Seorang pemuda bernama ‘Ammar pulang ke rumahnya dengan
bergegas. Wajahnya berseri, tak sabar menyampaikan kabar gembira pada orang
tuanya. Kabar itu ialah tentang agama Islam dan diutusnya Muhammad sebagai nabi
dan rasul. Hari itu adalah titik balik kehidupan Ammar dan keluarganya, yakni
sang ayah bernama Yassar dan ibunya bernama Sumayyah.
Itu adalah hari di mana kebahagiaan dan kesengsaraan beradu.
‘Ammar menuntun orang tuanya untuk memeluk Islam. Dengan hidayah Allah, Yassar
dan Sumayyah pun bersyahadat. Itulah mengapa hari itu menjadi hari paling
bahagia dalam keluarga mereka. Lalu mengapa menjadi hari kesengsaraan pula,
karena sejak mereka berislam artinya mereka siap menanggung segala penyiksaan
kaum kafir Quraisy. Apalagi status Sumayyah sebagai seorang budak wanita.
Sumayyah binti Khayyat merupakan budak wanita milik Abu
Hudzaifah bin Al Mughirah, Suku Quraisy dari Bani Makhzum. Tuannya lalu
menikahkan Sumayyah dengan seorang pria rantau asal Yaman, Yasir bin Amir bin
Malik. Pernikahan itu terjadi karena Yasir mendapat perlindungan dan menjadi
sekutu Bani Makhzum sehingga dapat hidup di tanah Makkah.
Dari pernikahan Sumayyah dan Yasir itulah lahir ‘Ammar. Namun
karena status Sumayyah adalah budak, anaknya pun otomatis berstatus budak.
‘Ammar pun menjadi budak Abu Hudzaifah sebagaimana ibunya. ‘Ammar sebetulnya
telah dibebaskan dari status budak oleh Abu Hudzaifah. Namun keluarga Sumayyah
tak pernah tinggal jauh dari Abu Hudzaifah hingga tuannya itu wafat, seakan
keluarga Yasir menjadi pelayan Abu Hudzaifah selamanya.
Sumayyah bersama suaminya Yassir, mengenal Islam dari ‘Ammar
yang diam-diam mendengarkan dakwah nabi. Mereka bertiga mendapat hidayah ketika
Islam masih dianut segelintir orang. Jumlah pengikut Rasulullah hanya bisa
dihitung jari. Saat itu, yakni di awal-awal Islam, pengikut Rasul yang berasal
dari kaum Quraisy terlindungi dari siksaan, tak ada yang berani mengusik
mereka. Namun mereka yang berstatus budak mendapat siksaan yang sangat berat.
Sebut saja ‘Ammar, Yasir, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Al-Miqdad.
Ada yang disiksa dengan diberi pakaian dari besi yang berat lalu
dibiarkan terbakar panasnya matahari di padang pasir. Ada yang ditahan kaumnya
yang musyrik lalu disiksa bertubi-tubi. Siksaan demi siksaan mereka dapatkan
setiap hari karena telah mengikuti ajaran sang nabi. Namun meski didera sakit
yang luar biasa, tak ada satu pun dari mereka yang goyah imannya, tak ada satu
pun dari mereka yang ingin kembali menyembah berhala.
Pun demikian dengan Sumayyah dan keluarganya. Mereka terus saja
disiksa oleh Bani Makhzum. Sepanjang waktu mereka mendapat siksaan demi
siksaan, celaan demi celaan, cambukan demi cambukan. Namun Sumayyah bersama
suami dan anaknya terus saja bersabar.
Suatu hari Rasulullah berjalan bersama Utsman bin Affan. Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam pun melewati keluarga Sumayyah. Rasulullah merasa
sangat berduka melihat kondisi keluarga Yasir. Melihat Rasulullah, Yasir serta
merta mengadukan kondisi penyiksaan Bani Makhzum yang diterima keluarganya.
“Wahai Rasulullah, demikian keadaannya sepanjang waktu.”
Rasulullah pun bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir,
sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.” Sumayyah dan
keluarganya dijanjikan langsung dari lisan utusan Allah bahwa akan mendapat
surga jikalau bersabar mempertahankan keimanan. Keluarga Yasir pun kembali
bersemangat mendengar janji surga untuk mereka.
Keluarga Sumayyah pun terus bersabar meski siksaan yang diterima
semakin hari semakin berat. Mereka lemah tak berdaya. Hingga siksaan itu pun
mencapai puncaknya. Di suatu malam, tiba-tiba Abu Jahl mendatangi keluarga
Yasir. Ia menjumpai Sumayyah lalu segeralah lisan sang musuh Allah melontarkan
penghinaan yang sangat kotor pada Sumayyah, muslimah hamba Allah yang shalihah.
Sumayyah hanya terdiam dengan sabar. Emosi Abu Jahl makin
memuncak. Diambilnya sebuah tombak lalu ditancapkanlah tombak itu ke arah
Sumayyah. Sadisnya, Abu Jahl menancapkan tombak tajam nan runcing itu ke
kemaluan Sumayyah hingga darah Sumayyah keluar memancar dan ia merasakan sakit
yang teramat dahsyat. Sumayyah pun meninggal dunia menghadap maghfirah-Nya.
Sumayyah menjadi muslimah pertama yang syahid di dalam Islam. Ialah wanita pertama yang meninggal karena membela agamanya. Ialah sang syahidah pertama yang meraih janji surga. Semoga Allah meridhai Sumayyah binti Khayyath.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan