Menurut Kalam Hikmah ke 39 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad Ibnu Athaillah As kandary:
“Janganlah
engkau mengadukan kebutuhanmu kepada selain Allah, karena Allah-lah yang
mendatangkan atau mengirim “sifat butuh” itu kepadamu. Maka bagaimana selain
Allah mampu menghilangkan apa yang telah Allah datangkan. Orang yang tidak
kuasa untuk menghilangkan sifat butuh dari dirinya sendiri, maka bagaimana ia
kuasa untuk menghilangkan kebutuhan yang ada pada orang lain”
Di dalam Al Quran surat An Nisa ayat
28, disebutkan bahwa Alloh menciptakan manusia dalam keadaan lemah,
“Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan bersifat
lemah”
Salah satu tanda lemahnya manusia, ia
tidak bisa berdiri sendiri, ia selalu membutuhkan yang lain. Lapar butuh makan,
haus butuh minum, sakit butuh kesembuhan dll.
Selama anda menjalani kehidupan,
pernahkah anda dililit hutang, cicilan motor sudah habis tempo namun belum
dibayar, anak sakit parah harus ke dokter, beras hanya cukup untuk satu kali
masak lagi, apa yang anda butuhkan saat itu? Uang bukan?
Dalam kondisi seperti ini atau
semisalnya, kebanyakan orang panik, mengeluhkannya kepada hampir semua orang
yang ia temui, seakan-akan pengaduannya tersebut dapat menolongnya.
Bukan seperti itu cara menghadapinya,
tapi mengadulah kepada Allah, karena Allah lah yang mensetting semua keadaan
yang mendorong kita membutuhkan hal lain, dan Allah pula yang meletakkan “sifat
butuh” itu di dalam diri kita. Jika Allah yang mengirim sifat butuh itu kedalam
diri kita, maka hanya Allah pula yang bisa menghilangkannya (dengan memenuhi
kebutuhan tersebut), bukan pihak lain. Orang lain juga sama punya kebutuhan dan
masalah masing-masing
Setelah kita mengadukannya kepada Allah,
boleh jadi Dia memberi kita semangat bekerja sebagai perantara uang yang kita
butuhkan, jangan ingin instan mendapatkan uang dengan mudah, bekerjalah yang
benar. Atau bahkan mungkin Allah menggerakkan hati hambaNya yang punya
kelebihan harta untuk shodaqoh, dan Alloh taqdirkan kitalah yang menerimanya.
Tidak apa-apa terima saja, yang jelek dan membuat cape itu mengejar-ngejar,
minta-minta kepada manusia
Namun tidak pula hikmah ke 39 ini
melarang kita untuk meminta bantuan kepada sesama manusia sebagai perantara
pertolongan Allah, silahkan meminta bantuan, sebagai bentuk usaha kita selaku
manusia. karena itu sudah sunnatulloh (aturan Allah). Tapi qalbu tetap
bergantung kepada Allah
Mengenai hal ini, syekh Abdul Qadir
al Jailani dalam kitab fathurrobbani memberikan nasihat sebagai berikut
“Orang beriman itu menutupi kesusahannya
dengan kegembiraannya. LAHIRNYA bergerak untuk berusaha, sedangkan BATHINNYA
tenang bersama Tuhannya, lahirnya untuk keluarganya dan bathinnya untuk
Tuhannya. Ia tidak menyiarkan rahasianya kepada keluarganya, anaknya,
tetangganya, dan tidak seorangpun dari makhluk Tuhannya. Ia mendengar sabda
baginda Nabi SAW : “mohon pertolonganlah atas urusan-urusan kamu sekalian
dengan menyembunyikannya”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan