Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari
AL-KALABADZI
Audisi adalah suatu istilah setelah masa
bersusah-payah (Ruhaniah), dan suatu hiburan bagi mereka yang mengalami
keadaan-keadaan ke (jiwa)an, juga sebagai suatu sarana untuk membangunkan
kesadarn orang-orang yang menyibukkan diri mereka dengan hal-hal lain. Audisi
lebih banyak diartikan demikian dariapda masa istirahat dari hal-hal alamiah,
karena jiwa itu tidak mungking cenderung kepadanya atau beristirahat di situ;
Sebab dia datang dan pergi menurut ketentuan Tuhan. Para Sufi, yang menikmati
ilham dan pengalaman langsung tidak membutuhkan bantuan-bantuan semacam itu,
sebab mereka memiliki sarana yang akan membawa hati mereka berjalan di taman
ilham.
Saya mendengar Faris berkata : “Aku sedang
bersama Quthah al-Maushili, yang telah tinggal selama empat puluh tahun di
dekat tiang di masjid Baghdad. Kami berkata kepadanya : “Inilah penyanyi yang
baik itu. Mestikah kami panggil dia untukmu? Dia menyahut : “Masalahku terlalu
menyedihkan sehingga tak seorang pun
bisa membebaskan ku dan tak satu kata pun bisa merasuk ke dalam diriku. Aku
terlalu kebal.”
Kalau Audisi itu menembus telinga, dia
menggerakkan segala sesuatu yang ada dalam hati; dan orang itu akan bingung,
karena dia terlalu lemah untuk menerima rahmat itu, atau keadaan kejiwaannya
memberinya kekuatan untuk mengatasi dirinya sendiri. Abu Muhammad Ruwaim
berkata : “Orang-orang itu mendengar Dzikr pertama mereka ketika Tuhan
berfirman, ditujukan kepada mereka “Tidakkah Aku ini Tuhanmu?” Dzikr itu mereka
sembunyikan di dalam hati, bakan saat fakta (yang dberitakan) itu tersimpan
dalam akal mereka. Maka, ketika mereka
mendengar (seorang Sufi) ber-dzikr, rahasia-rahasia yang ada dalam hati
mereka muncul, dan mereka dipaksa, bahkan saat rahasia-rahasia akal mereka muncul
ketika Tuhan memberi tahu mereka mengenal hal ini, dan mereka percaya.”
Saya mendengar Abu’lQasim al-Baghdadi berkata :
“Audisi ada dua macam. Tingkat yang satu adalah orang yang mendengarkan
pelajaran-pelajaran dan dari situ mengambil suatu nasihat; orang yang semacam
itu hanya mendengarkan yang dibutuhkannya saja dan dengan menyertakan hatinya
di situ. Tingkat yang satunya lagi mendengarkan musik yang merupakan makanan
bagi jiwa; dan ketika jiwa itu mendapatkan makanannya, maka dia pun mecapai
keadaannya yang sepatutnya, dan menyingkir dari perintah jasmani; dan kemudian
muncullah di dalam diri orang yang mendengar itu suatu keributan dan suatu
pergerakan.”
Abu Abdillah al-Nibaji berkata : “Audisi
menggerakkan pikiran dan mendatangkan nasihat; yang selebihnya adalah suatu
godaan.” Al-Junaid berkata : “Belas kasih (Tuhan) diturunkan kepada orang
melarat lewat tiga cara : “Ketika dia makan, sebab dia hanya makan kalau sedang
lapar; Ketika dia berbicara, sebab dia hanya berbicara kalau dia merasa
terpaksa; dan pada saat audisi, sebab dia hanya mendengarkan dalam keadaan
Eksstase.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan