Setelah itu Ma'ruf belajar di
bawah bimbingan Daud at-Ta'i dan menjalani disiplin diri yang keras.
Terbuktilah bahwa ia sedemikian taat beragama dan mempraktekkan disiplin yang
sedemikian keras-nya sehingga ketabahannya itu menjadi termasyhur ke mana-mana.
Muhammad bin Manshur at-Tusi meriwayatkan pertemuannya dengan Ma'ruf di kota Baghdad. "Kulihat di wajahnya ada goresan bekas luka. Aku bertanya kepadanya: 'Kemarin aku bersamamu tetapi tidak terlihat olehku bekas luka ini. Bekas apakah ini?' Ma'ruf menjawab: 'Jangan hiraukan segala sesuatu yang bukan urusanmu. Tanyakanlah hal-hal yang berfaedah bagi dirimu. Tetapi aku terus mendesak Ma'ruf: Demi hak Allah yang kita sembah, jelaskanlah kepadaku,
Maka berkatalah Ma'ruf: "Kemarin malam aku berdoa semoga aku dapat ke Mekkah dan mengelilingi Ka'bah. Doaku itu terkabul.
Ketika hendak minum di sumur zamzam aku tergelincir dan mukaku terbentur ke sumur itu. Itulah yang menyebabkan bekas luka itu".
Pada suatu ketika Ma'ruf turun ke sungai Tigris dengan maksud hendak bersuci. Al-Qur'an dan sajadahnya tertinggal di masjid. Seorang wanita tua masuk ke masjid, mengambil dan membawa kabur al-Qur'an beserta sajadah itu. Ma'ruf segera mengejarnya. Setelah wanita itu tersusul, sambil menundukkan kepala agar tidak sampai memandang wajah wanita itu, Ma'ruf bertanya:
"Apakah engkau mempunyai seorang putera yang dapat membaca al-Qur'an?"
"Tidak", jawab wanita itu.
"Kalau begitu, kembalikanlah al-Qur'an itu kepadaku. Sajadah itu biarlah untukmu".
Perempuan itu terheran-heran akan kemurahan hati Ma'ruf, maka baik al-Qur'an maupun sajadah itu diserahkannya kembali.
Tetapi Ma'ruf mendesak: 'Tidak, ambillah sajadah ini; Sajadah ini adalah hakmu yang halal".
Si wanita bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu dan tak habis pikir.
Muhammad bin Manshur at-Tusi meriwayatkan pertemuannya dengan Ma'ruf di kota Baghdad. "Kulihat di wajahnya ada goresan bekas luka. Aku bertanya kepadanya: 'Kemarin aku bersamamu tetapi tidak terlihat olehku bekas luka ini. Bekas apakah ini?' Ma'ruf menjawab: 'Jangan hiraukan segala sesuatu yang bukan urusanmu. Tanyakanlah hal-hal yang berfaedah bagi dirimu. Tetapi aku terus mendesak Ma'ruf: Demi hak Allah yang kita sembah, jelaskanlah kepadaku,
Maka berkatalah Ma'ruf: "Kemarin malam aku berdoa semoga aku dapat ke Mekkah dan mengelilingi Ka'bah. Doaku itu terkabul.
Ketika hendak minum di sumur zamzam aku tergelincir dan mukaku terbentur ke sumur itu. Itulah yang menyebabkan bekas luka itu".
Pada suatu ketika Ma'ruf turun ke sungai Tigris dengan maksud hendak bersuci. Al-Qur'an dan sajadahnya tertinggal di masjid. Seorang wanita tua masuk ke masjid, mengambil dan membawa kabur al-Qur'an beserta sajadah itu. Ma'ruf segera mengejarnya. Setelah wanita itu tersusul, sambil menundukkan kepala agar tidak sampai memandang wajah wanita itu, Ma'ruf bertanya:
"Apakah engkau mempunyai seorang putera yang dapat membaca al-Qur'an?"
"Tidak", jawab wanita itu.
"Kalau begitu, kembalikanlah al-Qur'an itu kepadaku. Sajadah itu biarlah untukmu".
Perempuan itu terheran-heran akan kemurahan hati Ma'ruf, maka baik al-Qur'an maupun sajadah itu diserahkannya kembali.
Tetapi Ma'ruf mendesak: 'Tidak, ambillah sajadah ini; Sajadah ini adalah hakmu yang halal".
Si wanita bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan malu dan tak habis pikir.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan