Safinah, seorang budak wanita pernah mengabdikan dirinya pada
keluarga Rasulullah. Ia membantu pekerjaan rumah dari menumbuk gandum, membuat
roti, memasak, dan lain sebagainya. Meski berstatus budak, ia dianggap seperti
keluarga sendiri. Karena itulah Safinah bahagia dapat melayani Rasulullah dan
keluarganya.
Bahkan meski ia telah dibebaskan Rasulullah dari statusnya
sebagai budak, Safinah enggan dikenal orang kecuali sebagai budak Rasulullah.
Ia mengenalkan dirinya sebagai Safinah Maula Rasulullah, yakni bekas budak
Rasulullah. Kemana pun Safinah pergi, ia selalu menyebut dirinya Maula
Rasulullah dengan bangga.
Suatu hari, Safinah pergi ke kawasan pantai. Ia kemudian
menumpang sebuah perahu. Diarunginya lautan tanpa menduga sebuah bencana ada di
hadapannya. Tiba-tiba perahu yang ditumpanginya pecah terhempas ombak.
Penumpangnya berhamburan ke lautan. Ada yang tenggelam, ada yang selamat.
Safinah adalah salah satu penumpang selamat.
Saat perahu yang ditumpanginya pecah, Safinah sempat tenggelam.
Namun dengan cekatan ia segera mengambil salah satu papan perahu yang pecah
tersebut. Ia pun terapung-apung di atas papan kayu itu.
Seorang diri, Safinah terapung di lautan. Ia hanya bisa pasrah mengikuti ke mana ombak akan membawanya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanya bertawakal.
Lalu tiba-tiba angin bertiup sangat kencang. Ombak di lautan
menjadi sangat ganas. Tubuh Safinah terpelanting mengikuti arah angin. Tak terbayangkan
bagaimana wanita itu bertahan hidup seorang diri di tengah lautan.
Allah lah yang Maha Menyelamatkan. Ternyata angin itu justru
membawa tubuh Safinah ke daratan. Safinah mendarat di sebuah pulau yang berisi
hutan belantara. Ia pun memasuki hutan itu dengan keberaniannya.
Safinah merasa aman berada di dalam hutan. Ia tak lagi
terombang-ambing di lautan. Ia terus menelusuri hutan itu mencari jalan keluar.
Berharap ada sebuah kampung di balik hutan belantara yang lebat itu.
Namun Safinah terus berjalan dan berjalan. Ia tersesat tak
menemukan jalan keluar. Alih-alih keluar dari hutan, Safinah justru bertemu
dengan seekor singa. Sang raja hutan menghampiri Safinah hendak menerkam.
Namun Safinah ternyata sosok wanita yang sangat pemberani. Ia
tahu semua hewan adalah hamba Allah dan menghormati Rasulullah. Ia pun menyeru
kepada Abu Haris, julukan bangsa Arab untuk si raja hutan.
“Wahai Abu Haris, aku ini maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam,” kata Safinah.
Ternyata singa itu mengerti ucapan Safinah. Ia mengangguk-angguk
lalu menahan diri dari menerkam Safinah. Namun singa itu tetap mendekat, bukan
untuk melahap Safinah, melainkan ingin mengantar sang maula Rasulullah.
Dengan bahunya, singa itu mendorong-dorong tubuh Safinah. Ia
ingin Safinah melalui suatu jalan yang ternyata adalah jalan keluar dari hutan.
Singa itu mengantar Safinah hingga ke pinggir sebuah jalan menuju pemukiman.
Setelah mengantar Safinah, singa itu pun mengaum lalu kembali
memasuki hutan. Safinah memaknai auman itu sebagai ucapan selamat tinggal dari
si singa. Safinah begitu takjub, senang, sekaligus bersyukur atas kekuasaan dan
rahmat Allah.
Safinah pun selamat dari perjalanan yang sangat melelahkan lagi
membahayakan itu. saat kembali, ia senang mengisahkan pengalaman ajaibnya.
Yakni pengalaman diselamatkan singa karena statusnya sebagai maula Rasulullah.
Bahkan seekor singa pun menghormati dan menyayangi Rasulullah, keluarganya,
shahabatnya, bahkan maulanya.
Berikut cerita dari lisan Safinah yang termaktub dalam Kitab Al
Isti’ab, dilansir kisahmuslim.com, “Ketika itu, aku menumpang perahu, tak
kusangka perahuku pecah. Aku menyelamatkan diri dengan menaiki salah satu papan
perahu itu. Tiba-tiba, angin kencang melemparkanku hingga aku berada dalam
hutan yang dihuni seekor singa. Singa tersebut menghampiriku, maka aku berkata
kepadanya, ‘Wahai Abu Haris, aku ini maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam.‘
Kemudian kepalanya mengangguk. Dia mendekatiku lalu
mendorong-dorongku dengan bahunya hingga keluar hutan. Aku diantarkan sampai ke
pinggir sebuah jalan. Setelah itu, singa tersebut mengaum. Sepengetahuanku, ia
mengucapkan selamat tinggal. Demikianlah akhir pertemuanku dengan seekor
singa.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan