Allah Ta’ala berfirman:
“Tiadalah
yang mengetahui tentara Tuhanmu, selain Ia sendiri”. S 74 Al Muddatstsir ayat
31.
Allah swt mempunyai tentara yang
terkumpul banyak dalam hati, dalam roh dan dalam alam-alam yang lain.
Hanya Allah sendiri yang mengetahui
hakikat/maknanya dan penguraian bilangannya. Dan kami sekarang mengisyaratkan
kepada sebahagian tentara hati.
Maka itulah yang menyangkut dengan
maksud kami. Hati itu mempunyai dua tentara: tentara yang dapat dilihat dengan mata kepala dan tentara yang tidak
dapat dilihat, kecuali dengan mata hati.
Hati itu berkedudukan raja.
Dan tentara itu berkedudukan pelayan dan
pembantu. Inilah arti tentara.
Adapun tentara hati yang dapat
disaksikan dengan mata, ialah: tangan, kaki, mata, telinga, lidah dan anggota-anggota tubuh lainnya,
yang zahir dan yang batin.
Semuanya itu pelayan hati dan yang
bekerja cuma-cuma untuk hati.
Hatilah yang menggunakannya dan yang
pulang pergi kepadanya. Semua anggota itu dijadikan secara naluri patuh kepada
hati. Tiada sanggup menyalahinya dan mendurhakainya. Apabila hati menyuruh mata
dibuka, niscaya dia terbuka. Apabila hati menyuruh kaki bergerak, niscaya ia
bergerak. Apabila hati menyuruh lidah berkata-kata dan ia yakin akan hukum yang
akan diperkatakan, niscaya lidah itu berkata-kata. Dan begitulah dengan
anggota-anggota badan lainnya.
Kepatuhan anggota-anggota tubuh dan
pancaindra kepada hati, dapat diserupakan dari segi kepatuhan para malaikat
kepada Allah Ta’ala. Sesungguhnya malaikat secara naluri itu patuh, tiada
sanggup menyalahiNya. Bahkan, mereka tiada mendurhakai Allah akan apa yang
disuruh oleh Allah.
Mereka berbuat, apa yang disuruh. Hanya
keduanya itu, berbeda pada satu hal. Yaitu: bahwa para malaikat as itu,
mengetahui dengan ketaatan dan kepatuhannya. Dan pelupuk mata itu mematuhi hati
tentang terbuka dan tertutupnya, dengan jalan: terjadinya demikian (taskhir).
Tiada berita baginya dari dirinya dan
dari kepatuhannya kepada hati. Sesungguhnya, hati itu memerlukan kepada tentara
tersebut, sebagaimana perlunya kepada kendaraan dan perbekalan perjalanannya,
yang karena itulah, dia dijadikan. Yaitu: perjalanan kepada Allah swt dan
dilampaui tempat-tempat untuk menemuiNya. Maka karena itulah, hati itu
dijadikan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Tidaklah
Aku jadikan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah (memperhambakan diri)
kepadaKu”. S 51 Adz Dzaariyaat ayat 56.
Sesungguhnya kendaraan hati itu tubuh.
Dan perbekalannya ilmu.
Dan sesungguhnya sebab-sebab yang
menyampaikannya kepada perbekalan dan yang menetapkannya dari perbekalan itu
ialah: amal shalih.
Dan tidak mungkin hamba itu sampai
kepada Allah swt selama badannya tidak tenang. Dan ia tidak melewati
(meninggalkan) dunia. Sesungguhnya tempat yang terdekat tak boleh tidak-
dilewati, untuk sampai ke tempat yang terjauh.
Dunia adalah tempat bercocok tanam bagi
akhirat.
Dan salah satu tempat petunjuk.
Dinamakan dengan dunia, karena dia itu yang terdekat dari dua tempat tersebut.
Maka perlulah menyiapkan perbekalan dari dunia (alam) ini.
Maka badan itu, kendaraannya, yang menyampaikannya kepada alam ini.
Maka ia memerlukan kepada persiapan
badan dan memeliharakannya. Sesungguhnya badan itu dipelihara, dengan
menarikkan kepadanya makanan dll yang sesuai dengan dia. Dan menolak
daripadanya, sebab-sebab kebinasaan, yang meniadakan badan itu.
Maka ia memerlukan kepada dua tentara
untuk menarik makanan itu.
Yaitu: tentara batin, ialah: nafsu syahwat dan tentara zahir, ialah:
tangan dan anggota-anggota badan yang menarik makanan.
Maka dijadikan didalam hati, apa yang
dihayatinya, dari keinginan-keinginan. Dan dijadikan anggota-anggota badan yang
menjadi alat keinginan-keinginan itu.
Maka diperlukan dua tentara untuk
menolak bahaya yang membinasakan: tentara batin. Yaitu: marah yang menolak
segala yang membinasakan dan menuntut balas dari musuh.
Dan: tentara zahir, yaitu: tangan dan
kaki, dimana dengan tangan dan kaki itu dapat bekerja menurut kehendak marah.
Semua itu, dengan hal-hal yang diluar badan. Maka anggota-anggota dari badan
itu, adalah seperti alat senjata dan lainnya.
Kemudian, orang yang memerlukan kepada
makanan, selama ia tidak mengenal makanan itu, niscaya tidak bermanfaat
kepadanya, keinginan dan kesukaan kepada makanan itu.
Maka ia memerlukan kepada dua tentara
untuk mengenalnya: tentara batin. Yaitu: pancaindra pendengaran, penglihatan,
penciuman, penyentuhan dan perasaan lidah.
Dan: tentara zahir, yaitu: mata,
telinga, hidung dll. Penguraian segi keperluan dan segi hikmah padanya itu,
panjang. Dan tidak sampai kepada banyak jilid. Dan telah kami isyaratkan kepada
bagian yang sedikit daripadanya, pada “Kitab Syukur”. Maka hendaklah dicukupkan
dengan itu !.
******
Maka jumlah tentara hati itu, dihinggakan oleh 3 jenis:
Jenis kesatu, pembangkit dan pendorong.
{nafsu syahwat, marah, kemauan.}
Adakalanya kepada penarikan yang bermanfaat, yang sesuai, seperti: nafsu
syahwat.
Dan adakalanya kepada penolakan yang mendatangkan
melarat, yang tidak bermanfaat, seperti: marah.
Kadang-kadang dikatakan tentang penggerak itu: kemauan.
Jenis kedua, yaitu: penggerak anggota badan untuk menghasilkan maksud-maksud itu.
Dan dikatakan tentang yang kedua ini: kekuasaan. Yaitu: tentara yang
berkembang pada anggota-anggota badan yang lain. Lebih-lebih sendi-sendi dan
anggota-anggota badan yang tumbuh pada sendi-sendi badan.
Jenis ketiga, yaitu: yang mengetahui dan yang ingin mengenal semua perkara, seperti: mata-mata.
Yaitu: kekuatan penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasaan dengan lidah dan penyentuhan. Dan itu
berkembang pada anggota-anggota badan tertentu. Dan disebutkan tentang ini:
ilmu dan perasaan.
Dan bersama masing-masing tentara batin
ini, ada tentara zahir. Yaitu: anggota-anggota badan yang tersusun dari: lemak,
daging, urat, darah dan tulang, yang menyediakan perkakas untuk tentara itu.
Maka sesungguhnya kekuatan menggenggam,
ialah dengan anak-anak jari. Kekuatan melihat dengan mata. Dan begitulah
kekuatan-kekuatan lainnya.
Kami tidak memperkatakan tentang tentara
zahir, yakni: anggota-anggota badan. Karena dia termasuk ‘alamul-mulki
was-syahadah (penyaksian tubuh di alam dunia).
Dan yang kami perkatakan sekarang,
ialah: apa yang diperkuatkan dengan tentara-tentara yang tiada engkau
melihatnya.
Jenis yang ketiga ini, ialah yang
mengetahui keseluruhan ini, yang terbagi kepada: yang menempati tempat-tempat
zahiriah, yaitu:
pancaindra yang lima. Yakni:
pendengaran,
penglihatan,
penciuman,
perasaan lidah dan
penyentuhan.
Dan kepada: yang menempati tempat-tempat batiniah.
Yaitu: rongga-rongga otak. Dan itu juga lima.
Maka sesungguhnya manusia, sesudah
melihat sesuatu itu, memejamkan kedua matanya. Maka ia memperoleh bentuknya
dalam dirinya. Yaitu: khayal.
Kemudian bentuk itu kekal padanya,
disebabkan sesuatu yang menjagakannya. Yaitu:
tentara penjaga.
Kemudian, ia bertafakkur pada yang dijagakannya.
Lalu disusunnya sebahagian yang
demikian, kepada yang sebahagian. Kemudian ia
mengingati apa yang telah dilupakannya dan ia kembali kepadanya.
Kemudian, dikumpulkannya sejumlah
pengertian dari yang dirasakan, dalam khayalannya, dengan perasaan yang
bersekutu diantara yang dirasakan dengan
pancaindra itu.
Dalam batin ada perasaan yang bersekutu,
khayalan,
pemikiran, ingatan dan hafalan.
Jikalau tidak dijadikan oleh Allah, kekuatan hafalan, pikiran, ingatan dan
khayalan, niscaya adalah otak itu kosong daripadanya.
Sebagaimana kosongnya tangan dan kaki daripadanya.
Maka kekuatan-kekuatan itu juga tentara batiniah dan tempatnya juga batiniah.
Inilah segala macam tentara hati !
uraiannya sehingga dapat diketahui oleh paham orang-orang yang lemah dengan
memberikan contoh-contoh itu akan panjang.
Dan maksud kitab yang seperti ini adalah
untuk dimanfaatkan oleh orang-orang kitab yang seperti ini dan adalah untuk
dimanfaatkan oleh orang-orang yang kuat pemahamannya dan oleh ulama-ulama yang
terkemuka. Akan tetapi kami berusaha sungguh-sungguh untuk memberi pengertian
kepada orang-orang yang lemah, dengan mengemukakan contoh-contoh, supaya yang
demikian itu, mendekatkan kepada pemahaman mereka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan