Dia juga mengikuti perang pada masa Rasulullah Saw, yakni perang badar dan perang Uhud. Bahkan Rasulullah Saw pernah mengutusnya memimpin perang yang tidak diikuti oleh beliau.
Ketika
banyak cobaan dan penyiksaan dialami oleh kaum muslimin, Abu Salamah beserta
istrinya Ummu Salamah ikut berhijrah meninggalkan Makkah bersama beberapa
sahabat lainnya menuju ke Habasyah (sekarang disebut Ethiopia), tepatnya pada
bulan Rajab tahun kelima kenabian, pada saat itu Rasulullah Saw memang
mengizinkan para sahabat beliau hijrah ke Habasyah Etiopia ( Afrika).dengan
membawa bekal keimanannya. Di negeri inilah Ummu Salamah melahirkan keempat anaknya.
Kemudian
mereka mendengar berita bahwa Makkah telah dikuasai oleh orang muslim kemudian
keduanya bersama keempat anak-anaknya kembali ke Makkah. Tetapi ternyata kabar
tersebut tidakah benar, sehingga mereka kemudian harus hijrah kembali ke
Madinah. Ada suatu kisah ketika mereka hendak kembali berhijrah ke Madinah.
Pada saat itu keluarga dari Ummu Salamah melarang mereka untuk membawa putranya
Salamah berhijrah.
Keluarga
Ummu Salamah kemudian mengambil dan membawa Salamah secara paksa sampai salah satu
tangan anak mereka Salamah cedera.
Peristiwa
tersebut membuat Abu dan Ummu Salamah bersedih, tetapi tidak lama kemudian
datanglah bantuan dari seseorang yang kasihan melihat keduanya, sehingga
Salamah akhirnya bisa kembali kepangkuan kedua orang tuanya.
Setelah
peristiwa tersebut, berangkatlah Abu Salamah bersama seluruh anggota
keluarganya berhijrah ke Madinah dan membangun hidup berdampingan dengan
Rosulullah Saw.
Tidak
lama setelah mereka tinggal di Madinah, kemudian berkecamuklah perang Badar.
Saat perang tersebut Abu Salamah juga ikut andil sebagai salah satu pahlawan
yang gagah berani membela dan berjuang demi kebenaran ajaran Islam. Sehingga
perang Badar dimenangkan oleh kaum muslimin meski dengan jumlah pasukan yang
lebih sedikit dari kaum kafir. Kemudian dalam perang Uhud, kembali Abu Salamah
ikut terlibat dalam kancah peperangan.
Dalam
perang Uhud tersebut, Abu Salamah mendapatkan luka yang cukup serius pada
lengannya karena terkena panah. Luka tersebut kemudian dapat diobati hingga
satu bulan lamanya. Meski belum mendapatkan kesembuhan secara total, Abu
Salamah ikut dalam barisan bersama seratus lima puluh orang lainnya ke Qathan
pada bulan Muharram. Sepulangnya dari Qathan, Abu Salamah merasakan sakitnya
kambuh lagi.
Dalam
kondisi tersebut, Ummu Salamah sang istri terus mendampinginya hingga kemudian
Abu Salamah meninggal pada bulan Jumadil Akhir tahun 4 Hijriyah di kota
Madinah.
Sebelum
Abu Salamah meninggal, Ummu Salamah pernah berkata kepadanya:” Aku telah
mendengar bahwa seorang wanita yang suaminya tiada dan suami itu termasuk ahli
surga kemudian wanita tersebut tidak menikah lagi sepeninggal suaminya, maka
akan Allah mengumpulkan mereka berdua di surga.
Mari
kita saling berjanji agar engkau tidak menikah lagi sepeninggalku dan akupun
tidak akan menikah lagi sepeninggalmu.”
Mendengar
perkataan istrinya tersebut Abu Salamah kemudian berkata:” Apakah engkau mau
taat kepadaku?” Kata Ummu Salamah “Ya.”
Abu
Salamah berkata lagi “Kalau aku kelak tiada menikahlah! Ya Allah berikan pada
Ummu Salamah sepeninggalku nanti seseorang yang lebih baik dari padaku yang
tidak akan membuat berduka dan tidak akan menyakitinya.”
Ummu
Salamah memang perempuan yang setia, setelah Abu Salamah wafat meninggalkannya,
Ummu Salamah selalu berkata: “Siapakah yang lebih baik bagiku daripada Abu
Salamah?”
Meninggalnya
Abu Salamah memang menyisakan duka yang mendalam di hati Ummu Salamah.
Ketika
Abu Salamah meninggal Rasulullah Saw melayat kematiannya dan memejamkan matanya
dengan tangan Beliau. Rasulullah Saw juga memberi kabar gembira bahwa kelak Abu
Salamah di mahsyar adalah yang pertama kali mendapat daftar dengan tangan
kanannya.
Sepeninggal
Abu Salamah, dan begitu masa iddah selesai dilaluinya, banyak para sahabat yang
mengetuk pintu rumah Ummu Salamah untuk melamarnya, diantaranya adalah Abu
Bakar Al-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
Tetapi
Ummu Salamah menolaknya secara baik-baik. Setelah para sahabat ini ditolak oleh
Ummu Salamah, kemudian datanglah seseorang yang kembali mengetuk pintu
rumahnya, tidak lain adalah Rasulullah Saw.
Beliau
juga hendak meminang Ummu Salamah, kepada Rasulullah Saw, Ummu Salamah berkata:
“Wahai Rasulullah sesungguh aku adalah wanita yang sudah cukup berumur dan aku
juga memiliki anak-anak yatim, lagi pula aku adalah wanita yang sangat
pencemburu.
Kemudian
Rasulullah menjawab:”Dari segi usia aku lebih tua daripadamu, Adapun anak-anak
maka Allah akan mencukupinya. Sedangkan kecemburuanmu mk aku akan berdoa kepada
Allah agar Allah menghilangkannya.”
Setelah
itu menikahlah Ummu Salamah dengan Rasulullah. Akhirnya doa Abu Salamah sebelum
meninggal bahwa dia berharap agar istrinya dapat menikah lagi dengan orang yang
lebih baik daripadanya terjawab.
Pernikahan
ini sempat membuat salah satu istri Rasulullah Aisyah RA merasa cemburu.
Karena
Ummu Salamah memang dikenal dengan seorang perempuan yang mempunyai paras yang
cukup cantik dan menarik. Ummu Salamah adalah termasuk Ummul Mukminin (ibu dari
orang-orang yang beriman), dia juga termasuk salah seorang yang banyak
meriwayatkan hadis. Ummu Salamah juga orang yang diberi karunia umur yang
panjang. Dia meninggal pada tahun 61 Hijriyah pada masa pemerintahan Yazid bin
Muawiyah di usianya yang ke 84.
Ummu
Salamah meninggal tidak lama setelah mendengar kematian Husain bin Abi Thalib.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan