Ketahuilah, bahwa dua tentara: tentara marah dan tentara nafsu syahwat,
kadang-kadang keduanya tunduk kepada hati dengan sempurna.
Lalu yang demikian itu dapat menolong
hati kepada jalan yang akan ditempuhnya. Dan baguslah pengawanan keduanya dalam
perjalanan yang dilaksanakan oleh hati.
Kadang-kadang keduanya (tentara marah
dan nafsu syahwat) itu mendurhakai hati dengan memberontak dan menantang.
Sehingga keduanya itu memiliki hati dan memperbudakkannya.
Pada yang demikianlah, kebinasaan dan
terputusnya hati dari perjalanannya, yang menyampaikannya kepada kebahagiaan
abadi.
Dan hati mempunyai tentara lain, yaitu: ilmu, hikmah kebijaksanaan dan pemikiran,
sebagaimana akan datang uraiannya.
Dan menjadi hak hati untuk meminta
pertolongan pada tentara ini.
Sesungguhnya tentara ini adalah tentara
Allah Ta’ala (hizbullah) terhadap dua tentara yang tersebut diatas.
Sesungguhnya dua tentara tadi,
kadang-kadang berhubungan dengan tentara setan. Kalau hati itu tidak meminta
pertolongan dan tentara marah dan nafsu syahwat menguasai atas dirinya, niscaya
hati itu pasti binasa dan memperoleh kerugian yang nyata.
Begitulah keadaan kebanyakan makhluk
manusia. Akal pikirannya tunduk kepada nafsu syahwatnya dalam mencari daya
upaya memenuhi nafsu syahwat itu. Dan adalah seyogyanya bahwa nafsu syahwat itu
tunduk kepada akal pikirannya, mengenai sesuatu yang diperlukan oleh akal
pikiran.
Kami akan mendekatkan yang demikian kepada pemahaman anda dengan 3
contoh:
Contoh pertama: kami berkata: bahwa jiwa manusia
dalam tubuhnya kami maksudkan jiwa halus yang tersebut dahulu, adalah seperti
raja dalam kota dan kerajaannya.
Sesungguhnya tubuh itu kerajaan jiwa (nafsu), alamnya, tempat ketetapannya dan kotanya.
Dan anggota-anggota tubuh dan kekuatannya adalah seperti tukang-tukang dan pekerja-pekerja.
Dan kekuatan ‘aqliah (kelezatan keakalan) yang berpikir baginya itu adalah, seperti: penunjuk yang menasehati dan
menteri yang berakal pikiran.
Nafsu syahwatnya adalah seperti budak jahat, yang
menghela makanan dan makanan simapanan (al-mirah) ke kota.
Kemarahan dan kepanasan hati karena
kemarahan itu adalah seperti orang yang mempunyai polisi. Dan budak yang
menghela makanan al-mirah itu pembohong, pengicuh, penipu yang keji, yang
membentuk dirinya dengan bentuk penasehat.
Dan dibawah nasehatnya itu kejahatan
yang menakutkan dan racun yang membunuh. Sifat dan kebiasaannya itu
bertentangan bagi menteri yang menasehati dalam semua pendapat dan
pengaturannya. Sehingga tidak terlepas sesaatpun daripada perlawanan dan
penantangannya.
Sebagaimana raja dalam kerajaannya,
apabila ia merasa cukup dalam pengaturannya dengan menterinya dan ia
bermusyawarah dengan menterinya itu dan menolak isyarat budak yang keji tadi,
berdalilkan dengan isyaratnya, bahwa yang benar adalah yang berlawanan dengan
pendapat budak itu, niscaya raja itu telah dituntun oleh kepala polisinya dan
bertindak bijaksana bagi menterinya.
Ia menjadikan menterinya tempat
musyawarahnya, yang berkuasa dari pihaknya terhadap budak yang keji itu,
pengikut-pengikutnya dan pembantu-pembantunya. Sehingga budak itu disiasati,
tidak menyiasati, disuruh dan diatur, tidak menyuruh dan mengatur. Luruslah
urusan negeri raja tersebut. Dan dengan sebab demikian, teraturlah keadilan.
Maka begitulah an-nafs (diri), manakala ia meminta tolong pada akal dan
memperoleh tuntunan dengan penjagaan marah.
Dan an-nafs itu menguasakan kekerasan
marah atas keinginan (syahwat). Dan meminta tolong dengan yang satu kepada yang
lain. Sekali dengan menyedikitkan derajat marah dan meluap-luapnya dengan
menantang syahwat (keinginan) dan menaikkannya setingkat ke setingkat.
Dan sekali dengan mencegah dan
memaksakan syahwat dengan berkuasanya marah kepanasan hati kepadanya. Dan
memandang keji kehendak-kehendak syahwat itu. Niscaya berlaku adillah semua
kekuatan diri (an-nafs) dan baguslah tingkah-lakunya.
Orang yang berpaling dari jalan ini,
adalah seperti orang yang difirmankan oleh Allah Ta’ala:
“Adakah engkau lihat orang yang mengambil keinginan (nafsunya) menjadi
tuhannya ? dan Allah membiarkannya sesat menurut pengetahuan”. S 45 Al Jaatsiah
ayat 23.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan menurutkan kemauan hawa nafsunya. Perumpamaannya sebagai anjing:
kalau engkau halau, diulurkannya lidahnya dan kalau engkau biarkan saja,
diulurkannya juga lidahnya”. S 7 Al A’raaf ayat 176.
Dan Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman
tentang orang yang mencegah nafsunya dari keinginan hawa nafsu:
“Dan adapun orang yang takut dihadapan kebesaran Tuhannya dan menahan
nafsunya (dirinya) dari keinginan yang rendah (hawa nafsu). Sesungguhnya sorga
tempat kediamannya”. S 79 An Naazi’aat ayat 40-41.
Dan akan datang cara perjuangan
tentara-tentara tersebut dan cara sebahagian daripadanya menguasai akan
sebahagian yang lain pada “Kitab Latihan Diri” insya Allah Ta’ala.
Contoh kedua: ketahuilah bahwa tubuh itu seperti kota. Dan akal. Yakni: yang
mengetahui dari manusia adalah seperti raja, yang mengatur kota itu. Kekuatan
manusia yang mengetahui, yang terdiri dari pancaindra zahiriah dan batiniah,
adalah seperti tentaranya dan pembantu-pembantunya. Anggota badannya adalah
seperti rakyatnya. Nafsu yang menyuruh kepada kejahatan (nafsu ammarah), ialah
nafsu syahwat.
Dan amarah adalah seperti musuh yang menantangnya dalam
kerajaannya. Dan yang berusaha membinasakan rakyatnya. Maka jadilah badannya
seperti pasukan dan benteng. Dan nafsunya seperti orang yang menetap dalam
benteng, yang menjaga pasukan. Kalau ia berjuang menghadapi musuhnya dapat
menghancurkan dan memaksakan musuh itu menurut keinginannya, niscaya akibatnya
terpuji, apabila ia kembali ke hadirat Tuhan, sebagaimana yang difirmankan oleh
Allah Ta’ala: “……dan orang-orang yang berjuang di jalan Allah, dengan harta dan
dirinya.
Allah melebihkan tingkatan orang-orang yang berjuang dengan harta dan
dirinya dari orang-orang yang tinggal duduk”. S 4 An Nisaa’ ayat 95.
Kalau ia menghilangkan bentengnya dan
menyia-nyiakan rakyatnya, niscaya tercelalah akibatnya. Maka ia dituntut balas
dari perbuatan tersebut di sisi Allah Ta’ala. Dikatakan kepadanya pada hari
kiamat: “Hai pemimpin jahat ! engkau makan daging dan minum susu. Engkau tidak
mengembalikan benda yang hilang dan tidak menampalkan yang pecah. Pada hari
ini, engkau dituntut balas, sebagaimana tersebut pada hadits. Kepada jihad
(perjuangan) inilah, yang ditujukan oleh sabda Nabi saw: “Kita kembali dari
jihad (perjuangan) kecil kepada perjuangan besar”.
Contoh ketiga: akal itu seperti pengendara
kuda, yang pergi berburu. Nafsu syahwatnya adalah seperti kudanya. Dan marahnya
adalah seperti anjingnya. Manakala pengendara kuda itu cerdik, kudanya terlatih
dan anjingnya terdidik, diberi ajaran, niscaya layaklah ia memperoleh
kemenangan.
Dan manakala ia sendiri tidak pandai
bekerja, kudanya liar melawan dan anjingnya buas, lalu kudanya tidak bangun
mematuhi perintahnya dan anjingnya tidak dilepaskan dengan mematuhi
petunjuknya, maka layaklah ia mendapat kebinasaan. Lebih-lebih lagi daripada ia
mencapai apa yang dicarinya. Tidak pandainya bekerja pengendara kuda itu,
adalah seperti bodohnya manusia. Kurang kebijaksanaannya dan tumpul
pandangannya. Dan melawannya kuda itu adalah seperti kerasnya nafsu syahwat,
lebih-lebih syahwat perut dan kemaluan. Dan buasnya anjing itu adalah seperti
kerasnya dan berkuasanya kemarahan. Kita bermohon kepada Allah akan taufiq yang
baik dengan kasih sayangNya !
Tiada ulasan:
Catat Ulasan