Biasanya seorang ibu mengandung bayinya selama kurang lebih sembilan bulan. Namun tidak begitu halnya dengan Aliyah binti Syuraik, ia mengandung bayinya, yang kelak diberi nama Malik, selama tiga tahun. Tentunya hal itu adalah sebuah pengorbanan yang tak terkira dan perjuangan yang tak ternilai.
Sembilan bulan saja telah Allah gambarkan
perjuangan seorang ibu dengan ungkapan "wahnan 'ala wahnin",
kecapekkan di atas kecapekkan, sedangkan ini tiga tahun. Barangkali bisa kita
bayangkan seperti apa perjuangan jasmani maupun ruhani seorang ibu yang seperti
itu.
Tentunya ini merupakan sebuah kelebihan
tersendiri bagi imam malik dibanding umumnya manusia. Hal ini juga merupakan
bukti kekuasaan Allah Ta'ala. Tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk
dilakukan. Jika sesuatu telah dikehendakinya maka pasti terjadi, sekalipun
dalam pandangan manusia terlihat ganjil.
Malik bin Anas bin Malik Abu 'Amir
al-Ashbuhi al-Yamani. Lahir di kota hijrah, Madinah Munawwarah, pada tahun 93
Hijriyyah, tahun meninggalnya Anas bin Malik, sahabat sekaligus pembantu
Rasulullah Saw. Ia melalui masa kanak-kanaknya di tengah kemewahan keluarganya.
Meski demikian orang tuanya tetap mendidiknya sebagaimana keluarga muslim
lainnya mendidik anaknya. Hal pertama kali yang ditekankan kepada anaknya
adalah menghafal al-Qur'anul Karim. Sehingga Imam Malik sudah menghafal
al-Qur'an dalam usia yang masih dini.
Selesai menghafal al-Qur'an, maka langkah
selanjutnya yang dilakukan oleh orang tua Imam Malik adalah menekankan
kepadanya untuk menghafal hadits. Hal tersebut dilakoni Imam Malik dengan
senang hati lantaran kondisi kota Madinah Munawwarah yang mendukung, lantaran
masih kental dengan sunnah-sunnah Rasulullah Saw.
Remaja yang kelak menjadi salah satu imam
madzhab yang terkenal itu memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu.
Iapun berniat untuk ikut dalam majelis-majelis ilmu para ulama' yang terkenal
hari itu.
Niat mulia itupun ia sampaikan kepada
ibunya. Aliyah binti Syuraik segera menyiapkan pakaian yang paling bagus untuk
buah hatinya tersebut dan memberinya surban sebelum pergi menuntut ilmu.
"Sekarang, pergilah kamu untuk
menuntut ilmu, dan catatlah ilmu yang kamu dapat!" kata Aliyah binti
Syuraik kepada buah hatinya.
Ia juga berkata kepada anaknya,
"Pergilah kepada Rabi'atur Ra'yi, dan pelajarilah ilmunya sebelum kamu
mempelajari adabnya!"
Sebuah ungkapan tulus yang tentu meneguhkan
hati sang anak untuk tetap istiqamah dalam menimba ilmu pengetahuan.
Benar, ternyata Malik muda sangat antusias
mendengar setiap yang disampaikan oleh gurunya. Dari Rabi'atur Ra'yi ia belajar
Fiqhur Ra'yi. Semangatnya yang besar itu direkam dan diakui oleh orang-orang
yang semasa dengannya. Mereka menyatakan, "Aku melihat Malik duduk di
majelis ilmu Rabi'ah. Di telinganya ada semacam anting. Dan itu menunjukkan
ketelatenannya dalam menyimak ilmu. Sejak kecil ia sangat telaten untuk
menghafal setiap ilmu yang ditulisnya. Biasanya setelah menulis ilmu yang
disampaikan ia berjalan menuju sebuah pohon. Di sana ia menghafal lagi apa yang
ditulisnya itu. Melihat hal itu, kakak perempuannya segera mengadukan hal
tersebut kepada bapaknya.
"Wahai puteriku, biarkan saja, dia
sedang menghafal hadits-hadits Rasulullah Saw!" jawab sang bapak dengan
bijak.
Sejarah mencatat sejarah perjalanan
keilmuannya yang sungguh menakjubkan. Imam Malik mulai menimba ilmu agama
setelah menghafal al-Qur'an pada usia kurang lebih sepuluh tahun. Setelah itu
ia mahir dan cakap dalam berfatwa serta duduk di majelis untuk menyampaikan ilmunya
pada usia dua puluh satu tahun.
Pada usia yang sangat muda belia sudah
banyak jama'ah yang meriwayatkan hadits darinya. Pada akhir masa Khalifah Abu
Ja'far al-Manshur dan masa-masa setelahnya banyak sekali orang-orang yang hadir
di majelis ilmunya. Hingga pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid sampai ia
meninggal semakin berduyun-duyun murid-muridnya).
Imam Malik. Al-Faqih. Syaikhul Islam.
Hujjatul Ummah. Imam Darul Hijrah. Itulah gelar-gelar keilmuan yang
disandangkan ummat Islam kepadanya. Dan semua itu dirintis berawal dari
lingkungan keluarga yang sangat kental dengan tradisi keilmuan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan