Abu AbdiLlah Ar-Razi
ketika singgah di Naisabur mengalami pengalaman sufi yang menarik. Dia
mengatakan, "Ibnul Ambari pernah mengenakan pada saya pakaian yang terbuat
dari bulu domba.
Ketika itu saya melihat di kepala Dalf Asy-Syibli
terdapat topi manis yang diikat dengan kain wol. Saya berbisik dalam diri saya,
'alangkah baiknya jika kedua hiasan tersebut berkumpul pada diri saya.' Ketika
Asy-Syibli berdiri dari duduknya, dia menoleh kepadaku dan saya mengikutinya.
Biasanya jika saya ingin mengikutinya, dia pasti menoleh kepadaku terlebih
dahulu, namun kali ini tidak. Dai langsung berjalan dan masuk ke rumah tanpa
memperhatikan saya.
"Lepaskan kain bulu itu." Perintahnya. Sayapun
melepaskannya. Dia kemudian dia melipat kain itu, lalu menggabungkannya dengan
topi dan memerintahkan seseorang untuk membakarnya."
Abu Hafs An-Naisaburi megatakan, "Tidak patut
bagi seseorang mengaku memiliki firasat yang tajam sementara dia takut pada firasat
orang lain karena Nabi SAW pernah bersabda,"Takutlah kalian pada firasat
orang mukmin". Beliau tidak mengatakan "Berfirasatlah". Maka
bagaimana mungkin sah firasat seseorang sementara dia masih takut di maqam
firasat."
Ahmad nin Masruq mengatakan, "Saya memasuki
rumah seorang laki-laki yang sudah lanjut usia. Dia adalah satu diantara
kawan-kawan kami.
Saya memangilnya tetapi tidak mendapat sahutan.
Sayapun masuk ke dalam dan mendapatinya dalam keadaan setengah lemah. Saya
bergumam dalam hati,"Dari mana dia mendapat pertolongan, sementara dia
adalah orang yang sudah sangat tua ?
" Tiba-tiba dia menyahut, "Hai Abul Abas,
tinggalkan bisikan hatimu yang busuk itu. Sesungguhnya bagi Alloh ada
kelembutan yang sangat samar."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan