Wasiat Nasihat Imam Quthbul Irsyad al Habib Abdullah bin Alwi al Haddad
SIRI 1
“Dalam segala hal aku selalu mencukupkan diri dengan kemurahan dan
karunia Allah SWT. Aku selalu menerima nafkah dari khazanah kedermawanannya.
“Aku tidak pernah melihat ada yang benar-benar memberi, selain Allah
SWT.Jika ada seseorang memberiku sesuatu, kebaikannya itu tidak meninggikan
kedudukannya di sisiku, karena aku menganggap orang itu hanyalah perantara saja”
“Andaikan aku kuasa dan mampu, tentu akan kupenuhi kebutuhan semua kaum
faqir miskin. Sebab pada awalnya, agama ini ditegakkan oleh kaum Mukminin yang
lemah. “Dengan sesuap makanan tertolaklah bencana.”
“Sesungguhnya aku tidak ingin bercakap-cakap dengan masyarakat, aku
juga tidak menyukai pembicaraan mereka, dan tidak peduli kepada siapapun dari
mereka. Sudah menjadi tabiat dan watakku bahwa aku tidak menyukai kemegahan dan
kemasyhuran. Aku lebih suka berkelana di gurun sahara. Itulah keinginanku;
itulah yang kudambakan. Namun, aku menahan diri tidak melaksanakan keinginanku
agar masyarakat dapat mengambil manfaat dariku.”
“Kebanyakan orang, jika
tertimpa musibah penyakit atau lainnya, mereka tabah dan sabar; mereka sadar
bahwa itu adalah qodha dan qodar Allah SWT.
Tetapi jika diganggu orang,
mereka sangat marah. Mereka lupa bahwa gangguan-gangguan itu sebenarnya juga
qodha dan qodar Allah SWT, mereka lupa bahwa sesungguhnya Allah SWT hendak
menguji dan menyucikan jiwa mereka.
Rasulullah bersabda :
“Besarnya pahala tergantung pada beratnya ujian. Jika Allah SWT mencintai suatu
kaum, ia akan menguji mereka. Barang siapa ridho, ia akan memperoleh
keridhoannya; barang siapa tidak ridho, Allah SWT akan murka kepadanya.” ( HR
Thabrani dan Ibnu Majah )
“Ajaklah orang awam kepada syariat dengan bahasa syariat; ajaklah ahli
syariat kepada tarekat ( thariqah ) dengan bahasa tarekat; ajaklah ahli tarekat
kepada hakikat ( haqiqah ) dengan bahasa hakikat, ajaklah ahli hakikat kepada
Al-Haq dengan bahasa Al-Haq, dan ajaklah ahlul Haq kepada Al-Haq dengan bahasa
Al-Haq”.
“Beramallah sebanyak mungkin dan pilihlah amal yang dapat kamu kerjakan
secara berkesinambungan ( mudawamah ). Jangan remehkan satu amal pun yang
pernah kau kerjakan. Sebab setelah Imam Ghazali wafat, seseorang bermimpi
bertemu dengannya dan bertanya, “Bagaimana Allah swt memperlakukanmu?
“Dia mengampuniku” jawab Imam Ghazali.”Amal apa yang menyebabkan Allah
swt mengampunimu?
“Suatu hari, ketika aku sedang menulis, tiba-tiba seekor lalat hinggap
di penaku. Kubiarkan ia minum tinta itu hingga puas.”
“Ketahuilah! Amal yang bernilai tinggi adalah amal yang dianggap kecil
dan dipandang remeh oleh nafsu. Adapun amal yang dipandang mulia dan bernilai
oleh nafsu, pahalanya dapat sirna, baik karena pelakunya, amalnya itu sendiri
ataupun karena orang lain yang berada sekitarnya.”
“Di zaman ini kita harus berhati-hati, sebab zaman ini adalah zaman
syubhat. Para Ulama menyatakan, tidak sepatutnya seorang yang berilmu bingung
membedakan yang baik dan buruk. Sebab, kebaikan dan keburukan adalah dua hal
yang sangat jelas, setiap orang dapat membedakannya.”
“Seorang berilmu ketika harus memilih satu diantara dua kebaikan atau
dua keburukan, maka dia akan memilih kebaikan yang terbaik dan meninggalkan
keburukan yang terburuk. Sebagai contoh, jika ada seseorang ingin melukaimu
dengan tongkat atau pisau, dan kau tidak dapat menghindarinya, maka terluka
oleh tongkat lebih ringan. Atau ada seseorang tidak mampu berjalan, sedangkan
kau mampu. Jika kau turun dari hewan tungganganmu dan menyuruhnya naik, maka
itu lebih baik daripada engkau boncengkan dia, meskipun kedua-duanya baik. Begitulah
keadaan kami di zaman ini. Memilih yang terbaik dari dua kebaikan dan
meninggalkan yang terburuk dari dua keburukan merupakan salah satu kaidah agama
yang disampaikan oleh para salaf seperti Imam Malik bin Anas dan Ulama lainnya.
Semoga Allah swt meridhai mereka semua. “
Barangsiapa tidak mengetahui akidah ini, maka dia adalah seorang yang
bodoh. Jika dia tidak mengetahui kaidah ini dan memandang dirinya sebagai
seorang yang berilmu, maka dia adalah seorang yang teramat bodoh. Dia seperti
seorang kikir yang merasa dirinya sebagai seorang dermawan. Orang seperti ini
adalah orang teramat kikir.”
“Persahabatan, pertemanan dan pergaulan memiliki pengaruh yang sangat
kuat untuk membuat seseorang menjadi baik maupun buruk.
Persahabatan dan pergaulan dengan orang-orang shaleh dan berbudi
membawa manfaat, sedangkan persahabatan dan pertemanan dengan orang-orang fasik
dan durhaka membawa bahaya. Hanya saja manfaat persahabatab dengan orang shaleh
atau bahaya pergaulan dengan pendurhaka tersebut terkadang tidak tampak secara
langsung, akan tetapi secara bertahap dan setelah berlangsung lama.Rasulullah
saw bersabda : Seseorang akan bersama teman duduknya. Seseorang itu akan
mengikuti agama sahabatnya, oleh karena itu setiap orang dari kalian hendaknya
memperhatikan siapa yang ia jadikan teman.” ( HR. Tirmidzi, Abu Daud dan Ahmad
)
“Teman duduk yang baik lebih utama daripada menyendiri; dan menyendiri
lebih baik daripada bergaul dengan teman yang buruk.”
“Jika engkau ingin mengetahui ilmu dan amal yang bermanfaat dan penting
atau yang paling bermanfaat dan paling penting bagimu, maka bayangkanlah bahwa
besok engkau akan mati, kembali kepada Allah swt dan berdiri dihadapan-Nya.
Allah swt kemudian menanyakan semua ilmu, amal dan keadaanmu. Setelah itu
engkau akan dimasukkan ke Surga atau Neraka”.
“Ilmu dam amal yang engkau anggap lebih utama pada saat membayangkan
kematian tersebut adalah ilmu dan amal yang penting dan bermanfaat engkau
miliki. Itulah yang seharusnya engkau tekuni dan cari.Sedangkan semua yang
engkau anggap tidak bermanfaat dan penting ketika engkau membayangkan kematian
tersebut, maka tinggalkanlah. Jangan sibukkan dirimu untuk mencari dan
mempelajarinya. Begitu pula dengan semua kegiatan hidup, apa yang engkau anggap
penting dan memang harus kau penuhi ketika membayangkan kematian itu, maka
jangan kau tinggalkan. Dan apa yang tidak kau butuhkan pada saat itu, maka
tinggalkan dan jangan kau kerjakan.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan