Terjadilah “tawar-menawar” antara Abdullah dan Rasulullah SAW soal ibadahnya. Umumnya, manusia meminta izin beribadah seringan & sesedikit mungkin,
Abdullah
meminta izin beribadah sebanyak dan seberat mungkin.
Soal puasa misalnya, Nabi SAW menyarankannya
agar berpuasa 3 hari dalam sebulan. Abdullah minta tambahan, diberi 2 hari
seminggu. Masih minta tambahan lagi, akhirnya ditetapkan Nabi SAW sehari
berpuasa sehari berbuka. Puasanya Nabi Dawud as.
Juga mengkhatamkan Al Qur’an. Pertama, Nabi
SAW menyarankannya khatam sebulan sekali saja. Abdullah menawar, Nabi SAW
menetapkan 20 hari sekali, kemudian 10 hari sekali, seminggu sekali.
Tetapi Ibnu Amr bin Ash masih meminta lebih
lagi, akhirnya Nabi SAW menetapkannya khatam Al Qur’an setiap 3 hari sekali
(dalam riwayat lain, 5 hari sekali).
Juga soal shalat malam. Beliau melarang
Abdullah menghabiskan waktu malam shalat sunnah terus-menerus. Harus ada waktu
mengistirahatkan tubuhnya tidur, dan mempergauli istrinya.
Walau telah dinasehati langsung Nabi SAW,
semangatnya beribadah tidak segera mengendor begitu saja, tetapi ia tidak
melalaikan kewajiban dan hak-hak keluarga, badan, tamu dan lain-lainnya.
Ibadahnya dengan intensitas tinggi masih saja berlangsung, tanpa bisa dihalangi
lagi.
Melihat itu, Nabi SAW akhirnya bersabda, “Sesungguhnya engkau tidak tahu, bisa jadi
Allah akan memanjangkan umurmu…!”
Benarlah apa yang disabdakan Nabi SAW, ia
mencapai usia tua, tubuhnya mulai lemah dan tulangnya seakan tak mampu
menyangga tubuhnya dalam waktu lama. Ia susah payah menetapi amal istiqomah
yang telah “dijanjikannya” kepada Nabi SAW di masa mudanya.
Ia jadi menyesal mengapa tidak menerima
nasehat beliau saat mudanya itu. Ia seringkali berkata, “Aduhai malangnya
nasibku, mengapa tidak aku ikuti keringanan yang diberikan Rasulullah SAW…!”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan