Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
Laatarfa’ananna
ilaa ghairihi haajatan huwa muuriduhaa ‘alaika fakaifa yarfa’u ghairahu
maakaana huwalahu waadhi’aan man laayastathii’u an yarfa’a haajatan ‘an nafsihi
fakaifa yastathii’u an yakuuna lahaa ‘an ghairihi raafi’aan.
Artinya : Janganlah sekali-kali kamu mengangkat (menginginkan) suatu hajat kepada
selain Allah. Padahal Dia-lah yang menyampaikan hajat kepadamu. Maka
bagaimanakah selain Allah itu dapat menghilangkan sesuatu hajat yang telah
diletakkannya?. Orang tiada akan mampu menghilangkan sesuatu dari dirinya
sendiri, maka bagaimanakah dia akan mampu menghilangkan hajat orang lain?”.
Segala sesuatu yang terjadi dan
menimpa diri manusia, itu adalah merupakan cobaan yang datangnya dari Allah.
Dan oleh karena segala sesuatu itu
datangnya dari Allah, maka hanya Allah pulalah yang dapat menyingkirkannya,
sebagaimana firman-Nya yang tersebut dalam Al-Quran
Surat Yunus ayat 107, yang artinya :
Apabila
Allah menimpakan suatu kemadharatan, maka tidak akan ada yang dapat
menghilangkannya kecuali Dia. Dan apabila Allah menghendaki kebaikan bagi kamu,
maka tak akan ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu
kepada siapa yang dikendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Oleh karena itu, apabila suatu saat
kita mendapatkan musibah, maka hendaknya kita memohon pertolongan kepada Allah,
karena hanya Dia-lah yang dapat menghindarkan hamba-hamba-Nya dari berbagai
macam musibah atau bencana.
Sehubungan dengan hal ini,
tersebutlah riwayat pada suatu hari Muhammad bin Husen bin Hamdan sedang duduk
di beranda masjid bersama Yazid bin Harun. Kemudian tiba-tiba muncullah seorang
laki-laki asing yang lantas bertanya kepada Muhammad bin Husen tentang
bagaimana cara menghilangkan bencana yang telah lama dialaminya akan tetapi
belum jug berakhir.
Setelah mndengarkan pengaduan dari orang asing tersebut, kemudian Muhammad
bin Husen membacakan kepadanya sebuah kitab yang di dalamnya tertulis firman
Allah, yang artinya :
“Sesungguhnya
Allah Azza Wajalla berfirman : Demi kemulyaan-Ku, kebesaran-Ku, kemurahan-Ku,
dan ketinggian-Ku di atas Arsy-Ku. Sungguh aku putuskan harapan orang yang
mengharap kepada selain Aku dengan kekecewaan. Dan Aku kenakan pakaian
kepadanya dari kehinaan di kalangan manusia. Dan Aku jauhkan dia dari dekat-Ku
serta Aku putuskan hubungan dengan-Ku. Mengapa dia mengharap selain Aku di
dalam kesukaran, padahal kesukaran itu ada dalam genggaman-Ku dan hanya Akulah
yang dapat menyingkirkannya. Dan dia berharap kepada selain Aku dan dia
mengetuk pintu selain pintu-Ku padahal pintu-pintu itu tertutup, hanya
pintu-Kulah yang terbuka bagi siapa saja yang mau berdo’a kepada-Ku. Siapakah
yang pernah mengharap kepada-Ku untuk melepaskan kesukarannya lalu aku
kecewakan. Dan siapakah yang pernah mengharap kepada-Ku dengan membawa dosa
yang besar, kemudian aku putuskan harapannya? Atau siapa yang pernah mengutuk
pintu-Ku lalu dia kubukakan?. Sesungguhnya Aku telah mengadakan hubungan
langsung antara Aku dengan cita-cita dan harapan semua makhluq-Ku, lalu mengapa
kamu bersandar selain Aku? Dan Aku rela dengan perlindungan-Ku. Dan Aku telah
memenuhi langit-Ku dengan Malaikat yang tak bosan-bosan-Nya bertasbih
kepada-Ku. Kemudian Aku perintahkan kepada Malaikat supaya tidak menutup pintu
yang mendindingi antara Aku dengan hamba-hamba-Ku.
Aku akan
tetapi mereka tidak percaya akan firman-Ku. Tidakkah mereka mengerti bahwa
siapa saja yang ditimpa bencana yang Aku turunkan, tidak ada seorangpun yang
dapat menyingkirkannya kecuali hanya Aku. Lalu mengapakah Aku melihat dia
dengan semua angan-angan dan harapannya selalu berpaling dari dapa-Ku. Mengapa
dia tertipu oleh selain Aku?”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan