Setelah lama bertirakat malam dan melakukan disiplin diri yang
keras, kesehatan Sahl terganggu, ia menderita penyakit blennorrhoea yang parah,
sehingga setiap sebentar ia harus ke kamar kecil. Karena itu ia selalu menyediakan
sebuah guci di dekatnya. Tetapi menjelang waktu-waktu shalat penyakit itu reda
dan ia dapat bersuci dan melakukan ibadah. Apabila ia naik ke atas mimbar, ia
sama sekali menjadi segar bugar tanpa keluhan sedikit pun juga. Tetapi begitu
ia turun dari mimbar, penyakit itu datang kembali. Walau dalam keadaan seperti
ini tapi ia tak pernah melalaikan perintah Allah.
Menjelang ajalnya ia ditemani oleh keempat ratus orang muridnya. Mereka bertanya kepada Sahl:
"Siapakah yang akan duduk di tempatmu dan siapakah yang akan berkhotbah di atas mimbar sebagai penggantimu?"
Pada waktu itu ada seseorang penganut agama Zoroaster yang bernama Syadh-Dil.
"Yang akan menggantikanku adalah Syadh-Dil", jawab Sahl sambil membuka matanya.
"Syeikh sudah tidak dapat berpikir waras lagi", murid-muridnya saling berbisik.
"Ia mempunyai empat ratus orang murid, semuanya orang-orang terpelajar dan taat beragama, tetapi yang diangkatnya sebagai penggantinya adalah seorang penganut agama Zoroaster".
"Hentikan omelan-omelan kalian. Bawalah Syadh-Dil kepadaku", teriak Sahl.
Murid-murid Sahl segera menjemput si penganut agama Zoroaster itu. Ketika melihat Syadh-Dil berkatalah Sahl kepadanya:
"Tiga hari setelah kematianku, setelah shalat 'Ashar, naiklah ke atas mimbar dan berkhotbahlah sebagai penggantiku".
Setelah mengucapkan kata-kata itu Sahl menghembuskan nafas-nya yang terakhir. Tiga hari kemudian setelah shalat 'Ashar, masjid semakin penuh sesak. Syadh-Dil masuk dan naik ke atas mimbar, semua orang melongo menyaksikannya.
"Apakah arti semua ini? Seorang penganut agama Zoroaster yang mengenakan topi Majusi dan sabuk pinggang Majusi!"
Syadh-Dil mulai berkhotbah:
"Pemimpin kalian telah mengangkat diriku sebagai wakilnya. Dia bertanya kepadaku: 'Syadh-Dil, belum tibakah saatnya engkau memutus sabuk Majusi dari pinggangmu?' Kini saksikanlah oleh kalian semua, akan kuputuskan sabukku ini".
Dikeluarkannya sebuah pisau dan diputuskannya sabuk pinggang yang dikenakannya itu. Kemudian Syadh-Dil meneruskan:
"Pemimpin kalian kemudian bertanya pula: 'Belum tibakah saatnya engkau melepaskan topi Majusi dari kepalamu?'. Kini saksikanlah oleh kalian semua, kulepaskan topi ini dari kepalaku".
Kemudian Syadh-Dil berseru:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Syeikh juga me-nyuruhku untuk mengatakan kepada kalian: 'Dia yang menjadi syeikh dan guru kalian telah memberikan nasehat yang baik kepada kalian, dan kewajiban seorang murid adalah menerima nasehat guru-nya. Saksikanlah oleh kalian betapa Syadh-Dil telah memutuskan sabuknya yang terlihat. Jika kalian ingin bersua dengan aku di Hari berbangkit nanti, kepada setiap orang di antara kalian aku serukan, putuskanlah sabuk di dalam hatimu' ".
Semua jama'ah menjadi gempar ketika Syadh-Dil selesai berkhotbah dan manifestasi-manifestasi spiritual yang mengherankan terjadilah.
Menjelang ajalnya ia ditemani oleh keempat ratus orang muridnya. Mereka bertanya kepada Sahl:
"Siapakah yang akan duduk di tempatmu dan siapakah yang akan berkhotbah di atas mimbar sebagai penggantimu?"
Pada waktu itu ada seseorang penganut agama Zoroaster yang bernama Syadh-Dil.
"Yang akan menggantikanku adalah Syadh-Dil", jawab Sahl sambil membuka matanya.
"Syeikh sudah tidak dapat berpikir waras lagi", murid-muridnya saling berbisik.
"Ia mempunyai empat ratus orang murid, semuanya orang-orang terpelajar dan taat beragama, tetapi yang diangkatnya sebagai penggantinya adalah seorang penganut agama Zoroaster".
"Hentikan omelan-omelan kalian. Bawalah Syadh-Dil kepadaku", teriak Sahl.
Murid-murid Sahl segera menjemput si penganut agama Zoroaster itu. Ketika melihat Syadh-Dil berkatalah Sahl kepadanya:
"Tiga hari setelah kematianku, setelah shalat 'Ashar, naiklah ke atas mimbar dan berkhotbahlah sebagai penggantiku".
Setelah mengucapkan kata-kata itu Sahl menghembuskan nafas-nya yang terakhir. Tiga hari kemudian setelah shalat 'Ashar, masjid semakin penuh sesak. Syadh-Dil masuk dan naik ke atas mimbar, semua orang melongo menyaksikannya.
"Apakah arti semua ini? Seorang penganut agama Zoroaster yang mengenakan topi Majusi dan sabuk pinggang Majusi!"
Syadh-Dil mulai berkhotbah:
"Pemimpin kalian telah mengangkat diriku sebagai wakilnya. Dia bertanya kepadaku: 'Syadh-Dil, belum tibakah saatnya engkau memutus sabuk Majusi dari pinggangmu?' Kini saksikanlah oleh kalian semua, akan kuputuskan sabukku ini".
Dikeluarkannya sebuah pisau dan diputuskannya sabuk pinggang yang dikenakannya itu. Kemudian Syadh-Dil meneruskan:
"Pemimpin kalian kemudian bertanya pula: 'Belum tibakah saatnya engkau melepaskan topi Majusi dari kepalamu?'. Kini saksikanlah oleh kalian semua, kulepaskan topi ini dari kepalaku".
Kemudian Syadh-Dil berseru:
"Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah. Syeikh juga me-nyuruhku untuk mengatakan kepada kalian: 'Dia yang menjadi syeikh dan guru kalian telah memberikan nasehat yang baik kepada kalian, dan kewajiban seorang murid adalah menerima nasehat guru-nya. Saksikanlah oleh kalian betapa Syadh-Dil telah memutuskan sabuknya yang terlihat. Jika kalian ingin bersua dengan aku di Hari berbangkit nanti, kepada setiap orang di antara kalian aku serukan, putuskanlah sabuk di dalam hatimu' ".
Semua jama'ah menjadi gempar ketika Syadh-Dil selesai berkhotbah dan manifestasi-manifestasi spiritual yang mengherankan terjadilah.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan