomi. Keadaan itu membuat Nabi Muhammad tidak
makan karena memang tidak ada yang bisa dimakan. Lambat laun kabar itu sampai
ke telinga Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Setelah mengetahui kabar itu,
Sayyidina Ali langsung pergi mencari pekerjaan sehingga mendapatkan upah.
Nantinya upah itu akan diberikan kepada Nabi Muhammad.
Sayyidina Ali mendatangi seorang Yahudi yang memiliki
kebun kurma. Kepada seorang Yahudi tersebut, ia mengaku siap bekerja untuk
mengairi kebun kurmanya. Terjadi diskusi antara mereka berdua soal imbalan.
Akhirnya disepakati, setiap Sayyidina Ali menimba satu ember dari sumur maka ia
akan mendapatkan imbalan satu butir kurma.
Ia berhasil menimba 17 ember air. Sesuai kesepakatan, maka
Sayyidina Ali menerima 17 butir kurma. Dia memilih kurma ajwah sebagai upahnya.
Kurma-kurma tersebut kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad. Hal itu membuat
Nabi Muhammad bertanya kepada Sayyidina Ali perihal darimana asalnya
kurma-kurma itu.
“Aku pergi bekerja demi memperoleh makanan untukmu,” jawab
Sayyidina Ali.
Ketika Nabi menanyakan perihal apa yang mendorong
melakukan itu, Sayyidina Ali menjawab bahwa rasa cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya lah yang mendorongnya bekerja dan memberikan upahnya kepadanya.
“Barang siapa mencintai Allah, hendaklah ia mempersiapkan
perlindungan yang langgeng dari kemalangan,” kata Nabi Muhammad saw.
Dari kisah di atas bisa ditarik beberapa poin
penting.
Pertama, para sahabat sangat mencintai Nabi Muhammad. Tidak hanya
sahabat, seluruh umat Islam juga begitu cinta dengan Nabi Muhammad. Mereka
mencintai Nabi Muhammad begitu dalam, hingga mengalahkan cintanya kepada diri
dan sanak famili sendiri.
Kedua, siapa yang mencintai Nabi maka ia akan bersamanya di akhirat
kelak. Dalam sebuah riwayat Anas disebutkan, suatu ketika ada seorang yang
bertanya kepada Nabi Muhammad tentang datangnya hari kiamat. Nabi bertanya
balik, ‘Apa yang sudah disiapkan untuk menghadapi kiamat?’ Kata orang tersebut,
dia tidak mempersiapkan apapun kecuali mencintai Allah dan Rasul-Nya.
“Engkau bersama
orang yang engkau cintai,” kata Nabi Muhammad.
Ketiga, tidak ada larangan bekerja di tempat non-Muslim. Sayyidina
Ali bekerja di kebun kurma miliki seorang Yahudi dan Nabi Muhammad tidak menegurnya.
Jadi tidak ada larangan bagi seorang Muslim bekerja pada non-Muslim, asal
pekerjaannya tersebut dalam bidang yang halal dan sesuai dengan ketentuan
Islam.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan