OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Cinta merupakan ibarat condongnya
hati terhadap sesuatu yang amat terasa keindahannya. Kalau condongnya hati
terlalu kuat dan menggebu-gebu, artinya sudah sampai tingkat rindu. Rasa itu
mampu membawa seseorang menjadi menjadi budak bagi yang dicintai, bahkan
membelanjakan semuanya demi yang dicintai.
Tidakkah engkau lihat Zulaikha!
Hanya demi cintanya terhadap Yusuf, ia kehilangan kecantikan dan semua yang
dimiliki diserahkan demi Yusuf, termasuk mutiara dan kalung seberat 70 unta.
Semuanya amat ringan demi pengorbanan cinta, bahkan kalung yang bisa membuat
seseorang langsung kaya seketika, itupun diberikan demi cinta, sampai-sampai
tak tersisa sedikitpun harta Zulaikha. Sesuatu disekitarnya selalu terbayang
Yusuf, dimana-mana ada Yusuf, bahkan ketika mendongak ke langit pun terbentang
nama Yusuf bejajar amat indah diantara bebintang.
Ada 1 riwayat:
Sesungguhnya Siti Zulaikha
setelah beriman dan menikah dengan Yusuf AS, ternyata ia selalu menjauh dan
menyendiri dari Yusuf untuk beribadah kepada Allah SWT. Bila Yusuf AS
mengajaknya siang, maka ia menahannya sampai malam hari. Bila Yusuf AS mengajaknya
malam hari, ia pun menahan sampai waktu siang. Zulaikha berkata:
"Wahai Yusuf, sesungguhnya
aku sudah mencintaimu jauh sebelum aku mengenal Dia. namun ketika aku
mengenal-Nya, hatiku tak ada ruang lagi meletakkan cinta terhadap sesuatu yang
lain selain Dia, termasuk kamu. Dan aku tidak mengkehendaki ada ganti kecuali
hanya Dia saja".
Akhirnya Yusuf AS memberi
pengertian:
"Sesungguhnya Allah
memerintah aku berbuat demikian (Jima'), akan dikeluarkan dari rahimmu 2 orang
putra yang Dia jadikan Nabi-Nya".
Jawab Zulaikha:
"Kalau memang begitu
perintah Allah, yang menjadikan aku jalannya kesana, artinya perbuatan itu
masih disebut taat kepada Allah".
Sejak itu hati Zulaikha baru
tenang disisi Yusuf AS.
Kisah:
Ada orang yang sangat
tergila-gila dengan Lailah. Tiap hari ia menyebut:
"Lailah..... Lailah.....
Lailah....."
Padahal Lailah sudah meninggal
dunia. Ia hanya menjawab:
"lailah berada dalam hatiku
dan ia tidak akan mati. Lailah sudah dalam hatiku, akulah Lailah".
Suatu hari ia lewat depan rumah
Lailah, justru ia memandang ke langit. Disana ada yang berkata:
"Wahai orang gila, janganlah
engkau memandang langit tapi lihatlah pagar rumah Lilah, disana engkau akan
melihat lukisan Lailah".
Dia menjawab:
"Aku cukup memandang sebuah
bintang yang jatuh tepat diatas rumah Lailah".
Kisah:
Manshur Al Halaaj RA ditahan
orang-orang selama 18 hari. Kemudian Asy Syubali bertanya:
"Wahai Manshur, apa yang
paling engkau cintai".
Dia menjawab:
"Jangan bertanya hari ini,
tapi tanyalah besok hari".
Pagi hari pun datang, mereka
mengeluarkan Manshur dari penjara dan siap untuk dihukum bunuh. Syubali pun
lewat didepan Manshur, ia berkata:
"Wahai Syubali, cinta
berawal dari terbakarnya hati dan berakhir dengan terbunuh".
Merupakan pertanda pemikiran
Manshur Al Halaaj RA bahw semuanya adalah batal, tidak nyata, kecuali hanya
Allah saja. Hanya Dialah yang Haq. Dan Manshur lupa namanya sendiri saat
hatinya tertambat pada-Nya; ketika ditanya siapa engkau, ia hanya menjawab:
"Aku adalah Tuhan Yang
Haq".
Diriwayatkan:
Bukti kebenaran cinta terhadap
Allah ada tiga hal:
Lebih memilih perkataan
Firman-Nya aripada perkataan lain.
Lebih memilih berkumpul dengan
kekasihnya daripada yang lain.
Lebih memilih ridho kekasihnya
daripada ridho yang lain.
Gelora Rindu
Gelora rindu mampu merobek segala
macam tutup dan membuka semua rahasia. Greget cinta mampu melemahkan roh, sebab
ia memikul beban penguasaan cinta yang memuncak disaat ada manisnya dzikir.
Sehingga adai saat itu ada bagian anggota yang dipotong, ia tidak akan
merasakan apa-apa.
Kisah:
Seorang lelaki mandi di sungai
Furaat, tiba-tiba ia mendengar seorang lelaki membaca ayat:
"Hari ini (kiamat),
berpisahlah kamu wahai orang-orang yang berdosa. (QS.36 Yasin:59)"
Maka tubuhnya langsung
terguncang-guncang sampai ia tenggelam dan mati.
Kisah:
Dzun Nun Al Mishri memasuki
Masjidil Haram,. kebetulan ia melihat seorang lelaki telanjang yang tersingkir,
bahkan sakit tergeletak dibawah tiang Masjid. Hatinya merintih sangat perih.
Dzun Nun Al Mishri mendekati dan memberi salam, lalu bertanya:
"Engkau siapa wahai anak
muda".
Jawab pemuda itu:
"Aku adalah seorang
pengembara yang lagi mabuk rindu".
Aku pun mengerti apa ,maksud dia,
lalu aku pun berkata:
"Aku juga sepertimu"
Tiba-tiba ia menangis, aku pun
ikut menangis. Dia malah bertanya:
"Engkau ikut menangis".
Aku menjawab:
"Aku juga seperti
kamu".
Ia menangis lagi dengan tangisan
yang keras sambil berteriak keras, melengking, bersamaan itu nyawanya juga
keluar.
Aku melepas pakaianku untuk
menutupi jasadnya, lalu aku tinggal untuk mencari kain kafan yang pantas untuk
dia di toko. Aku pun kembali dengan membawa kain kafan yang kudapat, tapi
anehnya ia tidak berada ditempat semula. Rintihku:
"Subhaanallah...".
Dan terlintas hati berkata:
"Wahai Dzun Nun,
sesungguhnya ia pengembara yang selama ini dicari-cari syetan, namun tidak
ditemukannya. Juga dicari-cari oleh malaikat Malik, tapi tidak juga ditemukan.
Juga dicari-cari oleh malaikat Ridlwan di surga taoi tapi tidak
ditemukan".
Aku bertanya:
"Lalu dimana dia
ditemukan".
Aku mendengar jawaban teriakan:
"Berada pada tempat yang
benar, yakni disisi Maha Raja Yang Berkuasa. (QS.54 Al Qomar:55)"
Dia begitu karena terlalu besar
cintanya, terlalu banyak taat tanpa menunda-nunda tobatnya. Demikian disebutkan
dalam Kitab Zarur Riyadl.
Sebagian masyayikh ditanya
mengenai persoalan cinta, dia menjawab:
"Sedikit bergaul, sering
menyendiri, sering berfikir dan kelihatannya pendiam. Ia tidak melihat bilamana
memandang, tidak mendengar bila dipanggil, tidak faham bila bicara, dan hatinya
tidak bersedih bila kena bencana. Bila perutnya lapar, ia tidak mengerti kalau
sedang lapar, ia telanjang tapi tidak merasa telanjang, sering dimaki-maki tapi
tidak gentar. Ia slalu menyendiri memandang Allah, ia merasa bahagia bisa
berbisik dengan-Nya. Dan dalam urusan duniawi tidak ingin saling berebut dengan
orang-orang".
Abu Tawwab An Nakhsyas menulis
beberapa syair mengenai tanda-tanda cinta:
Bagi seorang kekasih ada beberapa
tanda dan janganlah engkau tertipu:
Ia memiliki beberapa perantara
untuk mencapai Kekasihnya (Allah).
Ia merasa nikmat sekalipun
siksa-Nya pahit.
Dan ia merasa gembira atas apa
yang dilakukan oleh-Nya.
Menolak merupakan pemberian yang
diterima dari-Nya.
Dan kefakiran merupakan
penghormatan dan kebajikan yang disegerakan.
Termasuk tanda-tanda cinta:
"Engkau melihat semua yang
dicita-citakan adalah menuruti Sang Kekasih walau dengan langkah yang terlalu
jauh atau dihinakan oleh orang-orang.
Tanda-tandanya lagi:
"Masih nampak tersenyum
sekalipun hatinya sedih gara-gara sang Kekasih".
Tanda-tandanya lagi:
"Dia nampak selalu ingin
mengerti akan Firman Dzat disisi-Nya yang selalu menuntutnya".
Sebagian tandanya:
"Dia hidup dalam
kesederhanaan; juga tetap konsekuen terhadap yang diucapkan".
Hikayat:
Nabi Isa AS pernah melewati
pemuda yang sedang menyiram kebun. Tib-tiba ia minta kepada Nabi Isa AS:
"Mintakan aku kepada Tuhanmu
Anugerah rasa cinta kepada-Nya sekalipun seberat semut dan Dzarroh".
Isa menjawab:
"Engkau tidak akan kuasa
menerima seberat dzarroh pun".
Katanya:
"kalau begitu setengah
dzarroh saja".
Lalu Nabi Isa AS berdo'a:
"Ya Tuhanku, berikan dia
anugerah cinta seberat setengah dzarroh".
Nabi Isa AS pergi dan beberapa
waktu kemudian Isa kembali kesitu. Ia bertanya dan orang-orang menjawab:
"Sekarang dia gila dan pergi
ke gunung".
Nabi Isa AS berdo'a agar
diperlihatkan keadaan pemuda itu. Isa melihat dia diantara bebatuan gunung.,
berdiri diatas batu paling besar sambil membelalakkan matanya ke langit. Nabi
Isa AS memberi salam dan ia tidak menjawab. Kata Isa AS:
"Aku adalah Isa".
Akhirnya Allah menurunkan wahyu
kepada Nabi Isa AS:
"Bagaimana mungkin ia
mendengar pembicaraan manusia, sementara dalam hatinya ada rasa cinta kepada-Ku
sekalipun seberat setengah dzarroh! Demi Keagungan dan Keagungan-Ku, andai
engkau memenggal dengan gergaji, dia tidak merasakan hal itu".
Barangsiapa yang menyatakan 3
hal, sementara ia tidak bersih dari 3 hal lainnya, maka ia tertipu:
Orang yang mengaku merasa
manisnya dzikir kepada Allah, sementara ia masih mencintai duniawi.
Orang yang mengaku ikhlas
beramal, namun mengharap pujian dari manusia.
Orang yang mengaku cinta kepada
Sang Penciptanya tanpa mau berkorban demi cinta-Nya.
Nabi SAW bersabda:
"Akan datang zaman menimpa
umatku, dimana mereka mencintai 5 perkara dan lupa 5 perkara:
Mereka mencintai dunia dan lupa
akherat.
Cinta harta benda dan melupakan
hisab.
Cinta terhadap sesama makhluk dan
lupa kepada Sang Pencipta.
Cinta kepada dosa dan lupa
bertobat.
Mencintai rumah-rumah mewah dan
lupa terhadap rumah kuburan.
Manshur bin Ammaar menasehati
seorang pemuda:
"Wahai pemuda, janganlah
masa mudamu menipu kamu. Banyak pemuda yang menunda-nunda tobat, banyak
menghayal, dan lupa terhadap kematian. Mereka sering berkata:
"Aku kan bertobat
besok-besok saja..."
Sampai datang malaikat maut dan
mereka masih lupa bertobat. Dia pun sudah dalam perut kuburan, harta tak
berguna, juga hamba, anak, bapak dan ibu. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Pada hari dimana anak-anak
dan harta benda tidak berguna; kecuali orang yang datang kepada Allah dengan
hati yang selamat. (QS.26:88-89)".
"Ya Allah, turunkan rizki
tobat sebelum kami mati, ingatkan kami ketika lupa dan berikan kemanfaatan
kepada kami atas syafa'atnya Nabi Muhammad SAW"
Termasuk watak orang mukmin ialah
bertobat pada hari melakukan dosa dan menyesali atas apa yang diperbuat. Ia
sudah ridho dengan kekuatan apa adanya didunia tanpa menyibukkan diri, justru
ia menyibukkan diri dengan mengerjakan amal akherat serta beribadah kepada
.Allah SWT dengan hati ikhlas.
Hikayat:
Ada seorang lelaki pelit serta
munafik. Ia bersumpah terhadap istrinya, tidak akan sedekah dengan
menggantungkan thalaq. Datang seorang pengemis:
"Wahai tuan rumah, berikan
sesuatu padaku".
Sang istri memberikan 3 buah
potong roti. Dan ditengah jalan sang suami munafik dan pelit bertemu dengan
pengemis itu, dia bertanya:
"Siapa yang memberimu roti
itu?"
Jawab pengemis:
"Aku diberi dari rumah si
anu".
Dan tidak lain yang dimaksud
ialah rumahnya. Ia pulang dan berkata kepada istrinya:
"Bukankah aku bersumpah agar
kamu jangan memberikan sedekah pada seseorang".
Jawab sang istri:
"Aku memberi karena Allah
'Azza Wa Jalla".
Si munafik pergi ke tungku api
dan menyalakan sampai panas. lalu ia berkata kepada istrinya:
"Sekarang berdiri dan
lemparkan dirimu ke dalam tungku ini karena Allah 'Azza Wa Jalla".
Sang istri berdiri sambil
menanggalkan perhiasan-perhiasannya. Kata sang istri:
"Seorang kekasih akan
memakai perhiasannya demi kekasihnya".
Lalu ia menjatuhkan dirinya ke
tungku dan si munafik menutup rapat-rapat.
3 hari kemudian sang munafik
membuka tungku. Dan ia melihat istrinya masih nampak sehat lantaran Kekuasaan
Allah. Dia terbelalak dengan kejadian ini, dan terasa ada yang berteriak:
"Tidakkah engkau mengerti
bahwa api tidak mampu membakar kekasih-kekasih Kami".
Kisah:
Asiyah adalah istri Fir'aun yang
menyembunyikan imannya dari Fir'aun. Ketika Fir'aun mengetahui keimanan Asiyah,
ia memerintah menghukum Asiyah dengan berbagai macam siksaan. Bentak Fir'aun:
"Keluarlah dari
agamamu".
Asiyah tetap tidak mau murtad
dari agamanya. Asiyah pun dipukuli dengan tonggak. Bentak Fir'aun:
"Keluarlah dari
agamamu".
Jawab Asiyah:
"Engkau dapat menguasai
tubuhku, namun kamu tidak akan mampu menguasai hatiku, hatiku tetap tetap
dipelihara Tuhanku. Andai engkau memotong bagian tubuhku, tidaklah malah
menambah cintaku kepada-Nya".
Saat itu Nabi Musa lewat didepan
Asiyah. Kata Asiyah:
"Wahai Musa, ceritakanlah
padaku, apakah Tuhan ridho atau murka kepadaku".
Musa menjawab:
"Asiyah.... Para malaikat
langit sedang rindu dan menanti kehadiranmu, Allah sangat bangga terhadapmu,
mintalah kebutuhanmu pada-Nya tentu akan dipenuhi".
Asiyah berdo'a:
"Ya Tuhanku, bangunkan aku
gedung di Surga disisi-Mu, serta selamatkanlah aku dari Fir'aun dan
perbuatannya, juga selamatkan aku dari kaum yang dzalim. (QS.66:11)"
Melalui Abu Hurairah RA:
Sesungguhnya Fir'aun menancapkan
4 buah tombak untuk menelentangkan tubuh istrinya, diatas dada Asiyah
diletakkan alat penggiling, lalu wajah Asiyah dihadapkan ke matahari. Saat itu
Asiyah berkata:
"Tuhan, bangunkan aku sebuah
rumah disisi-Mu didalam surga. (QS.66 At Tahrim:11)"
Kata Hasan:
"Allah menyelamatkan dan
memuliakan dia. Allah mengangkatnya ke surga, dia bisa makan dan minum
disana"
Ini menunjukkan pedoman dalil
bahwa memohon perlindungan kepada Allah serta kembali kepadanya, serta
ikhlasnya ketika ada ujian bencana, merupakan proses perjalanan bagi
orang-orang shaleh dan pedoman bagi orang mukmin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan