Ketahuilah, bahwa contohnya hati itu
seperti benteng. Dan setan itu musuh, yang bermaksud masuk ke dalam benteng.
Lalu ia memilikinya dan menguasainya. Dan tidak sanggup menjaga benteng dari
musuh, selain dengan menjaga pintu-pintu benteng, tempat-tempat masuk dan
tempat-tempat lobangnya. Dan tidak sanggup menjaga pintu-pintunya, oleh orang
yang tiada mengetahui pintu-pintu itu. Maka menjaga hati dari bisikan setan itu
wajib. Yaitu: fardlu ‘ain (wajib dikerjakan) atas tiap-tiap orang mukallaf
(sudah baligh dan berakal).
Dan sesuatu yang menyampaikan kepada
wajib, juga menjadi wajib. Dan tidak sampai dapat menolak setan, selain dengan
mengetahui tempat-tempat masuknya. Lalu mengetahui tempat-tempat masuknya itu
menjadi wajib. Tempat-tempat masuk setan dan pintu-pintunya, ialah: sifat-sifat
hamba. Dan itu banyak. Tetapi, kami akan menunjukkan kepada pintu-pintu yang
besar, yang berlaku seperti jalan-jalan yang tidak sempit dari banyaknya
tentara setan. Diantara pintu-pintu setan yang besar, ialah: marah dan nafsu
syahwat. Marah, ialah binasanya akal. Apabila lemah tentara akal, niscaya
tentara setan menyerang. Manakala manusia itu marah, niscaya setan bermain
dengan dia, seperti anak-anak bermain dengan bola.
Diriwayatkan, bahwa Musa as dijumpai oleh Iblis. Lalu Iblis itu berkata
kepadanya:
“Hai Musa ! engkau yang dipilih oleh
Allah menjadi rasulNya dan berkata-kata dengan engkau. Dan aku adalah salah
satu daripada makhlukNya, yang telah berdosa. Aku mau bertaubat. Maka
bersyafaatlah engkau kepadaku pada Tuhanku, kiranya Ia menerima taubatku !”.
Musa menjawab: “Boleh !”. Tatkala Musa as naik diatas bukit dan berkata-kata
dengan Tuhan ‘Azza Wa Jalla dan mau turun, lalu Tuhan berfirman kepadanya:
“Tunaikanlah amanah !”. Maka Musa as menjawab: “Wahai Tuhanku ! hambaMu Iblis
ingin bertaubat !”. Lalu Allah Ta’ala mewahyukan kepada Musa: “Wahai Musa !
engkau telah menunaikan hajat engkau. Suruhlah Iblis itu bersujud kepada
kuburan Adam, sehingga diterima taubatnya”.
Kemudian, Musa menemui Iblis dan berkata
kepadanya: “Aku telah tunaikan hajatmu.
Kamu disuruh bersujud kepada kuburan
Adam, sehingga diterima taubatmu”. Lalu Iblis itu marah dan menyombong, seraya
berkata: “Aku tidak sujud kepadanya waktu dia masih hidup. Apakah aku akan
sujud kepadanya, setelah ia mati ?”. Kemudian, Iblis itu berkata kepada Musa
as: “Hai Musa ! engkau mempunyai hak atasku, disebabkan engkau memberi syafaat
bagiku kepada Tuhan engkau. Ingatlah akan aku pada 3 hal, yang tidak akan aku
binasakan engkau padanya: ingatlah aku ketika engkau marah. Sesungguhnya rohku
dalam hati engkau. Mataku pada mata engkau.
Aku lalu pada engkau pada tempat lalunya
darah. Ingatlah aku apabila engkau marah. Sesungguhnya apabila manusia sudah
marah, niscaya aku hembuskan dalam hidungnya. Lalu ia tidak tahu apa yang akan
diperbuatnya. Ingatlah aku ketika engkau berada di garis perang. Maka
sesungguhnya, aku akan mendatangi manusia, ketika berada di garis perang. Lalu
aku ingatkan dia akan isterinya, anaknya dan keluarganya. Sehingga ia berpaling
dari garis perang. Jagalah diri dari duduk-duduk dengan wanita yang bukan
mahram. Aku adalah utusannya kepada engkau dan utusan engkau kepadanya. Maka
selalu aku demikian, sehingga aku membuat fitnah diantara engkau dengan dia dan
aku membuat fitnah diantara dia dengan engkau”. Setan itu menunjukkan dengan
yang demikian, kepada nafsu syahwat, marah dan rakus. Melarikan diri dari garis
perang (perjuangan), adalah rakus kepada dunia. Enggannya setan daripada sujud
kepada Adam as yang sudah wafat adalah: dengki. Dan dengki itu tempat masuknya
yang terbesar.
Telah disebutkan, bahwa sebahagian
wali-wali berkata kepada Iblis: “Perlihatkanlah kepadaku, bagaimana engkau
mengalahkan anak Adam (manusia). Iblis menjawab: “Aku ambil dia ketika marah
dan ketika datang hawa nafsunya”. Menurut cerita, Iblis itu datang pada seorang
biarawan Bani Israil. Lalu biarawan itu bertanya kepadanya: “Budi pekerti yang
mana dari manusia, yang lebih menolong kamu ?”. Iblis itu menjawab: “Cepat
marah. Apabila manusia, yang lebih menolong kamu ?”. Iblis itu menjawab: “Cepat
marah. Apabila manusia itu lekas marah, niscaya kami bulak-balikkan dia,
seperti anak-anak membalik-balikkan bola”.
Ada yang mengatakan, bahwa setan itu
berkata: “Bagaimana aku dikalahkan oleh manusia ? apabila ia suka, aku datang.
Sehingga aku berada dalam hatinya. Apabila ia marah, aku terbang. Sehingga aku
berada pada kepalanya”. Diantara pintu-pintu setan yang besar, ialah: dengki
dan rakus. Manakala manusia itu rakus terhadap tiap-tiap sesuatu, niscaya
kerakusan itu membutakan dan menulikannya, karena Nabi saw bersabda:
“Kesukaanmu kepada sesuatu, membutakan dan menulikan kamu”. Sinar mata hati
itulah yang memperkenalkan tempat-tempat masuknya setan. Apabila manusia itu
ditutup oleh dengki dan rakus, niscaya ia tidak dapat melihat. Maka ketika itu,
setan mendapat kesempatan. Lalu baguslah pada orang yang rakus, semua yang
dapat menyampaikannya kepada nafsu syahwatnya, meskipun barang itu munkar dan
keji.
Diriwayatkan, bahwa Nabi Nuh as tatkala memasuki kapalnya, lalu membawa masing-masing berpasangan, jantan dan betina, sebagaimana
yang diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Lalu ia melihat dalam kapal itu seorang
tua yang tidak dikenalnya.
Nuh as bertanya: “Apakah yang
menyebabkan engkau masuk kemari ?”. Orang tua itu menjawab: “Aku masuk, untuk
mendatangkan bencana ke dalam hati teman-temanmu. Lalu hati mereka bersama aku
dan badannya bersama kamu”. Lalu Nuh as berkata: “Keluar dari kapal ini, hai
musuh Allah ! engkau sesungguhnya terkutuk”. Lalu Iblis itu berkata: “5 perkara
yang membinasakan manusia dan akan aku ceritakan kepada engkau 3 perkara
daripadanya. Dan yang 2 perkara tidak akan aku ceritakan”.
Lalu Allah Ta’ala menurunkan wahyu
kepada Nuh as, bahwa: “Engkau tidak memerlukan yang 3 perkara itu. Dan
hendaklah diterangkannya kepada engkau yang 2 perkara lagi”. Lalu Nuh as
bertanya kepada Iblis tersebut: “Mana yang 2 perkara itu ?”. Iblis itu
menjawab: “Keduanya yang tidak membohongi aku. Keduanya yang tidak menyalahi
aku. Dengan keduanya itu, manusia binasa: rakus dan dengki. Dengan sebab
dengki, aku terkutuk dan aku mejadi setan terkutuk. Adapun rakus, maka telah
dibolehkan bagi Adam sorga seluruhnya, selain sepohon kayu. Maka aku memperoleh
hajatku daripadanya disebabkan kelobaannya”. Diantara pintu-pintu setan yang
besar, ialah: kenyang dari makanan, walaupun makanan itu halal dan bersih.
Karena kenyang menguatkan nafsu syahwat. Dan nafsu syahwat itu senjata setan.
Diriwayatkan, bahwa Iblis datang kepada Nabi Yahya dan Zakaria as.
Beliau melihat pada Iblis itu, perkakas
tempat menggantungkan daging dari segala sesuatu. Lalu beliau bertanya kepada
Iblis itu: “Apakah perkakas-perkakas penggantung ini ?”. Iblis menjawab:
“Inilah nafsu syahwat yang aku jadikan bencana kepada anak Adam. Lalu Nabi
Yahya as bertanya: “Adakah bagiku padanya sesuatu ?”. Iblis itu menjawab:
“Kadang-kadang engkau kenyang, lalu kami beratkan engkau daripada shalat dan
dzikir”. Nabi Yahya as bertanya lagi: “Adakah yang lain dari itu ?”. Iblis
menjawab: “Tidak !”. Maka Nabi Yahya as berkata: “Menjadi kewajibanku bagi
Allah, bahwa aku tiada akan memenuhkan perutku selama-lamanya dengan makanan”.
Lalu Iblis menyambung: “Menjadi kewajibanku bagi Allah, bahwa aku tiada akan
memberi nasehat selama-lamanya kepada orang Islam”.
Dikatakan mengenai banyaknya makan, ada 6 perkara yang tercela:
Pertama: menghilangkan takut
kepada Allah dari hatinya.
Kedua:
menghilangkan belas kasihan dari hatinya kepada orang lain. Karena ia
menyangka, semua orang itu kenyang.
Ketiga: banyak
makan itu memberatkan dari berbakti (taat).
Keempat: apabila ia mendengar
perkataan hikmat, ia tidak memperoleh kehalusan jiwanya.
Kelima: apabila ia
berkata-kata dengan pangajaran dan hikmat, tidak berkesan pada hati manusia.
Keenam: bahwa banyak makan
itu mendatangkan penyakit.
Diantara pintu-pintu setan, ialah
menyukai penghiasan dengan perabot rumah, kain dan rumah. Setan apabila melihat
yang demikian mengerasi pada hati manusia, niscaya ia bertelur didalam hati dan
menetas. Lalu senantiasalah setan mengajak manusia itu untuk membangun rumah,
menghiasi loteng dan dinding nya, meluaskan bangunan-bangunannya. Dan mengajak
untuk menghiaskan diri dengan kain dan binatang kendaraan dan menggunakannya
sepanjang umurnya. Apabila setan telah dapat menjatuhkan manusia pada yang
demikian, maka setan itu tidak perlu lagi kembali kepada manusia tadi untuk
kedua kalinya. Karena sebahagian yang demikian itu menghela kepada sebahagian
yang lain. Lalu senantiasalah manusia itu melaksanakannya dari sesuatu kepada sesuatu
yang lain, sampai ajalnya tiba. Maka iapun mati. Sedang ia pada jalan setan dan
mengikuti hawa nafsu. Dan dari yang demikian itu, ditakuti akan buruk akibatnya
dengan kekufuran. Kita berlindung dengan Allah daripadanya !.
Diantara pintu-pintu setan yang besar,
ialah sifat loba pada manusia. Karena apabila loba itu telah mengerasi pada
hati, niscaya senantiasalah setan itu berusaha pada manusia tadi, supaya
menyukai membuat-buat dan menghiasi terhadap orang yang ia mengharapkan sesuatu
padanya, dengan bermacam-macam ria dan kepalsuan. Sehingga yang dilobakan itu
seolah-olah menjadi sembahannya. Maka senantiasa ia berpikir berdaya-upaya
supaya orang itu menyukai dan mencintainya. Dan ia masuki semua tempat masuk
untuk sampai kepada yang demikian. Sekurang-kurang, tingkah-lakunya, memuji
orang itu dan berminyak-minyak air dengan dia dengan meninggalkan amar-ma’ruf
dan nahi-munkar.
Shafwan bin Salim meriwayatkan, bahwa Iblis datang kepada Abdullah bin
Handhalah, seraya berkata kepadanya:
“Hai anak Handhalah ! hafalkanlah
daripadaku sesuatu yang akan aku ajarkan kepadamu !”. Ibnu Handhalah menjawab:
“Aku tiada memerlukan sesuatu itu”. Setan itu berkata: “Perhatikanlah ! jikalau
itu baik, engkau ambil dan jikalau buruk, engkau tolak. Hai anak Handhalah ! jangan
engkau meminta suatu permintaan kegemaran pada seseorang, selain pada Allah !
perhatikanlah, bagaimana engkau apabila marah ! sesungguhnya aku yang memiliki
engkau, apabila engkau marah”. Diantara pintu-pintunya yang besar, ialah
terburu-buru dan meninggalkan ketetapan tentang semua urusan.
Nabi saw bersabda:
“Terburu-buru itu dari setan dan
pelan-pelan itu dari Allah Ta’ala”. Allah Ta’ala berfirman: “Manusia itu
diciptakan bersifat tergesa-gesa”. S 21 Al Anbiyaa’ ayat 37.
Allah Ta’ala berfirman:
“Dan
manusia itu adalah tergesa-gesa”. S 17 Al Israa’ ayat 11.
Allah Ta’ala berfirman kepada NabiNya
saw:
“Dan
janganlah engkau tergesa-gesa tentang Alquran itu, sebelum selesai diwahyukan
kepada engkau !”. S 20 Thaahaa ayat 114.
Demikianlah, karena semua perbuatan itu
seyogyalah adanya sesudah memperhatikan dengan penglihatan yang mendalam dan
mengetahuinya. Perhatian yang mendalam itu memerlukan kepada pemerhatian dan
pelan-pelan. Sikap tergesa-gesa menghalangi daripada yang demikian. Dan ketika tergesa-gesa,
setan itu melakukan kejahatannya kepada manusia, dimana manusia itu tiada
mengetahuinya.
Dirwayatkan, bahwa ketika Isa putera
Maryam as dilahirkan, datanglah setan-setan kepada Iblis. Mereka mengatakan:
“Patung-patung berhala telah terjungkir balik kepalanya”. Iblis menjawab: “Ini
adalah suatu kejadian, yang telah terjadi. Kamu harus tetap pada tempatmu”.
Lalu Iblis itu terbang, sehingga sampai kedua ufuk bumi. Ia tiada memperoleh
apa-apa. Kemudian, ia mendapati Isa as telah lahir dan para malaikat
mengelilinginya. Lalu Iblis itu kembali kepada setan-setan tadi, seraya
berkata: “Bahwa seorang nabi telah lahir kemarin.
Tidak ada seorangpun wanita yang
mengandung dan melahirkan, melainkan aku hadir kepadanya, kecuali ini. Maka
putuslah kiranya harapanmu, bahwa patung-patung berhala itu akan disembah orang
sesudah malam ini. Akan tetapi, datangilah anak Adam dari pihak tergesa-gesa
dan memandang enteng terhadap sesuatu pekerjaan !”. Diantara pintu-pintunya
yang besar, ialah: dirham, dinar dan bermacam-macam harta lainnya, dari harta
benda, binatang ternak dan tanah ladang. Sesungguhnya semua yang melebihi dari
sekedar makanan penting dan yang diperlukan, adalah tempat ketetapan setan.
Orang yang mempunyai makanan yang perlu, maka hatinya kosong dari kesusahan
hidup. Kalau ia memperoleh 100 dinar umpamanya dengan suatu jalan, niscaya
tergeraklah dari hatinya 10 nafsu syahwat. Masing-masing nafsu syahwat itu
memerlukan kepada 100 dinar lain. Sehingga tiada mencukupilah apa yang
diperolehnya.
Akan tetapi ia memerlukan kepada 900
lain. Sebelum ada yang 100 itu, ia merasa cukup. Lalu sekarang, setelah
diperolehnya 100 tadi, maka ia menyangka bahwa ia telah kaya. Dan ia memerlukan
kepada 900 tadi, untuk membeli rumah yang akan ditempatinya. Dan untuk membeli
seorang budak perempuan. Untuk membeli perabot rumah. Dan membeli pakaian yang
megah. Masing-masing dari yang tersebut itu memerlukan yang lain lagi, yang
layak dengan dia. Dan yang demikian itu tiada berkesudahan. Akhirnya jatuhlah
ia ke dalam jurang, yang berkesudahan neraka jahannam yang dalam. Tiada
penghabisannya selain dari itu.
Tsabit Al-Bannani berkata:
“Tatkala Rasulullah saw diutus, lalu
Iblis berkata kepada setan-setannya: “Telah terjadi suatu kejadian, maka
lihatlah apa kejadian itu !”. Maka setan-setan itu berjalan kesana-kemari,
sehingga mereka payah. Kemudian, mereka datang dan berkata: “Kami tidak tahu.
Lalu Iblis itu berkata: “Aku akan sampaikan kepada kamu berita itu”. Iblis
itupun pergi, kemudian datang dan berkata: “Allah telah mengutus Muhammad saw”.
Lalu Iblis itu mengutus setan-setannya kepada sahabat-sahabat Nabi saw. Mereka
itu kembali dengan kecewa dan mengatakan: “Tiada kami temui suatu kaumpun
seperti mereka. Kami memperoleh mereka dengan bisikan, kemudian mereka berdiri
kepada shalat. Maka terhapuslah yang demikian”. Lalu Iblis berkata:
“Pelan-pelanlah dengan mereka ! mudah-mudahan Allah membuka dunia kepada
mereka, lalu kita memperoleh hajat kita dari mereka”.
Diriwayatkan, bahwa Isa as pada suatu
hari berbantal dengan batu. Lalu lewatlah Iblis, seraya berkata: “Hai Isa !
engkau suka pada dunia ?”. Maka Isa as mengambil batu itu, melemparkan Iblis
tadi dari bawah kepalanya, seraya berkata: “Ini untukmu bersama dunia !”. Pada
hakekatnya, orang yang memiliki sebuah batu, dimana ia berbantal dengan batu
itu ketika tidur, sesungguhnya ia telah memiliki dari dunia, apa yang mungkin
menjadi senjata setan terhadap dirinya. Karena orang yang bangun malam
umpamanya untuk shalat, manakala sebuah batu itu dekat kepadanya, yang mungkin dibantalinya,
maka senantiasalah batu itu mengajaknya kepada tidur dan kepada membatalinya.
Jikalau tidaklah demikian, niscaya
tidaklah terguris yang demikian itu pada hatinya. Dan tidaklah tergerak
keinginannya kepada tidur. Ini mengenai batu ! maka betapa pula dengan orang
yang mempunyai bantal empuk, tikar licin dan tempat istirahat yang baik. Maka
kapankah ia rajin beribadah kepada Allah Ta’ala ? Diantara pintu-pintunya yang
besar, ialah: kikir dan takut miskin. Yang demikian itu mencegah daripada membelanjakan
harta dan bersedekah. Dan mengajak kepada menyimpan, gudang dan azab yang
pedih. Dan itulah yang dijanjikan bagi orang-orang yang membanyak-banyakkan
harta, sebagaimana yang dituturkan oleh Alquran Mulia.
Khaitsamah bin Abdurrahman berkata: “Setan
itu berkata: “Aku tidak dapat dikalahkan oleh anak Adam. Maka tidak dapat ia
mengalahkan aku pada 3 hal, yaitu: aku suruh dia mengambil harta yang bukan
haknya, membelanjakannya pada bukan haknya dan melarangkannya pada haknya”.
Sufyan Ats-Tsuri berkata:
“Setan itu tiada mempunyai senjata,
seperti: sifat takut miskin. Apabila manusia menerima yang demikian dari setan,
niscaya ia berbuat yang batil/salah, mencegah yang hak, berkata-kata dengan
hawa nafsu dan menyangka Tuhannya dengan sangkaan buruk”. Diantara bahaya
kikir, ialah: rakus kepada mengharuskan diri tinggal di pasar-pasar, untuk
mengumpulkan harta. Pasar-pasar itu adalah tempat berkumpulnya setan-setan.
Abu Umamah berkata,
bahwa Rasulullah saw bersabda: “Bahwa
Iblis itu, tatkala turun ke bumi, lalu berdoa: “Wahai Tuhanku ! Engkau turunkan
aku ke bumi dan Engkau jadikan aku terkutuk, maka buatlah bagiku sebuah rumah
!”. Allah Ta’ala menjawab: “Rumahmu kamar mandi !”. Iblis itu meneruskan
doanya: “Buatlah bagiku sebuah tempat duduk !”. Allah Ta’ala menjawab: “Tempat
dudukmu pasar-pasar dan tempat-tempat berkumpul di jalan-jalan raya”. Iblis itu
meneruskan doanya: “Buatlah bagiku suatu makanan !”.
Allah menjawab: “Makananmu yang tidak
disebutkan nama Allah (tidak dibacakan: Bismillah) padanya”. Iblis itu
meneruskan doanya: “Buatlah bagiku suatu minuman !”. Allah Ta’ala menjawab:
“Minumanmu semua yang memabukkan”. Iblis itu meneruskan doanya: “Adakanlah
bagiku seorang muadz-dzin !”. Allah Ta’ala menjawab: “Muadz-dzinmu, yaitu:
suling-suling”. Iblis itu meneruskan doanya: “Buatlah bagiku Quran !”. Allah
Ta’ala menjawab: “Quranmu yaitu: sya’ir”. Iblis itu meneruskan doanya: “Buatlah
bagiku sebuah kitab !”. Allah Ta’ala menjawab: “Kitabmu, ialah: tatto (lukisan
dan garisan-garisan pada badan)”. Iblis itu meneruskan doanya: “Buatlah bagiku
hadits !”. Allah Ta’ala menjawab: “Haditsmu, yaitu: dusta”. Iblis itu
meneruskan doanya: “Buatlah bagiku tempat memancing !”. Allah Ta’ala menjawab:
“Yaitu: wanita”. Diantara pintu-pintu setan yang besar, ialah: fanatik mazhab,
hawa nafsu, dengki kepada musuh, memandang kepada musuh dengan pandangan rendah
dan hina. Yang demikian itu, termasuk yang membinasakan hamba dan orang-orang
fasik sekalian. Sesungguhnya mencaci orang dan asyik menyebut kekurangan mereka
adalah sifat yang terjadi pada tabiat manusia, diantara sifat-sifat binatang
buas.
Apabila setan mendatangkan khayalan
kepada manusia, bahwa yang demikian itu adalah benar dan bersesuaian dengan
nalurinya, niscaya bersangatanlah manisnya pada hati manusia. Lalu ia
melakukannya dengan seluruh kemauannya. Dan ia dengan yang demikian itu merasa
senang dan gembira. Ia menyangka, bahwa ia berbuat dalam bidang agama, padahal
ia berbuat mengikuti setan.
Anda melihat, seseorang dari mereka,
fanatik kepada Abubakar Siddik ra, sedang ia memakan yang haram. Lidahnya
terlepas dengan kata yang sia-sia dan dusta dan berbuat dengan segala macam
kerusakan. Jikalau Abubakar melihatnya, niscaya dia musuhnya yang pertama.
Karena pengikut Abubakar, ialah orang yang mengambil jalannya, berjalan menurut
jalannya dan menjaga apa yang diantara janggut dan kumisnya (mulutnya).
Dan adalah diantara perjalanan hidup
Abubakar ra meletakkan batu pada mulutnya, untuk mencegah lidahnya daripada
berkata-kata yang tidak berfaedah. Maka bagaimana bagi orang yang berkata
dengan yang sia-sia ini, mendakwakan dirinya mengikuti dan mencintai Abubakar
ra, sedang ia tidak bertingkah-laku dengan tingkah laku Abubakar ?
Kita melihat seorang yang lain yang
berkata dengan sia-sia, bahwa ia fanatik kepada Ali ra, sedang diantara
zuhudnya Ali dan tingkah lakunya, bahwa beliau waktu menjadi khalifah, membeli
pakaiannya dengan harganya 3 dirham dan memotong ujung kedua lengan bajunya
sampai ke pergelangan tangannya. Dan kita melihat orang fasik itu memakai kain
sutera dan menghiaskan diri dengan harta, yang diusahakannya dari yang haram.
Ia berbuat mencintai Ali ra dan mendakwakannya, sedang sebenarnya ia adalah
musuh Ali yang pertama pada hari kiamat.
Alangkah samanya dengan orang yang
mengambil seorang anak yang amat dikasihi oleh orang tuanya, yang menjadi
hiasan matanya dan buah hatinya. Lalu dipukulinya anak itu, dicubitnya,
dicabuti rambutnya dan dipotong nya dengan gunting kain. Dalam pada itu, ia
mendakwakan, bahwa ia mencintai bapaknya dan mematuhinya. Maka bagaimanakah
keadaannya orang itu pada siayah anak tadi ? Sebagaimana diketahui, bahwa
Abubakar ra, Umar ra, Usman ra, Ali ra dan para sahabat lainnya, lebih
mencintai agama dan syara’ (agama) daripada keluarga dan anak. Bahkan dari diri
mereka itu sendiri.
Orang-orang yang melemparkan dirinya ke
dalam perbuatan maksiat sepanjang agama, adalah orang-orang yang
mengoyak-ngoyakkan syara’ (agama) dan memotong-motongnya dengan gunting-gunting
nafsu syahwat. Dan mereka memperoleh kasih-sayang musuh Allah dan musuh para
walinya, yaitu: Iblis. Maka anda akan melihat, bagaimana keadaan mereka pada
hari kiamat di sisi para sahabat dan di sisi para wali Allah Ta’ala. Bahkan,
jikalau terbukalah tutup dan mereka itu mengetahui apa yang disukai oleh para
sahabat pada umat Rasulullah saw, niscaya mereka itu malu membawa kepada
lidahnya akan menyebutkan para sahabat, sedang perbuatan mereka itu demikian
kejinya.
Kemudian, setan itu mengkhayalkan kepada
mereka, bahwa orang yang mati dengan mencintai Abubakar dan Umar, maka api
neraka tidak akan mengelilingi kelilingnya. Dan kepada orang lain, setan itu
mengkhayalkan, bahwa apabila ia mati dengan mencintai Ali, niscaya ia tidak
akan mengalami ketakutan.
Ini Rasulullah saw bersabda kepada Fatimah ra dan Fatimah itu sepotong
daging daripadanya: “Beramallah, hai Fatimah ! sesungguhnya aku tidak
memerlukan sesuatu daripada engkau dari Allah”.
Inilah contoh yang kami kemukakan dari
jumlah hawa nafsu. Dan begitu pulalah hukumnya orang-orang yang fanatik kepada
Asy-Syafi’i, Abu Hanifah, Malik, Ahmad dan imam-imam yang lain. Semua orang
yang mendakwakan berpegang dengan mazhab seseorang imam, sedang ia tidak
menjalankan yang dijalankan oleh imam tersebut, maka imam itu adalah
musuhnya pada hari kiamat.
Karena imam itu berkata kepadanya:
“Mazhabku adalah kerja, tidak bicara dengan lidah. Bicara dengan lidah adalah
untuk bekerja, tidak untuk yang sia-sia. Maka sebagaimana halmu ?. Kamu
menyalahi aku dalam pekerjaan dan perjalanan hidup, yang menjadi mazhabku dan
jalanku yang aku tempuh selalu dan aku berjalan padanya kepada Allah Ta’ala.
Kemudian, kamu dakwakan mazhabku itu yang bohong”. Inilah tempat masuk yang
benar diantara tempat-tempat masuknya setan, yang telah membinasa kan
kebanyakan orang alim.
lah diserahkan sekolah-sekolah kepada
golongan-golongan yang sedikit takutnya kepada Allah dan lemah mata-hatinya
pada agama, kuat keinginannya kepada dunia dan bersangatan kerakusannya
mengikuti hawa nafsu. Mereka tidak tetap mengikuti hawa nafsu dan menegakkan
kemegahan, selain dengan kefanatikan. Lalu mereka tahan yang demikian dalam
dadanya dan tidak memberitahukan kepada mereka, tempat-tempat godaan setan.
Bahkan mereka itu menggantikan setan, pada pelaksanaan godaannya. Maka terus
meneruslah manusia diatas yang demikian. Dan mereka lupa akan induk-induk
agamanya. Maka merekapun binasa dan membinasakan. Kiranya Allah Ta’ala menerima
taubat kita dan taubat mereka.
Al-Hasan berkata:
“Sampai kepada kami berita, bahwa Iblis
berkata: “Aku hiaskan perbuatan maksiat pada umat Muhammad. Lalu mereka potong
punggungku dengan istighfar (membaca istighfar, memohon ampunan Tuhan). Lalu
aku hiaskan dosa kepada mereka, dimana mereka tiada memohon ampunan Allah
Ta’ala daripadanya. Yaitu: hawa nafsu”. Benarlah yang terkutuk itu. Karena umat
itu tiada mengetahui, bahwa yang demikian adalah sebahagian dari sebab-sebab
yang menarik kepada maksiat. Maka bagaimana mereka meminta ampun daripadanya”.
Diantara tipu daya setan yang besar, ialah: setan itu menyibukkan manusia dari
urusan dirinya, dengan perselisihan-perselisihan yang terjadi diantara sesama
manusia, tentang mazhab-mazhab dan permusuhan-permusuhan.
Abdullah bin Mas’ud berkata:
“Suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah
Ta’ala. Lalu datanglah setan kepada mereka, untuk membangunkannya dari duduknya
dan untuk mencerai-beraikan diantara mereka. Rupanya setan itu tidak sanggup.
Lalu ia mendatangi rombongan lain, yang sedang asyik berbicara dengan
pembicaraan dunia. Lalu setan itu mendatangkan kerusakan diantara mereka. Lalu
mereka itu bangun berbunuh-bunuhan. Sebenarnya setan itu tidak bermaksud
demikian terhadap mereka tadi. Maka bangunlah mereka yang berdzikir kepada
Allah Ta’ala, berusaha melerai mereka yang bunuh-bunuhan itu. Lalu
bercerai-berailah kaum yang berdzikir tadi dari majelis dzikirnya. Dan inilah
yang dimaksudkan oleh setan itu dari mereka”.
Diantara pintu-pintu setan itu, ialah:
membawa orang awam yang tiada berkecimpung dalam bidang ilmu dan tidak
mendalaminya, kepada berfikir tentang zat Allah Ta’ala, sifat-sifatNya dan
mengenai hal-hal yang tiada sampai batas pemikiran mereka kepadanya. Sehingga
meragukan mereka tentang pokok agama. Atau mengkhayalkan kepada mereka tentang
Allah Ta’ala dengan khayalan-khayalan (imajinasi-imajinasi), yang Maha Sucilah
kiranya Allah Ta’ala daripada nya. Yang membuatnya dengan demikian, menjadi
kafir atau orang bid’ah.
Sedang dia dengan demikian, merasa
senang gembira, bersuka-ria, dengan apa yang terjadi dalam dadanya. Ia
menyangka yang demikian itu suatu ma’rifah (pengenalan kepada Allah) dan bashirah
(penglihatan dengan mata hati). Dan yang demikian itu terbuka baginya dengan
kecerdikan dan kelebihan akalnya. Manusia yang paling bodoh, ialah orang paling
kuat kepercayaannya kepada akalnya sendiri. Orang yang paling berketetapan
akal, ialah orang yang sangat curiga kepada dirinya sendiri dan yang lebih
banyak bertanya kepada orang yang berpengalaman (para alim-ulama).
‘Aisyah berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya setan itu datang kepada
salah seorang kamu. Lalu ia bertanya: “Siapakah yang menjadikan kamu ?”. Maka
salah seorang kamu itu menjawab: “Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi”. Lalu
setan itu bertanya lagi:“Siapakah yang menjadikan Allah ?”. Apabila salah
seorang kamu menjumpai yang demikian, maka hendaklah ia menjawab: “Aku beriman
kepada Allah dan RasulNya. Maka dengan demikian, setan itu pergi daripadanya”.
Nabi saw tiada menyuruh membahas tentang pengobatan bisikan setan ini. Karena,
ini adalah bisikan yang dijumpai oleh kebanyakan manusia, tidak dijumpai oleh
para ulama. Hak orang kebanyakan ialah: beriman dan Islam. Dan berbuat ibadah
dan segala keperluan hidup. Dan menyerahkan ilmu untuk para alim ulama. Orang
awam, jikalau berzina dan mencuri, niscaya adalah lebih baik baginya daripada
memperkatakan tentang ilmu.
Karena orang yang memperkatakan tentang
Allah dan agamaNya, tanpa pengetahuan yang kokoh, bisa jatuh dalam kekufuran,
dimana ia tiada mengetahuinya, seperti orang yang berlayar di laut yang dalam,
sedang ia tiada tahu berenang. Dan tipuan setan mengenai yang berhubungan
dengan aqidah dan mazhab itu, tiada terhingga. Dan sesungguhnya kami kemukakan,
dengan apa yang telah kami kemukakan dahulu dengan contoh.
Diantara pintu-pintu setan, ialah: jahat
sangka kepada kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman ! jauhilah kebanyakan purbasangka (kecurigaan), karena sebagian dari
purbasangka itu dosa !”. S 49 Al Hujuraat ayat 12. Barangsiapa menghukum jahat
orang lain, dengan purbasangka, niscaya setan membawanya untuk panjang lidahnya
dengan mengumpat orang. Lalu ia binasa. Atau teledor melaksanakan kewajibannya.
Atau memandang rendah untuk memuliakan orang itu. Dan melihat kepadanya dengan
pandangan kehinaan. Dan melihat dirinya sendiri lebih baik dari orang tersebut.
Dan semuanya itu termasuk membinasakan. Dan karena itulah, syara’ (agama)
melarang melakukan tuduhan-tuduhan kepada orang.
Nabi saw bersabda:
“Takutlah akan tempat-tempat yang bisa menimbulkan tuduhan”.
Sehingga Rasulullah saw menjaga diri
daripada yang demikian. Diriwayatkan dari Ali bin Husain, bahwa Shafiyyah binti
Huyay bin Akh-thab, menerangkan kepadanya: “Bahwa Nabi saw beri’tikaf dalam
masjid”. Shafiyyah meneruskan ceritanya: “Lalu aku datang kepada Rasulullah
saw. Aku bercakap-cakap dengan beliau. Tatkala telah sore hari, lalu aku pergi.
Maka Rasulullah saw pun bangun berdiri,
berjalan bersama aku. Lalu lewat di situ dua orang anshar dan memberi salam
kepada Rasulullah saw. Kemudian keduanya pergi.
Lalu Rasulullah saw memanggil keduanya,
seraya bersabda: “Dia ini Shafiyyah binti Huyay”. Maka keduanya menjawab:
“Wahai Rasulullah ! kami tiada menyangka apa-apa pada engkau, selain yang
baik”. Lalu Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setan itu berjalan pada anak
Adam, pada tempat jalannya darah dari tubuhnya. Aku takut, setan itu masuk pada
engkau berdua”. Perhatikanlah, bagaimana Rasulullah saw berusaha terhadap agama
kedua orang anshar tadi, lalu menjaganya. Dan bagaimana beliau berusaha
terhadap umatnya, lalu mengajarkan mereka jalan menjaga dari tuduhan.
Sehingga orang alim, wara’, yang
terkenal dalam semua tingkah-lakunya dengan agama, tidak akan begitu
bermudah-mudah, lalu mengatakan: “Orang seperti aku ini, tidak disangka orang
apa-apa, selain yang baik saja”, karena menyombong dengan dirinya. Orang yang
paling wara’, paling taqwa dan paling alim, tidak akan dipandang oleh semua
manusia kedapanya dengan semacam pandangan.
Tetapi sebahagian mereka memandangnya
dengan pandangan suka dan sebahagian yang lain, memandangnya dengan pandangan
marah. Karena itulah, seorang penyair bermadah, sbb:
“Apabila kita senang kepada orang,
segala kekurangannya tidak tampak.
Tetapi, bila marah kepada orang,
segala keburukannya akan tampak”.
Maka haruslah menjaga diri dari jahat
sangka dan dari menuduh orang-orang jahat. Karena orang-orang jahat itu tidak
menyangka semua orang lain, melainkan jahat pula. Maka manakala anda melihat
seseorang, yang berjahat sangka kepada orang lain, yang mencari segala
kekurangannya, maka ketahuilah, bahwa orang itu busuk hatinya. Dan demikian
itu, kebusukannya, yang tersaring dia daripadanya. Dan ia melihat orang lain,
menurut dirinya sendiri.
Sesungguhnya orang mu’min meminta
kemaafan, sedang orang munafik, mencari kekurangan. Orang mu’min itu sejahtera
dadanya terhadap hak semua makhluk Tuhan. Inilah sebahagian tempat-tempat
masuknya setan ke dalam hati manusia. Jikalau aku bermaksud menyelidiki
semuanya, niscaya aku tidak sanggup. Dan dengan sekedar ini, dapatlah
memberitahukan kepada yang lain. Maka tidak ada pada manusia suatu sifat yang
tercela, melainkan sifat itu menjadi senjata setan dan salah satu tempat
masuknya. Jikalau anda bertanya: “Apakah obatnya untuk menolak setan itu ?
adakah memadai pada yang demikian, dengan mengingati Allah (berdzikir) dan
manusia mengucapkan: “Laa haula wa laa quwwata illaa billaah” (tiada daya dan
upaya, selain dengan Allah) ?”. Ketahuilah, bahwa obat hati pada yang demikian
itu, ialah: menyumbat tempat-tempat masuknya setan, dengan membersihkan hati
dari sifat-sifat tercela itu.
Dan itu termasuk hal-hal yang panjang uraiannya.
Dan maksud kami dalam Rubu’ ini dari Kitab Ihya’ ini, ialah: menerangkan obat
sifat-sifat yang membinasakan. Dan masing-masing sifat itu memerlukan kepada
kitab tersendiri, menurut uraian yang akan datang. Benar, apabila pokok-pokok
sifat tersebut dipotong dari hati, niscaya setan mempunyai tempat singgahan dan
bahaya yang lain pada hati. Dan dia tidak mempunyai tempat ketetapan. Dan ia
dicegah dari singgahan itu, oleh mengingati Allah Ta’ala (berdzikir). Karena
hakekat dzikir itu tidak dapat menetap pada hati kecuali sesudah hati itu
dibangun dengan taqwa. Dan disucikannya dari sifat-sifat tercela. Kalau tidak
demikian, maka adalah dzikir itu merupakan kata diri saja.
Tiada berkuasa kepada hati. Lalu tidak
dapat menolak kekuasaan setan.
Karena itulah, Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertaqwa, apabila mereka ditipu oleh setan yang datang
berkunjung, mereka ingat kembali dan ketika itu mereka menjadi orang-orang yang
mempunyai pemandangan”. S 7 Al A’raaf ayat 201.
Allah Ta’ala mengkhususkan yang demikian
kepada orang yang bertaqwa. Karena setan itu adalah seperti anjing lapar, yang
mendekati engkau. Kalau tidak ada di muka engkau roti atau daging, maka anjing
itu terkejut dengan perkataanmu kepadanya: “Pergi !”. Maka semata-mata suara,
dapat menolaknya untuk pergi. Jikalau ada daging dihadapan engkau dan anjing
itu lapar, niscaya ia menyerang kepada daging. Dan ia tidak dapat ditolak untuk
pergi dengan semata-mata perkataan. Maka hati yang kosong dari makanan setan
itu, ia terkejut dengan semata-mata dzikir.
Adapun nafsu syahwat apabila telah
bersangatan pada hati, niscaya ia menolak hakekat dzikir kepada pinggir-pinggir
hati. Lalu dzikir itu tidak menetap di dalam hati. Akan tetapi setan yang
menetap di dalam hati. Adapun hati orang-orang muttaqin, yang terlepas dari
hawa nafsu dan sifat-sifat tercela, maka ia diketuk oleh setan. Tidak untuk
nafsu syahwat, akan tetapi supaya hati itu kosong, disebabkan lalai daripada
dzikir. Maka apabila ia kembali kepada dzikir, niscaya setan itu mengendap.
Dalilnya yang demikian itu, ialah firman
Allah Ta’ala: “Maka bermohonlah
perlindungan kepada Allah, dari setan yang terkutuk!”. S 16 An Nahl ayat 98.
Hadits-hadits dan ayat-ayat yang lain,
yang menerangkan tentang dzikir.
Abu Hurairah berkata:
“Telah bertemu setan orang mu’min dengan
setan orang kafir. Setan orang kafir itu berminyak rambutnya, gemuk dan
berpakaian, sedang setan orang mu’min itu kurus, tidak teratur rambutnya,
berdebu dan telanjang. Lalu setan orang kafir bertanya kepada setan orang
mu’min: “Mengapa kamu kurus ?”. setan orang mu’min itu menjawab: “Allah
(membaca Bismillah), maka senantiasalah aku lapar. Apabila ia minum, ia
menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku haus. Apabila ia berpakaian, ia
menyebut nama Allah, maka senantiasalah aku dalam keadaan telanjang. Apabila ia
memakai minyak rambut, ia menyebut nama Allah, maka senantiasalah rambutku
tidak teratur”. Lalu setan orang kafir itu berkata: “Tetapi aku bersama seorang
laki-laki yang tiada berbuat suatupun dari yang demikian. Aku bersekutu dengan
dia pada makanannya, minumannya dan pakaiannya”.
Muhammad bin Wasi’ berdoa tiap-tiap hari sesudah shalat Shubuh, yaitu: “Wahai Allah Tuhanku ! sesungguhnya Engkau menguasakan diatas
diri kami, seorang musuh yang dapat melihat kekurangan-kekurangan kami, baik
oleh dia sendiri atau golongannya, sedang kami tidak dapat melihat mereka.
Wahai Allah Tuhanku ! jadikanlah dia berputus-asa daripada menipu kami,
sebagaimana Engkau menjadikannya berputus-asa daripada rahmat Engkau !
jadikanlah ia berputus-asa daripada menipu kami, sebagaimana Engkau
menjadikannya berputus-asa daripada kemaafan Engkau ! jauhkanlah diantara kami
dan dia, sebagaimana Engkau jauhkan, diantara dia dan rahmat Engkau !
sesungguhnya Engkau Maha-kuasa atas segala sesuatu”. Yang meriwayatkan
peristiwa ini menerangkan: “Lalu pada suatu hari, Iblis itu berdiri dihadapan
Muhammad bin Wasi’ pada jalan ke masjid, seraya berkata: “Hai Ibnu Wasi !
adakah engkau mengenal aku ?”. Ibnu Wasi’ menjawab: “Siapa engkau ?”. Iblis itu
menjawab: “Aku Iblis”. Lalu Ibnu Wasi’ bertanya: “Apa maksud engkau ?”. Iblis
itu menjawab: “Aku ingin, supaya engkau tiada mengajarkan seorangpun, doa
meminta perlindungan diri (al-isti’adzah) tadi. Dan aku tidak akan
datang-datang kepada engkau”. Ibnu Wasi’ menjawab: “Demi Allah ! aku tidak akan
melarang al-isti’adzah itu kepada siapa saja yang mengingininya. Buatlah apa
yang engkau mau !”.
Dari Abdurrahman bin Abi Laila, yang mengatakan:
“Adalah setan itu datang kepada Nabi saw
dan di tangannya api yang bernyala-nyala. Lalu ia berdiri di hadapan Nabi saw
dan Nabi saw sedang shalat. Maka Nabi saw membaca ayat Alquran dan berlindung
dari setan yang terkutuk (membaca A’uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajiim).
Tetapi setan itu tidak pergi. Maka datanglah malaikat Jibril as kepada Nabi
saw, seraya mengatakan kepada Nabi saw: “Aku berlindung dengan kalam Allah yang
sempurna, yang tidak dilampaui oleh orang baik dan orang zalim, dari kejahatan
sesuatu yang masuk dalam bumi dan yang keluar daripadanya, dari sesuatu yang
turun dari langit dan yang naik padanya, dari segala fitnah malam dan siang,
dari segala yang datang pada malam dan siang, kecuali yang datang dimana
datangnya itu dengan kebajikan, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah !”. Lalu Nabi saw
membaca yang tersebut itu. Maka padamlah apinya dan setan itu jatuh
tersungkur”.
Al-Hasan berkata:
“Diceritakan orang kepadaku, bahwa
malaikat Jibril as datang kepada Nabi saw, seraya berkata: “Bahwa jin ifrit
akan memperdayakan engkau. Apabila engkau pergi ke tempat tidur, maka bacalah:
ayat Al-Kursyyi. Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya setan telah datang kepadaku,
lalu ia bertengkar dengan aku. Kemudian, ia bertengkar lagi dengan aku. Lalu
aku pegang lehernya. Demi Allah yang mengutuskan aku dengan kebenaran ! aku
tidak melepaskan nya, sehingga aku dapati kedinginan air lidahnya pada
tanganku. Jikalau tidaklah doa saudaraku Sulaiman as, niscaya jadilah aku
tercampak dalam masjid”. Nabi saw bersabda: “Umar tiada menjalani sesuatu
jalan, melainkan setan menjalani sesuatu jalan yang tiada dijalani oleh Umar”.
Fahamilah ini ! karena hati itu disucikan dari tempat gembalaan dan kekuatan
setan. Yaitu: nafsu syahwat. Manakala anda mengharap, bahwa tertolaknya setan
dari anda dengan dzikir semata-mata, sebagaimana tertolaknya dari Umar ra, maka
yang demikian itu mustahil.
Anda adalah seperti orang yang mengharap
meminum obat sebelum mengosongkan perut dari makanan. Dan perut besar (maiddah)
itu sibuk dengan makanan-makanan berat. Dan orang itu mengharap bahwa obat
tersebut bermanfaat kepadanya, sebagaimana bermanfaatnya obat yang diminum
sesudah perut kosong dan pengosongan perut besar. Dzikir itu obat dan taqwa itu
pengosongan perut. Yaitu: pengosongannya hati dari segala nafsu syahwat. Maka
apabila dzikir bertempat pada hati yang kosong dari selain dzikir, niscaya
tertolaklah setan, sebagaimana tertolaknya penyakit dengan bertempatnya obat
dalam perut yang kosong daripada makanan.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya
hal yang demikian itu menjadi pengajaran bagi siapa yang mempunyai hati
(pengertian)”. S 50 Qaaf ayat 37.
Allah Ta’ala berfirman:
“Telah
ditetapkan, bahwa siapa, yang mengikut setan itu, sudah tentu akan
disesatkannya dan akan dipimpinnya menuju siksaan api yang menyala”. S 22 Al
Hajj ayat 4.
Siapa yang menolong setan dengan
perbuatannya, maka dia adalah pengikut setan, walaupun ia menyebut Allah dengan
lidahnya. Dan walaupun anda mengatakan, bahwa telah datang hadits secara
mutlak, yang menerangkan, bahwa dzikir (menyebut Allah) itu menolak setan. Anda
tidak memahami, bahwa kebanyakan hal yang bersifat umum bagi agama itu
dikhususkan dengan syarat-syarat yang dinukilkan oleh ulama-ulama agama. Maka
lihatlah kepada diri anda. Tidaklah kabar itu seperti dilihat sendiri.
Dan perhatikanlah, bahwa kesudahan
dzikir anda dan ibadah anda itu, ialah: shalat ! Maka awasilah hati anda,
apabila anda berada dalam shalat ! bagaimana hati itu ditarik oleh setan ke
pasar-pasar, mengadakan perhitungan dengan orang-orang yang berjual-beli dan
bersoal-jawab dengan orang-orang yang menantang ? bagaimana setan itu membawa
anda dalam lembah-lembah dunia dan tempat-tempat yang membinasakan ? sehingga
anda tidak teringat apa yang telah anda lupakan dari segala tetek bengek dunia,
selain dalam shalat anda. Dan setan itu tidak berdesak-desak pada hati anda,
selain apabila anda mengerjakan shalat. Maka shalat itu adalah batu penguji
hati. Pada shalat, lahirlah segala kebaikan dan keburukan hati. Shalat itu
tidak diterima dari hati yang penuh dengan segala hawa nafsu dunia. Tidak dapat
dibantah, bahwa setan itu tidak terusir dari anda, bahkan kadang-kadang
bertambah bisikannya pada anda.
Sebagaimana obat sebelum kosongnya perut
kadang-kadang menambahkan kemelaratan kepada anda. Jikalau anda bermaksud
terlepas dari setan, maka dahulukanlah kekosongan perut dengan taqwa !
kemudian, iringilah dengan obat dzikir, yang akan melarikan setan daripada
anda, sebagaimana setan itu lari daripada Umar ra.
Karena itulah Wahab bin Munabbih
berkata: “Bertaqwalah kepada Allah ! janganlah anda memaki setan secara
terang-terangan, sedang anda temannya secara rahasia. Artinya: anda patuh
kepadanya”. Sebahagian mereka berkata: “Alangkah mengherankan, orang yang
mendurhakai orang yang berbuat baik, sesudah diketahuinya akan kebaikan orang
itu. Dan mentaati akan orang yang terkutuk, sesudah diketahuinya akan
kedurhakaannya”.
Dan sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:
“Mendoalah
kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu”. S 40 Al Mukmin ayat 60.
Anda mendoa kepadaNya dan Ia tidak
memperkenankan untuk anda. Maka seperti itu pulalah, anda mengingati Allah
(berdzikir) dan setan tidak lari dari anda, karena ketiadaan syarat-syarat
dzikir dan doa.
Orang bertanya kepada Ibrahim bin Adham:
“Bagaimana kami ini berdoa, maka tidak
diperkenankan doa kami itu ? padahal Allah Ta’ala berfirman: “Mendoalah
kepadaKu, nanti Kuperkenankan (permintaan) kamu itu ?”. Ibrahim bin Adham
menjawab: “Karena hatimu itu mati”. Orang tersebut bertanya lagi: “Apakah yang
mematikan hati itu ?”. Ibrahim bin Adham menjawab: “8 perkara: engkau
mengetahui akan hak Allah, lalu engkau tidak bangun menegakkan hakNya, engkau
membaca Alquran dan engkau tidak mengerjakan menurut batas-batas yang
ditentukan oleh Alquran, engkau berkata: kami mencintai Rasulullah saw dan
engkau tidak melaksanakan menurut sunnahnya, engkau mengatakan: kami takut
kepada mati dan kamu tidak mengadakan persiapan untuk mati.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya setan itu musuh kamu. Sebab itu, perlakukanlah dia sebagai
musuh !”. S 35 Faathir ayat 6.
Lalu kamu sepakat dengan setan itu pada
perbuatan maksiat. Engkau mengatakan: kami takut kepada api neraka dan engkau
membawa susah badanmu ke dalam api neraka. Engkau mengatakan: kami mencintai
sorga dan engkau tidak berbuat untuk sorga. Dan apabila kamu bangun dari tempat
tidurmu, kamu lemparkan kekurangan-kekuranganmu ke belakang punggungmu. Dan
kamu bentangkan kekurangan orang lain di hadapanmu.
Kamu telah memarahkan Tuhanmu, maka
bagaimanakah Ia memperkenankan doamu ?”. Kalau anda bertanya: “Yang mengajak kepada
maksiat yang bermacam-macam itu, apakah setan itu satu atau setan-setan yang
bermacam-macam ?”. Ketahuilah, bahwa tidak perlu bagi anda mengetahui yang
demikian pada ilmu-mu’amalah (pengurusan/perniagaan/yang diminta mengetahuinya
hendaklah diamalkan). Bekerjalah menolak musuh dan jangan anda bertanya tentang
sifatnya ! makanlah sayur-sayuran dari mana saja datangnya dan janganlah anda
tanyakan tentang tempat tumbuhnya sayuran itu ! akan tetapi yang terang dengan
cahaya penglihatan pada penyaksian-penyaksian hadits, ialah: mereka itu adalah
tentara yang berbaris. Masing-masing macam dari maksiat itu, mempunyai setan
yang tertentu dan yang mengajak kepadanya.
Adapun jalan penglihatan, untuk
menyebutkannya adalah panjang. Dan mencukupilah untuk anda, sekedar yang telah
kami sebutkan itu. Yaitu: bahwa perbedaan yang menyebabkannya, menunjukkan
kepada perbedaan sebab-sebab, sebagaimana yang telah kami sebutkan tentang
cahaya api dan hitam asap.
Adapun hadits, maka Mujahid telah mengatakan:
“Iblis itu mempunyai 5 anak.
Masing-masing dari anak itu dijadikan sesuatu yang menjadi urusannya. Ke-5 anak
ialah: Tsabur, A’war, Mabsuth,
Dasim dan Zalambur.
Tsabur, yaitu: yang punya segala
bencana, yang menyuruh dengan kebinasaan, merobekkan baju, menampar pipi dan dakwaan
jahiliah.
Adapun A’war, yaitu: yang punya zina,
yang menyuruh dan menghiaskan kezinaan.
Adapun Mabsuth, yaitu: yang punya
kebohongan.
Dan Dasim, ialah: yang masuk bersama
orang laki-laki kepada keluarganya, yang menuduh mereka, dengan kekurangan pada
laki-laki itu dan yang membuat laki-laki itu marah kepada keluarganya.
Dan Zalambur, yaitu: yang punya pasar.
Lalu dengan sebab Zalambur, mereka itu senantiasa mendapat kezaliman.
Setan shalat, dinamai: Khanzab. Dan
setan wudhu’, dinamai: Walhan. Mengenai yang demikian, telah tersebut pada
banyak hadits. Sebagaimana setan pada mereka itu banyak, maka begitu pulalah
malaikatpun banyak. Dan telah kami sebutkan pada “Kitab Syukur” tentang rahasia
banyaknya malaikat dan masing-masing mereka mempunyai tugas khusus yang
tersendiri.
Abu Amamah Al-Bahili berkata:
“Rasulullah saw bersabda: “Diwakilkan
dengan orang mu’min 160 malaikat, yang mempertahankannya, apabila ia tidak
sanggup mempertahankan dirinya dari yang demikian. Bagi penglihatan (mata)
mempunyai 7 malaikat, yang mempertahankannya, sebagaimana lalat ditolak-jauh
dari piring madu pada hari panas. Jikalau tampaklah bagi kamu malaikat itu,
niscaya kamu melihatnya, pada tiap-tiap lembah dan bukit. Masing-masing mereka
menghamparkan tangannya dan membuka mulutnya. Dan jikalau diwakilkan hamba
mu’min itu kepada dirinya sendiri sekejap mata niscaya ia disambar oleh
setan-setan”.
Yunus bin Yazid berkata:
“Ada berita yang sampai kepada kami, bahwa
lahir anak-anak jin bersama anak-anak manusia. Kemudian mereka itu jadi bersama
anak-anak manusia”. Jabir bin Abdullah meriwayatkan, bahwa Nabi Adam as tatkala
turun ke bumi, berdoa: “Wahai Tuhanku ! Iblis ini yang Engkau jadikan
permusuhan diantaraku dan dia. Jikalau Engkau tidak menolong aku, niscaya aku
tiada sanggup menghadapinya”. Allah berfirman: “Apabila engkau melahirkan anak,
maka diwakilkan seorang malaikat kepadanya”. Nabi Adam as berdoa: “Wahai
Tuhanku, tambahkanlah kepadaku !”. Allah berfirman: “Aku balas satu kejahatan
dengan satu. Dan satu perbuatan kebaikan, Aku balas 10, sampai sebanyak yang
Aku kehendaki”. Nabi Adam as berdoa lagi: “Wahai Tuhanku, tambahlah kepadaku
!”. Allah berfirman: “Pintu taubat itu terbuka, selama masih ada nyawa dalam
badan”.
Dan Iblis berdoa: “Wahai Tuhanku !
hambaMu itu Engkau muliakan terhadap aku, jikalau tidak Engkau menolong aku
terhadapnya, niscaya aku tidak sanggup menghadapinya”. Allah berfirman:
“Apabila dilahirkan untuk Adam seorang anak, maka untukmu dilahirkan seorang
anak pula”. Iblis berdoa: “Wahai Tuhanku, tambahkanlah untukku !”. Allah
berfirman: “Engkau berjalan pada mereka pada tempat jalan darahnya dan engkau
mengambil dada mereka menjadi rumahmu”. Iblis mendoa lagi: “Tambahlah, wahai
Tuhanku !”. Allah berfirman: “Dan kerahkanlah mereka dengan pasukan engkau yang
berkuda dan jalan kaki dan berserikatlah dengan mereka tentang harta dan
anak-anak dan janjikanlah (apa-apa) kepada mereka. Dan apa yang dijanjikan oleh
setan itu kepada mereka, tiada lain dari tipuan belaka”. S 17 Al Israa’ ayat
64.
Dari Abid-Darda ra yang mengatakan:
“Rasulullah saw bersabda: “Allah Ta’ala
menjanjikan jin 3 macam: semacam seperti ular, kala dan binatang-binatang kecil
di bumi. Semacam seperti angin di udara. Dan semacam lagi, pada mereka pahala
dan siksa. Allah Ta’ala menjadikan manusia 3 macam: semacam seperti hewan
sebagaimana firman Allah Ta’ala: “…….mereka
mempunyai hati (tetapi) tidak memahamkan dengan hatinya, mempunyai mata,
(tetapi) tidak melihat dengan matanya dan mempunyai telinga, (tetapi) tidak
mendengarkan dengan telinganya. Orang-orang itu seperti binatang ternak, bahkan
lebih sesat”. S 7 Al A’raaf ayat 179.
Semacam lagi, tubuhnya tubuh manusia dan
nyawanya nyawa setan. Dan semacam lagi dalam naungan Allah Ta’ala pada hari
kiamat, hari yang tak ada naungan padanya, selain naungan Allah”.
Wahib bin Al-Ward berkata:
“Sampai kepada kami cerita, bahwa Iblis
merupakan diri seperti manusia, dihadapan Nabi Yahya bin Zakaria as. Iblis itu
berkata: “Aku bermaksud menasehati engkau”. Nabi Yahya as menjawab: “Aku tiada
memerlukan akan nasehatmu. Akan tetapi terangkanlah kepadaku tentang anak Adam
!”. Lalu Iblis itu menjawab: “Mereka pada kami 3 macam. Semacam dari mereka
itu, adalah macam yang sangat sulit kepada kami. Kami hadapi salah seorang dari
mereka, sehingga kami fitnahkan dia dan kami berketetapan padanya.
Lalu ia berlindung dengan pembacaan
istighfar dan taubat. Maka rusaklah semua yang telah kami peroleh daripadanya.
Kemudian, kami kembali lagi kepadanya, lalu iapun kembali kepada istighfar dan
taubat. Kami tiada berputus-asa daripadanya dan kami tiada memperoleh hajat
kami daripadanya. Kami hanya payah saja menghadapinya. Yang semacam lagi,
mereka itu dalam tangan kami, seperti bola dalam tangan anak-anakmu. Kami
balik-balikkan mereka menurut kehendak kami. Mereka menjaga dari kami, diri
mereka.
Adapun macam ke-3, mereka adalah seperti
engkau, yang terpelihara dari kesalahan. Kami tidak sanggup berbuat sesuatu
terhadap mereka”. Kalau anda bertanya, bagaimana setan itu membuat dirinya
menyerupai dengan sebahagian manusia dan tidak dengan sebahagian yang lain ?
apabila dilihat bentuknya, maka apakah itu bentuknya yang sebenarnya atau
contoh yang memberi bentuk setan dengan demikian ? jikalau setan itu menurut
bentuk yang sebenarnya, maka bagaimana ia dapat terlihat dengan bentuk yang
bermacam-macam ? dan bagaimana ia dapat terlihat pada satu waktu di dua tempat
dan dengan dua bentuk? sehingga ia dapat dilihat oleh dua orang dengan dua
bentuk yang berlainan. Ketahuilah kiranya, bahwa malaikat dan setan,
masing-masing mempunyai dua bentuk. Yaitu: hakekat bentuk keduanya.
Dan hakekat bentuk keduanya itu tidak
dapat diketahui dengan menyaksikan, kecuali dengan nur kenabian. Nabi saw tiada
melihat malaikat Jibril as dalam bentuknya, kecuali 2 kali. Yang demikian,
ialah: bahwa Nabi saw meminta kepada Jibril as supaya memperlihatkan dirinya
kepada Nabi saw menurut bentuknya. Lalu Jibril as menjanjikannya di Baqi’. Dan
tampaklah Jibril as kepada Nabi saw di Hara’. Maka tertutuplah ufuk dari Timur
(masyriq) sampai ke Barat (maghrib).
Dan sekali lagi, Nabi saw melihat Jibril
as menurut bentuknya pada malam mi’raj di sisi Sadratul-muntaha. Biasanya Nabi
saw melihat Jibril as itu dalam bentuk manusia. Nabi saw melihat Jibril as
menurut bentuk Dahiyah Al-Kalabi. Dahiyah adalah seorang laki-laki yang cantik
mukanya.
Yang kebanyakan, malaikat Jibril as itu
membuka kepada ahli-diminta untuk mengetahuinya saja dari orang-orang yang
mempunyai hati, dengan contoh bentuknya. Lalu setan menampakkan contoh
bentuknya bagi ahli diminta untuk mengetahuinya saja itu waktu jaga (tidak
tidur). Maka ia melihat setan tersebut dengan matanya dan mendengar
perkataannya dengan telinganya. Lalu yang demikian itu berkedudukan pada
kedudukan hakekat bentuknya, sebagaimana tersingkap dalam tidur bagi kebanyakan
orang-orang saleh. Yang tersingkap pada waktu juga, yaitu: yang telah sampai
kepada tingkat, yang tidak dapat dicegah dari diminta untuk mengetahuinya saja
yang ada dalam tidur, oleh kesibukan pancaindra dengan dunia. Lalu ia melihat
dalam jaga itu, apa yang dilihat oleh orang lain dalam tidur.
Sebagaimana diriwayatkan dari Umar bin
Abdul-‘aziz ra, bahwa seorang laki-laki, meminta kepada Tuhannya, supaya Tuhan
memperlihatkan kepadanya tempat setan dalam hati manusia. Lalu ia melihat dalam
tidurnya (bermimpi) tubuh seorang laki-laki yang menyerupai batu yang bersih
berkilat. Kelihatan dalamnya dari luarnya. Dan ia melihat setan itu dalam
bentuk katak, yang duduk atas lembung kiri orang itu, diantara lembungnya dan
telinganya.
Katak itu mempunyai belalai halus, yang
dimasukkannya dari lembung kiri orang itu ke dalam hatinya, dimana dibisikkan
kepadanya hal-hal yang tidak baik. Apabila orang itu mengingati Allah Ta’ala
(berdzikir), niscaya setan itu mengendap. Hal yang seperti ini, kadang-kadang
disaksikan dengan mata pada waktu jaga. Sebahagian golongan kasyaf (orang yg
terbuka hijabnya) melihat setan itu, dalam bentuk anjing bertelungkup atas
bangkai. Ia mengajak manusia kepada bangkai itu. Dan bangkai itu adalah contoh
dunia. Ini berlaku sebagai penyaksian bentuk setan itu yang hakiki.
Sesungguhnya hati itu tak boleh tidak akan lahir maknanya, dari wajahnya yang
berhadapan dengan alam malakut.
Dan ketika itu cemerlanglah bekasnya,
atas wajahnya yang berhadapan dengan alamul-mulki wasy-syahadah (alam yang
tampak, dapat disaksikan). Karena salah satu daripada keduanya bersambung
dengan yang satu lagi. Dan telah kami terangkan, bahwa hati itu mempunyai dua
wajah: wajah ke alam ghaib, yaitu: tempat masuknya ilham dan wahyu. Dan wajah
ke alam syahadah(alam penyaksian). Maka yang lahir daripada nya pada wajah yang
mengiringi pihak alam syahadah (alam penyaksian), adalah merupakan bentuk
khayalan. Karena seluruh alam syahadah(alam penyaksian) itu khayalan.
Hanya khayalan itu sekali berhasil dari
pandangan dengan pancaindra kepada zahiriah alam syahadah (alam yg dapat
dilihay dengan mata). Maka bolehlah bentuk itu tidak bersesuaian dengan maksud.
Sehingga terlihat orang yang cantik bentuknya, padahal dia itu kotor batinnya
dan keji rahasianya. Karena alam penyaksian itu alam yang banyak penyelewengan.
Adapun bentuk yang berhasil dalam khayalan, dari cemerlangnya alam malakut
(alam yg disaksikan dengan batin) diatas batin rahasia hati, adalah merupakan
peniruan sifat dan penyesuaian bagi sifat. Karena bentuk pada alam malakut itu,
mengikuti sifat dan penyesuaian bagi sifat. Maka tak dapat dibantah, bahwa
maksud yang keji akan terlihat dengan bentuk yang keji.
Maka setan itu akan terlihat dalam
bentuk anjing, katak, babi dll. Dan malaikat akan terlihat dalam bentuk yang
cantik. Maka bentuk itu adalah judul maksud dan yang menerangkan maksud itu
dengan sebenarnya. Karena itulah, beruk dan babi dalam tidur (mimpi)
menunjukkan kepada manusia keji. Kambing menunjukkan kepada manusia yang
sejahtera isi dadanya. Begitulah semua pintu mimpi dan penta’birannya
(pengertian mimpi). Dan inilah rahasia-rahasia ajaib. Yaitu: diantara
rahasia-rahasia keajaiban hati. Dan tidak layak menyebutkannya dengan
Ilmu-Mu’amalah (pengurusan/perniagaan/yang diminta mengetahuinya hendaklah diamalkan).
Dan yang dimaksudkan, ialah; anda membenarkan, bahwa setan itu tersingkap, bagi
orang-orang yang mempunyai hati (arbabil-qulub). Begitupula malaikat, sekali
dengan jalan percontohan dan peniruan, sebagaimana ada yang demikian itu dalam
tidur.
Dan sekali dengan jalan hakekat yang
sebenarnya. Dan yang kebanyakan, ialah: percontohan dengan bentuk yang memberi
arti. Yaitu: contoh arti, tidak arti itu sendiri. Hanya yang demikian itu,
dapat disaksikan dengan penyaksian yang hakiki dengan mata. Dan ahli kasyaf
(terbuka hijab) saja yang dapat menyaksikannya, tidak orang kelilingnya,
seperti orang yang tidur.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan