Ketahuilah kiranya, bahwa hati
sebagaimana telah kami sebutkan diliputi oleh sifat-sifat yang telah kami
sebutkan dahulu. Dan ditegakkan kepada hati, bekas-bekas dan keadaan-keadaan
dari pintu-pintu yang telah kami sifatkan itu. Seolah-olah hati itu tujuan yang
selalu mendapat bahaya dari semua penjuru.
Maka apabila sesuatu menimpa kepada
hati, yang membekas padanya, niscaya menimpa kepadanya dari segi lain sesuatu
yang berlawanan dengan yang tadi. Lalu berobahlah sifat hati. Kalau setan
bertempat pada hati, lalu diajaknya hati kepada mengikuti hawa nafsu, niscaya
turunlah malaikat pada hati dan memalingkan hati itu dari setan. Kalau setan
menarikkan hati kepada suatu kejahatan, lalu setan yang lain menarikkannya
kepada lain kejahatan. Kalau malaikat menarikkan hati kepada suatu kebajikan,
niscaya malaikat yang lain menarikkannya kepada lain kebajikan. Sekali, hati
itu terjadi perebutan diantara dua malaikat. Dan pada lain kali, diantara dua
setan. Pada lain kali lagi, diantara malaikat dan setan.
Tidaklah hati itu sekali-kali diabaikan.
Kepada yang demikianlah, diisyaratkan oleh firman Allah Ta’ala: “Kami putar hati dan pemandangan
mereka”. S 6 Al An’aam ayat 110.
Dan karena dilihat oleh Rasulullah saw
keajaiban perbuatan Allah Ta’ala pada keajaiban hati dan berbulak-baliknya,
lalu beliau bersumpah dengan hati, dengan sabdanya: “Tidak, demi Yang
Membulak-balikkan hati”. Banyak kali Nabi saw berdoa: “Wahai Yang
Membulak-balikkan hati ! tetapkanlah hatiku pada agamaMu !”. Lalu para sahabat
bertanya: “Adakah engkau takut, wahai Rasulullah ?”. Beliau menjawab: “Apakah
yang menjamin keamanan bagiku ?”. Dan hati itu diantara dua anak jari dari anak
jari Tuhan Yang Maha Pengasih, dibulak-balikkanNya menurut kehendakNya”.
Menurut bunyi yang lain dari hadits, yaitu: “Jika dikehendakiNya akan
ditegakkannya, niscaya ditegakkannya. Dan jika dikehendakiNya akan
dimiringkannya, niscaya dimiringkannya”. Rasulullah saw memberi 3 contoh untuk
yang demikian, dengan sabdanya: “Hati itu seperti burung pipit, yang
bulak-balik pada setiap saat”.
Nabi saw bersabda: “Hati itu dalam berbulak-baliknya
adalah seperti kuali, apabila berkumpul gelagaknya”.
Dan Nabi saw bersabda: “Hati itu seperti bulu ayam pada
tanah sahara, dibulak-balikkan oleh angin, muka belakang”.
Semua perbulak-balikan ini dan segala
keajaiban perbuatan Allah Ta’ala pada membulak-balikkannya, dimana ma’rifah
tidak mendapat petunjuk kepadanya, maka ia tidak diketahui, selain oleh
orang-orang yang bermuraqabah (memperhatikan, mengintip, menjaga) dan menjaga
keadaannya serta Allah Ta’ala.
Tentang tetapnya hati itu diatas kebajikan dan kejahatan serta
pulang-perginya diantara keduanya itu terbagi 3:
Pertama: hati yang dibangun dengan ketaqwaan, bersih dengan latihan dan suci
dari segala kekejian akhlak, terhunjam ke dalamnya gurisan-gurisan kebajikan
dari perbendaharaan ghaib dan tempat-tempat masuk alam malakut. Maka
menjuruslah akal kepada pemikiran tentang apa yang terguris baginya. Untuk
mengetahui kebajikan-kebajikan yang halus padanya dan menoleh kepada
rahasia-rahasia faedahnya. Lalu tersingkaplah bagi yang demikian, mukanya
dengan nur mata-hati. Maka ia menetapkan, bahwa tak boleh tidak mengerjakannya.
Lalu ia terdorong kepadanya dan mengajaknya untuk mengerjakannya.
Dan malaikat memandang kepada hati itu,
lalu memperolehnya yang baik pada jauhar (benda/barang)nya, suci dengan
ketaqwaannya, bercahaya dengan cahaya akal, dibangun dengan nur ma’rifah (ilmu
mengenal Allah Ta’ala). Lalu malaikat itu melihat hati tersebut, pantas untuk
tempat ketetapan dan singgahannya. Ketika itu, dibantunya hati tadi dengan
tentara yang tiada kelihatan. Dan ditunjukinya kepada kebajikan-kebajikan yang
lain. Sehingga kebajikan menarik kepada kebajikan. Begitulah terus-menerus !
dan tiada berkesudahan pertolongannya, dengan penggemaran kepada kebajikan.
Dan memudahkan urusan kepadanya. Dan
kepada inilah diisyaratkan oleh firman Allah Ta’ala:
“Siapa yang memberi (untuk kebaikan) dan memelihara dirinya dari
kejahatan. Dan membenarkan (mempercayai) yang baik. Kami akan memudahkan
kepadanya menempuh (jalan) yang mudah”. S 92 Al Lail ayat 5-6-7.
Hati yang seperti ini, bercemerlanglah
sinar lampu dari lobang ketuhanan (misykatir-rububiyah). Sehingga tidak
tersembunyi padanya lagi syirik khafi (kemusyrikan yang tersembunyi), yang
lebih tersembunyi daripada merangkaknya semut hitam dalam malam yang
gelap-gulita.
Maka pada cahaya ini, tiada sesuatu yang
tersembunyi dan tiada laku suatupun daripada godaan setan. Bahkan setan itu
berdiri dari jauh dan mengeluarkan kata-kata yang terpesona untuk penipuan.
Tetapi tidak mendapat perhatian. Hati ini sesudah sucinya dari semua yang
membinasakan, maka dalam masa dekat menjadi makmur dengan semua yang melepaskan
dari kebinasaan, yang akan kami sebutkan, yaitu: syukur, sabar, takut, harap,
fakir, zuhud, kasih-sayang, ridha, tawakkal, tafakkur, mengoreksi diri dll.
Itulah hati yang dihadapkan oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dengan wajahNya. Yaitu:
hati yang tenang, yang dimaksudkan dengan firmanNya Yang Maha Tinggi:
“Ketahuilah, bahwa dengan mengingati Allah, hati menjadi tentram”. S 13 Ar Ra’d
ayat 28.
Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Hai jiwa yang tenang tentram”. S
89 Al Fajr ayat 27.
Hati kedua: hati yang terhina, terisi dengan hawa
nafsu, yang kotor dengan akhlak tercela dan kekejian, terbuka padanya semua
pintu setan dan tersumbat semua pintu malaikat. Permulaan kejahatannya, ialah:
bahwa terhujam padanya gurisan hawa nafsu dan terguris di dalamnya. Lalu hati
itu memandang kepada hakim akal, untuk meminta fatwa. Dan menyingkirkan wajah
kebenaran padanya. Maka adalah akal, telah menyusun pelayanan hawa nafsu,
berjinak-jinakkan, berkekalan mencari daya-upaya baginya dan kepada menolong
hawa nafsu itu. Lalu hawa nafsu berkuasa dan menolong akal.
Maka terbukalah dada dengan hawa nafsu
dan berkembanglah padanya kegelapan, untuk menahan tentara akal daripada
mempertahankan akal. Lalu kuatlah kekuasaan setan, karena luas tempatnya,
disebabkan berkembangnya hawa nafsu. Maka dihadapkan kepada akal dengan
penghiasan diri, tertipu dan banyak angan-angan. Dan diilhami dengan demikian,
hiasa kata-kata untuk penipuan. Maka lemahlah kekuasaan iman dengan balasan
baik (wa’ad) dan balasan buruk (wa’id).
Dan padamlah cahaya keyakinan untuk
takut kepada akhirat. Karena naik dari hawa nafsu itu, asap yang menggelapkan
hati, yang memenuhi tepi-tepinya. Sehingga padamlah cahayanya. Lalu jadilah
akal itu seperti mata, yang dipenuhi asap pelupuk-pelupuknya. Maka ia tidak
sanggup melihat. Begitulah kekerasan nafsu syahwat berbuat kepada hati !
sehingga tidak ada lagi bagi hati, kemungkinan mengetahui dan melihat. Jikalau
juru nasehat memperlihatkan dan memperdengarkannya apa yang benar kepadanya,
niscaya ia buta dari pemahaman dan tuli dari pendengaran.
Dan berkobarlah nafsu syahwat padanya.
Berkuasalah setan dan bergeraklah semua anggota badan, sesuai dengan hawa
nafsu. Maka lahirlah perbuatan maksiat ke alam kenyataan dari alam ghaib,
dengan qodo dan qadar daripada Allah Ta’ala.
Hati yang seperti inilah yang
diisyaratkan dengan firmanNya Yang Maha Tinggi: “Tiadakah engkau perhatikan orang yang
mengambil kemauan nafsunya menjadi tuhannya? engkaukah yang menjadi penjaganya?
atau apakah engkau mengira, bahwa kebanyakan mereka mendengar atau mengerti?
tidak! mereka adalah sebagai binatang ternak.Bahkan lebih tersesat lagi
jalannya”. S 25 Al Furqaan ayat 43-44.
Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Sesungguhnya sudah semestinya
akan berlaku perkataan bagi kebanyakan mereka dan mereka tiada beriman”. S 36
Yaa Siin ayat 7.
Dan dengan firman Allah Ta’ala: “Sama saja untuk mereka, engkau
beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman”. S 2 Al Baqarah ayat 6.
Banyaklah hati yang begini keadaannya,
dengan mempertautkan kepada sebahagian hawa nafsu. Seperti orang yang menjaga
diri (bersikap wara’) dari sebahagian perkara. Akan tetapi apabila ia melihat
muka yang cantik, lalu tidak dapat menguasai lagi matanya dan hatinya. Akalnya
hilang dan pegangan hatinya jatuh. Atau seperti orang yang tiada menguasai lagi
dirinya, tentang sesuatu yang ada padanya kemegahan, menjadi kepala dan
kesombongan. Tidak ada padanya lagi pegangan untuk ketetapan pendirian, ketika
muncul sebab-sebab yang tersebut.
Atau seperti orang yang tiada menguasai
dirinya lagi ketika marah, bagaimanapun ia memperoleh kehinaan dan disebutkan
kekurangan-kekurangannya. Atau seperti orang yang tiada menguasai dirinya lagi,
ketika sanggup mengambil sedirham atau sedinar uang. Bahkan ia terjerumus
binasa seperti orang hina yang kehilangan akal. Lalu melupakan harga diri dan
taqwa. Semua itu karena naiknya asap hawa nafsu kepada hati. Sehingga gelap dan
padam semua cahayanya. Lalu padamlah cahaya malu, harga diri dan iman. Dan
berusaha mencapai maksud setan.
Hati ketiga: yaitu, hati yang kelihatan
padanya gurisan hawa nafsu. Lalu diajaknya kepada kejahatan. Lalu dihubungi
oleh gurisan iman, maka diajaknya kepada kebajikan. Lalu tergeraklah nafsu
dengan keinginannya untuk menolong gurisan kejahatan. Maka kuatlah nafsu
syahwat, enaklah bersenang-senang dan memperoleh kenikmatan. Lalu akal bangkit
kepada gurisan kebajikan, menolak pihak nafsu syahwat, menjelekkan perbuatannya
dan mengatakannya perbuatan orang bodoh. Dan menyerupakannya dengan binatang
ternak dan binatang buas, tentang penyerbuannya kepada kejahatan serta kurang
perhatiannya kepada segala akibat. Lalu nafsu itu cenderung kepada nasehat
akal.
Maka setan membawa beban kepada akal. Ia
menguatkan penyeru hawa nafsu, seraya setan itu berkata: “Apakah artinya dosa
yang dingin itu ?”. Mengapa engkau mencegah diri dari nafsu keinginan, lalu
engkau menyakitkan dirimu ? adakah engkau melihat seseorang dari orang-orang
masa engkau, yang menyalahi nafsu keinginanya ? atau meninggalkan maksudnya ?
apakah engkau membiarkan mereka dengan kesenangan dunia, yang mereka
bersenang-senang dengan kesenangan itu ? dan engkau menahan diri engkau,
sehingga engkau tinggal, tidak memperolehnya, dalam keadaan celaka dan payah.
Engkau ditertawakan oleh orang-orang sezaman engkau. Apakah engkau ingin
bertambah kedudukan engkau dari si Anu dan si Anu ? mereka telah berbuat
seperti apa yang engkau ingini. Mereka tidak menahan diri. Apakah tidak engkau
lihat ulama Anu tidak menjaga diri seperti engkau ? jikalau adalah yang
demikian itu kejahatan, niscaya ulama itu mencegah diri dari perbuatan
tersebut”. Lalu hawa nafsupun cenderung kepada setan dan berbalik kepadanya.
Maka malaikatpun membawa pikulan kepada
setan. Malaikat itu berkata: “Adakah yang binasa, selain orang yang mengikuti
kesenangan sekarang dan lupa akan akibat ?. Adakah engkau merasa puas dengan
kesenangan yang sedikit dan engkau meninggalkan kesenangan dan kenikmatan sorga
yang berkekalan selama-lamanya ? ataukah engkau merasa berat kepedihan sabar,
menahan diri dari hawa nafsumu ? dan engkau tidak merasa berat kepedihan api
neraka ? adakah engkau tertipu dengan sebab kelalaian manusia lain dari dirinya
dan mereka mengikuti hawa nafsu dan menolong setan ?.
Sedang azab neraka tidak akan
diringankan dari engkau oleh perbuatan maksiat orang lain. Adakah engkau
memperhatikan, jikalau engkau berada pada musim panas, yang sangat terik dan
semua manusia berdiri pada matahari dan engkau mempunyai rumah yang dingin,
adakah engkau akan menolong manusia banyak ? atau engkau mencari kelepasan bagi
diri engkau sendiri ? maka bagaimanakah engkau menyalahi orang lain, karena
takut dari kepanasan matahari dan engkau tiada menyalahi mereka karena takut
dari kepanasan api neraka ?”. Maka ketika itu, nafsu tersebut mengikuti
perkataan malaikat. Maka selalulah ia ragu-ragu diantara dua tentara,
tarik-menarik diantara dua golongan. Sehingga membawa kemenangan kepada hati,
mana yang lebih utama. Jikalau sifat-sifat yang ada dalam hati, dimenangi oleh
sifat-sifat kesetanan yang telah kami sebutkan, niscaya menanglah setan. Dan
cenderunglah hati kepada golongan setan yang sejenis dengan dia, meninggalkan
partai Allah Ta’ala dan wali-waliNya.
Dan menjadi penolong partai setan dan
musuh-musuh Allah. Berlakulah pada anggota tubuhnya, dengan taqdir yang
mendahului, apa yang menjadikan sebab jauhnya dari Allah Ta’ala. Jikalau yang
memenangi pada hati, sifat-sifat malaikat, niscaya hati tidak akan mendengar
tipuan setan, hasungannya kepada terburu-buru dan penghinaannya akan urusan
akhirat. Bahkan ia cenderung kepada partai Allah Ta’ala. Dan muncullah
ketaatan, disebabkan qodo Tuhan yang telah terdahulu pada anggota-anggota
badannya. Hati mu’min itu diantara dua anak jari dari anak jari Tuhan Yang Maha
Pengasih. Artinya: diantara tarik-menarik dua tentara itu. Itulah yang menang.
Ya’ni: kebulak-balikan dan perpindahan dari satu partai ke satu partai.
Adapun tetap berkekalan serta partai malaikat atau serta partai setan,
maka adalah jarang dari kedua pihak itu. Segala perbuatan taat dan perbuatan
maksiat itu lahir dari perbendaharaan ghaib ke alam kenyataan, dengan
perantaraan perbendaharaan hati. Karena hati adalah dari perbendaharaan alam
malakut yang tinggi. Dan juga apabila lahir, mempunyai tanda-tanda, yang
memperkenalkan kepada yang empunya hati itu, telah didahului oleh qodo Tuhan
YME.
Siapa yang djadikan untuk sorga, niscaya mudahlah baginya sebab-sebab
untuk berbuat taat. Dan siapa yang dijadikan untuk neraka, niscaya mudahlah
baginya sebab-sebab berbuat maksiat. Dan berkuasa padanya teman-teman jahat.
Dan dijatuhkan ke dalam hatinya hukum setan.
Karena setan itu dengan bermacam-macam hukum, menipu orang-orang bodoh
dengan perkataannya: “Bahwa Allah itu Maha Pengasih. Maka jangan engkau
hiraukan ! bahwa manusia itu semua tiada takut kepada Allah, maka janganlah
engkau menyalahi mereka ! bahwa umur itu panjang, maka bersabarlah, sehingga
engkau dapat bertaubat besok !”. Setan itu menjanjikan kepadamu dan membuat
angan-angan bagimu. Dan apa yang dijanjikan setan itu, adalah penipuan belaka.
Ia menjanjikan taubat dan memberikan angan-angan pengampunan kepada manusia.
Lalu manusia itu dibinasakannya dengan izin Allah Ta’ala, dengan segala
daya-upaya dan hal-hal lain yang berlaku seperti itu. Lalu ia meluaskan hatinya
untuk menerima penipuan dan menyempitkannya daripada menerima kebenaran. Semua
itu dengan qodo dan qadar daripada Allah.
Tersebut pada firmanNya: “Siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk ditunjukinya, maka dilapangkan
dadanya untuk Islam. Dan siapa yang dikehendaki oleh Allah untuk disesatkannya,
niscaya dadanya dijadikan sesak dan sempit, seolah-olah ia naik ke langit”. S 6
Al An’aam ayat 125.
Dan firman Allah Ta’ala: “Jikalau
kamu ditolong oleh Allah, maka tiadalah yang menang diatas kamu. Dan jikalau
kamu dihinakan olehNya, maka siapakah yang menolong kamu sesudahNya ?”. S 3 Ali
‘Imran ayat 160.
Dialah yang menunjukkan dan yang menyesatkan. DiperbuatNya apa yang
dikehendakiNya. DihukumNya menurut Kemauan (kehendak)Nya. Tiada yang menolak
akan hukumNya dan tiada yang membuat akibat terhadap qodoNya. DijadikanNya
sorga dan dijadikanNya penduduk untuk surga itu. Lalu dipakaikanNya mereka itu
dengan perbuatan taat. DijadikanNya neraka dan dijadikanNya penduduk untuk neraka
itu.
Lalu dipakaikanNya mereka dengan perbuatan maksiat. DiperkenankanNya
kepada makhluk akan tanda ahli sorga dan ahli neraka.
Ia berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang baik berada dalam kesenangan. Dan
orang-orang yang jahat berada dalam neraka”. S 82 Al Infithaar ayat 13-14.
Kemudian, Allah Ta’ala berfirman, menurut yang dirawikan daripada Nabi
saw: “Mereka itu dalam sorga dan tiada Aku perdulikan. Dan mereka itu dalam
neraka dan tiada Aku perdulikan”. Maha Suci Allah, Yang Maha memiliki dan Yang
Maha Benar ! tiada ditanyakan tentang apa yang diperbuatNya dan manusia itu
yang ditanyakan. Dan marilah kita ringkaskan sekedar ini yang sedikit, tentang
penyebutan keajaiban hati ! untuk menyelidikinya lebih mendalam, tiada layak
dengan ilmu mu’amalah (pengurusan/perniagaan/yang diminta mengetahuinya
hendaklah diamalkan).
Dan tiada merasa cukup dengan kulit saja, tanpa isi. Tetapi ia rindu untuk mengetahui hakekat sebab-sebab yang halus. Dan tentang apa yang telah kami sebutkan, rasanya cukup dan memuaskan bagi orang tersebut –insya Allah Ta’ala. Wallahu walijjut-taufiq ! Tammatlah Kitab Keajaiban Hati. Segala pujian dan cita-cita kepada Allah. Dan akan diiringi oleh Kitab Riyadlatun-Nafsi (Kitab Latihan Jiwa) dan Tahdzibul-Akhlaq. Segala pujian bagi Allah Yang Maha Esa. Dan rahmat Allah kepada semua hambaNya yang terpilih menjadi rasul
Tiada ulasan:
Catat Ulasan