Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).
Rasulullah adalah contoh unggul
seorang hamba yang bersyukur kepada Allah.
Beliau selalu mensyukuri apapun yang
diberikan Allah kepadanya. Tidak pernah sekali pun Rasulullah mengeluhkan
pemberian Allah. Apapun situasi dan kondisi yang menimpa dirinya.
Rasulullah menunjukkan rasa syukurnya
atas semua nikmat Allah bukan hanya melalui lisan saja, namun juga melalui
perbuatan atau tindakan nyata.
Diantaranya adalah dengan tekun
beribadah kepada Allah.
Kendati Rasulullah sudah dijamin
Allah masuk surga, namun ibadahnya begitu hebat. Bahkan dikisahkan terlalu
tekun dan khusyu’nya menunaikan shalat malam, kedua telapak kaki Rasulullah
sampai pecah-pecah.
Rasulullah sangat tekun berpuasa,
dzikir, dan juga sangat dermawan. Pun berbuat baik kepada sesama.
Kedudukan istimewa sebagai seorang
Nabi dan utusan Allah tidak membuat Rasulullah ‘berlengah-leha’ dan ‘kemaruk.’
Meski sudah dijaga Allah dari melaksanakan perbuatan dosa (ma’shum), Rasulullah
sering dengan menangis juga meminta ampunan kepada Allah.
Tentu saja hal itu membuat para
sahabat penasaran, bahkan istrinya sendiri Sayyidah Aisyah.
Bagaimana mungkin seorang kekasih
Allah, seorang yang dijamin masuk surga, dan seorang yang ma’shum, melakukan
ibadah sampai segitunya.
Bukankah beliau tidak memiliki dosa
atau kesalahan, mengapa beliau meminta ampunan kepada Allah.
“Mengapa engkau melakukan itu semua
Rasulullah?
Padahal Allah telah mengampuni
dosa-dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” tanya Sayyidah Aisyah.
Ketekunan dan kekhusyu’an Rasulullah
dalam beribadah, munajatnya, dan berbuat baik kepada sesama merupakan sarana
untuk bersyukur kepada Allah.
Bukan sebagai sarana untuk
pertaubatan atas segala dosanya ataupun sebagai sarana untuk mengharap
surga.
“Apakah aku tidak senang menjadi
hamba yang banyak bersyukur” kata Rasulullah menjawab pertanyaan Sayyidah
Aisyah di atas.
Begitulah cara Rasulullah bersyukur.
Beliau bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah bukan hanya sekedar
lisan - mengucapkan hamdalah - namun juga tindakan –yaitu dengan mengerjakan
ibadah dengan tekun dan khusyu’.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan