Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq
Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI
Al-Junaid berkata : “Tasawuf merupakan pelestarian
saat-saat, yaitu bahwa seseorang tidak mengindahkan apa yang ada di luar
batas-batasnya. Tidak mengakui segala sesuatu kecuali Tuhan, dan hanya
berurusan dengan saatnya yang tepat.”
Ibn Atha berkata : “Tasawuf berarti merasa tenteram
bersama Tuhan.”
Abu Ya’qub al-Susi berkata : “Sufi adalah orang yang
tidak pernah merasa tidan tenteram kalau ada sesuatu yang di ambil dari
padanya, dan tidak pernah repot-repot mencari (apa yang tidak dimilikinya).”
Al-Junaid ditanya : “Apakah Tassawuf itu?” Jawabnya :
“Itu adalah menggantungkan kesadaran pda Tuhan; dan hal ini tidak dapat dicapai
kecuali kalau jiwa menjauh dari sebab-sebab (asbab) sekunder, lewat kekuatan
ruh, dan tinggal bersama Tuhan.
Al-Syibli ditanya : “Mengapa orang-orang itu dipanggil
Sufi? Dia menjawab : “Karena mereka telah di cap dengan kamaujudan citra dan
penegasan gelar (Tuhan). Jika mereka telah dicap dengan ketiadaan citra itu,
maka hanya Dia saja yang tetap ada, yang mengadakan citra dan menegaskan gelar
itu, dan menuangkan citra-citra itu kepada mereka, Tapi tidak membenarkan bahwa
semua orang yang benar-benar tahu mesti memiliki citra atau gelr.”
Abu Yazid berkata : “Paar Sufi adalah anak-anak yag duduk
di pangkuan Tuhan.”
Abu Abdillah al-Nijabi berkata : “Tasawuf adalah seperti
penyakit birsam, (Tumor di perut), pada tahap pertama si sakit meracau; tapi,
ketika penyakit itu menguasainya, dia menjadi bisu.” Yang dimaksudkannya adalah
bahwa Sufi pada mulanya melukiskan keadaannya dan berbicara seperti yang
diperintahkan oleh keadaannya itu; tapi setelah wahyu diberikan kepadanya, dia
menjadi bingung dan menahan lidahnya.
Saya mendengar Faris berkata : “Selama gagasan-gagasan
muncul dalam pemikiran seseorang , menurut suara jiwa, dia pun menemukan dalam
hatinya nilai yang lebih tinggi daripada keadaan yang terdahulu, maka jadilah
dia membuka rahasia; tapi mengenai pencapaian, itu menyelubungi cara-cara
pemenuhan kepuasan, sehingga pada akhirnya dia bisu saja, tak berselera.”
Ketika Al-Nuri ditanya mengenai Tasawuf, dia menjawab :
“Itu merupakan pengungkapan rahasia keadaan, dan suatu pencapaian ketinggain
(maqam).” Ketika diminta untuk melukiskan sifat-sifat mereka (yaitu para Sufi),
dia berkata : “Mereka membawa kegembiraan ke dalam (hati) orang-orang lain, dan
menjauh dari keinginan untuk membahayakan mereka. Tuhan berfirman :
“Bersikaplah pemaaf, anjurkanlah berbuat amal kebajikan dan berpalinglah dari
orang jahil.” Dengan pengungkapan rahasia keadaan” yang dimaksudkannya addalah
bahwa oang Sufi, jka dia mengungkapkan mengenai dirinya sendiri, adalah dalam
hubungannya dengan keadaan kejiwaannya sendiri, dan tidak menyinggung keadaan
kejiwaan orang lain, secara teoritis; dan yang dimaksud engan “pencapaian
ketinggian (maqam),” dia memberitahukan bahwa orang semacam itu terbawa oleh
keadaannya sendiri lewat keadaannya sendiri, menjauh dari keadaan orang-orang
lain.
Puisi
dari Al-Nuri berikut ini, dengan tepat sekali melukiskan apa yang diucapkannya
“Jangan bicarakan ini” Engkau berkata,
Lalu ke dalam rahasia tanpa kata, Engkau membawa Jiwa
kembaraku;
Bisakah ucapan memerikan yang tak terucap?
Tidak semua orang yang berseru,
“Nah, begiliha kau!” Engkau anggap demikian;
Kalau perbuatan-perbuatan telah menampakkan
Bahwa begitulah dia, maka Engkau akui milikmu.
Tujuan kami adalah untuk melukiskan beberapa di antara
keadaan-keadaan itu dalam bahasa orang-orang Sufi sendiri, tapi tidak dengan
cara berpanjang-panjang, sebab kami tidak menyukai pembicaraan yang panjang.
Kami akan menuturkan wacana-wacana para Syekh, hanya yang cukup mudah
dimengerti saja, untuk menghindari teka-teki yang gelap dan isyarat-isyarat
terselubung. Kami akan memulai dengan Tobat.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan