Allah tidak suka UrusanNya dicampuri bererti sebagai tuhan, Allah adalah Zat Yang Maha Tunggal yang tidak mempunyai sekutu dan tidak membutuhkan sekutu dalam melaksanakan seluruh urusanNya. Seluruh makhluk bergantung kepadaNya. Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Mempunyai Kehendak. Jika Dia berkehendak atas sesuatu, maka jadilah sesuatu itu.
“ Sesungguhnya KeadaanNya, apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya : Jadilah !. maka jadilah ia “ ( QS : Yasiin : ayat 82 )
Jadi dalam segala urusanNya, Allah tidak membutuhkan seorang pun pembantu, sehingga merupakan kezaliman yang teramat besar yang mengganggap dan meyakini bahwa Allah mempunyai anak yang diutus ke muka bumi untuk menebus segala dosa umat manusia. Pernyataan itu telah menggambarkan betapa lemahnya Tuhan dalam proses penciptaan umat manusia, sehingga untuk menebus kesalahanNya, Tuhan harus mengorbankan anakNya sendiri menerima segala siksa dan penyiksaan manusia lain yang juga ciptaanNya.
Menurut pemahaman syariat islam sebagai agama tauhid terakhir, kebaikan dan keburukan yang dilakukan manusia di muka bumi ini adalah atas kehendak dan berada dibawah kendali Allah SWT
“Demikianlah, apabila Allah menghendaki niscaya Allah akan membinasakan mereka, tetapi Allah hendak menguji sebagian kamu dengan sebagian yang lain “ ( QS : Muhammad : ayat 04 )
Allah sebagai Tuhan yang mengatur segala urusanNya, tidak ada satupun makhluk yang bisa mencampuri urusan Allah, termasuk Saydina Rasulullah Muhammad SAW sebagai makhluk yang paling dekat dengan Allah.
“ Katakanlah. Sesungguhnya aku ini hanya hamba Allah seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Allah Yang Maha Esa “ ( QS : Al-Kahfi : ayat 110 )
“ Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku tak lebih hanyalah seorang hamba, maka katakanlah ( kepadaku ) hamba Allah dan RasulNya “ ( HR : Bukhari )
“ Bila engkau meminta maka mintalah kepada Allah, dan jika engkau memohon pertolongan maka mohonlah pertolongan kepada Allah “ ( HR : Tirmizi )
Manusia sebagai makhluk lemah yang diciptakan, tidak selayaknya ikut campur dalam urusan Allah SWT seperti memastikan seseorang itu sudah pasti akan masuk sorga dan atau masuk neraka, karena yang berhak untuk memasukkan atau tidak memasukkan seseorang ke dalam sorga atau neraka adalah hak Allah SWT. Sebagai manusia, tugas kita hanya berusaha dan berdoa untuk mendapakan dan meraih simpati Allah SWT agar dimasukkan kedalam sorga dan dijauhkan dari neraka dunia dan akhirat
” Ada dua orang dari Bani Israil yang berikrar bahwa dirinya telah menjadi saudara. Salah satunya berbuat dosa dan lainnya rajin beribadah. Orang yang rajin (Beribadah) tak henti-hentinya melihat saudaranya selalu berbuat dosa. Kemudia dia (yang rajin beribadah) berkata kepadnya, ‘ Berhentilah berbuat dosa dan bertaubatlah kepada Allah SWT !. Dia menjawab, ‘ Biarkan aku begini dan Tuhanku Maha Pengampun. Kamu diutus kepadaku dalam rangka pendekatan ( kepada Allah ) ?. Dia ( yang rajin beribadah ) berkata, ‘ Demi Allah. Allah tidak akan mengampunimu, atau Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga.’ Kemudian Allah mematikan keduanya, dan keduanya berkumpul disisi Tuhan Semesta Alam. Allah berfirman kepada orang yang rajin ( beribadah ), Apakah kamu tahu Aku?. Apakah kamu berkuasa atas sesuatu yang ada dalam kekuasaanKu. Lalu Allah SWT berfirman kepada orang yang suka berbuat dosa. ‘ Pergilah dan masuklah ke surga atas rahmatKu, dan Allah SWT berfirman kepada yang lain, ‘ Pergilah kalian dengan orang ini ke neraka! “ ( HR : Abu Daud )
Hak yang diberikan oleh orang yang rajin beribadah kepada Allah, kepada orang yang berbuat dosa, “ Demi Allah. Allah tidak akan mengampunimu, atau Allah tidak akan memasukkanmu ke dalam surga “. Merupakan suatu akhlak yang buruk dan tercela dari seseorang umat manusia yang telah berusaha mencampuri urusan dan hak Allah dan Allah tidak suka urusanNya dicampuri oleh siapapun.
Sedangkan jawaban dari orang yang berbuat dosa “Biarkan aku begini dan Tuhanku Maha Pengampun “ menunjukkan kepasrahan yang memiliki keyakinan yang sangat kuat bahwa Allah SWT benar-benar Maha Pengampun dan Penyayang. Dirinya yakin bahwa Allah SWT akan mengampuni seluruh dosa yang telah dia perbuat karena kasih sayang Allah SWT sangat luas dan diberikan kepada siapapun yang ada di dunia ini secara merata
“ Barang siapa yang bersumpah atas namaKu bahwa Aku tidak akan mengampuni fulan, padahal sesungguhnya aku telah mengampuni fulan dan Aku menjadikan sia-sia amalanmu ( orang yang bersangkutan ) atau sebagaimana yang dia katakan” ( HR : Muslim )
Tiada ulasan:
Catat Ulasan