(AWAL DALAM JENJANG KEWALIAN)
Hazrat Khwaja Farīduddīn
Mas'ūd Ganjshakar
Apabila Allah melimpahkan maqam Kewalian
atas seorang hamba, maka turunlah Hidayah atas dirinya yang dhaif lagi faqir
yang merupakan benih-benih Kewalian yang tertanam sejak awal langkah perjalanan
(musafir)nya kepada Allah Ta’ala.
Adapun hidayah, yaitu langkah-langkah daripada seorang Awliya itu didapatkannya akan Dia Yang Kuasa lagi Berkehendak atas hamba yang dhaif atas dirinya itu, yakni dengan sifat-sifat yang daripadanya itu berupa:
Adapun hidayah, yaitu langkah-langkah daripada seorang Awliya itu didapatkannya akan Dia Yang Kuasa lagi Berkehendak atas hamba yang dhaif atas dirinya itu, yakni dengan sifat-sifat yang daripadanya itu berupa:
a) Keberadaannya seorang hamba terhadap Allah Yang Tunggal lagi Mulia atas segala sesuatunya.
b) Keberadaannya seorang hamba terhadap dirinya sendiri yang dhaif lagi fakir atas dirinya itu.
c) Keberadaannya seorang hamba yang dhaif terhadap semua makhluk yang diciptakan Allah Yang Kuasa atas segala kuasa atas makhlukNya.
d) Keberadaannya seorang hamba terhadap dunia yang penuh dengan kehinaan atas dirinya itu.
Maka terdapatlah tujuh perkara tingkah laku seorang Wali kepada Allah Ta’ala:
1. Senantiasa memberi hakNya kepadaNya.
2. Manjaga batas hukum-hukumNya.
3. Bersyukur atas karuniaNya.
4. Patuh kepada titahNya.
5. Sabar dalam menghadapi cobaan-cobaanNya.
6. Senantiasa memuliakan kesucianNya.
7. Senantiasa rindu atasNya.
· Dan tujuh perkara tingkah laku Awliya terhadap dirinya sendiri:
1. Merasa takut akan Allah Ta’ala.
2. Mau bersedia berjuang.
3. Kuat menahan kesulitan.
4. Memiliki disiplin beribadah.
5. Selalu mencari kebenaran dan keikhlasan.
6. Menjauhkan diri dari apa-apa yang dicintainya terhadap selera nafsunya.
7. Faqr, yakni merasakan dirinya tidak memiliki apa-apa di dunia.
Dan tujuh perkara tingkah laku Awliya terhadap dunia dan seluruh makhlukNya:
1. Merasa puas terhadap apa yang telah dimiliki.
2. Lebih suka atas apa yang diperoleh daripada yang tidak.
3. Menghindar dari pencarian yang sukar ditangkap.
4. Membenci segala hal yang berlebihan.
5. Zuhud, yakni lebih suka menahan godaan nafsu.
6. Mengenal kejahatan-kejahatan dari dunia ini dan,
7. Meniadakan pengaruhnya.
Dan apabila seorang shufi itu telah mencukupi pengetahuan-pengetahuan di atas tersebut, maka meningkatlah kepada tingkat mujahadah serta suluk. Dan memperbanyak i’tikaf, dan daripadanya itu berhusnuzzhan kepada Allah Ta’ala dan terhadap Mursyid pada zamannya serta tak terlupakan atas dhaifnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan