KHOTBAH 15
Setelah mengambil kembali hadiah-hadiah tanah yang diberikan 'Utsman, ia berkata:
Demi Allah, sekalipun misalnya saya mendapatkan bahwa dengan uang (yang dikorupsi dari Baitul Mal) itu perempuan-perempuan telah dikawinkan, atau budak-budak perempuan telah dibeli (dan dibebaskan), saya akan mengambilnya kembali, karena luaslah lapangan dalam pelaksanaan keadilan, dan orang yang merasa sulit untuk bertindak adil akan lebih sulit lagi mengurusi ketidakadilan.
Diucapkan saat pembaiatan
kepadanya di Makkah
Tanggung
jawab atas apa yang saya katakan terjamin, dan saya bertanggung jawab untuk
itu. Orang yang telah melihat dengan jelas hukuman-hukuman percontohan (yang
diberikan Allah kepada kaum-kaum) di masa lalu, dicegah oleh takwa untuk jatuh
ke dalam keragu-raguan. Hendaklah Anda ketahui bahwa kesukaran-kesukaran yang
menimpa Anda sama dengan yang terjadi ketika Nabi SAWW mula-mula diutus. Demi
Allah yang mengutus Nabi dengan iman dan kebenaran, Anda akan dijungkirkan
dengan keras, digoncang dengan pahitnya seperti dalam menampi, dan diaduk
sepenuhnya seperti dengan mengayok dalam belanga, sehingga orang-orang Anda
yang rendah menjadi tinggi dan yang tinggi menjadi rendah, yang di belakang
akan sampai ke depan dan yang di depan akan menjadi terbelakang. Demi Allah,
saya tidak menyembunyikan sepatah kata pun dan tidak mengucapkan suatu
kebohongan, dan saya telah di-beritahu tentang peristiwa ini dan tentang waktu
ini.
Berhati-hatilah, dosa adalah seperti kuda binal yang di punggungnya
penunggangnya telah ditempatkan dan kekangnya telah dilepaskan, sehingga mereka
akan melonjat dengan tunggangannya ke dalam neraka, sementara takwa adalah
seperti kuda-kuda yang terlatih yang di punnggungnya para penunggung
di-tempatkan dengan kendali di tangannya sehingga mereka akan membawa
penunggangnya ke surga. Ada kebenaran dan kebatilan, dan ada para pengikut
untuk masing-masingnya. Apabila kebatilan yang mendominasi, hal itu telah
terjadi di masa lalu; dan apabila kebenaran menurun, itu pun telah terjadi.
Kadang terjadi bahwa sesuatu yang berlamban-lamban di belakang menjadi
terkemuka, "Dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
" (QS. 29:43)
Sayid Radhi
mencatat: Dalam
pembicaraan kecil ini, ada lebih banyak keindahan daripada yang dapat dinilai,
dan besarnya ketakjuban yang ditimbulkan olehnya lebih daripada penilaian yang
diberikan kepadanya. Walaupun telah saya nyatakan, ini mengandung banyak aspek
kefasihan tak dapat diungkapkan, tak ada orang yang menjangkau kedalamannya,
dan tak ada orang yang dapat memahami apa yang akan saya katakan, kecuali
apabila ia telah mencapai seni ini dan mengenal detail-detailnya. "Dan
tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (QS. 29:43)
Dari Khotbah yang Sama
Orang yang
memandang surga dan neraka, tidak mempunyai tujuan lain. Orang yang berusaha
dan bertindak dengan cepat, berhasil, sedang pencari yang lamban dapat pula
menaruh harapan; dan orang yang kekurangan amal menghadapi kehancuran di
neraka. Di kanan dan kiri ada jalan-jalan yang menyesatkan. Hanya jalan tengah
yang merupakan jalan yang benar. Pada jalan ini ada Kitab Abadi dan sunah Nabi
SAWW. Darinya sunah tersebar dan kepadanyalah tempat kembali.
Orang yang
mengaku (sebaliknya) runtuh, dan orang yang mengada-adakan kebatilan akan
kecewa. Orang yang melawan kebenaran dengan wajahnya akan beroleh
kehancuran.[i] Cukuplah kejahilan bagi orang yang tidak mengenal dirinya. Orang
yang berakar kuat dalam takwa tidak binasa,[ii] dan perkebunan suatu kaum yang
berdasarkan takwa tidak akan kehabisan air. Sembunyikanlah diri Anda dalam
rumah Anda dan perbaikilah diri Anda. Taubat ada di belakang Anda. Orang hanya
harus memuji Allah dan menyalahkan dirinya sendiri. •
[i] Dalam
beberapa versi, kata-kata man abda shafhatahu lil haqqi halaku"
(barangsiapa menentang hak dengan wajahnya maka celakalah ia) disusul
kata-kata: "'inda jahalatin-nas". Dalam hal ini arti kalimat itu
menjadi "orang tegak yang menghadapi kebenaran, mati dalam penilaian orang
yang jahil".
[ii] Takwa
adalah penamaan bagi hati dan jiwa yang dipengaruhi kebenaran Ilahi, sehingga
jiwanya yang penuh takwa kepada Allah menambah ibadahnya kepada-Nya. Tidak
mungkin hati akan penuh dengan takwa kepada Allah tanpa diterjemahkan ke dalam
peribadatan dan amal saleh. Dan karena peribadatan dan penyerahan din
memperbaiki hati dan membersihkan jiwa maka kebersihan hati bertambah dengan
meningkatnya peribadatan. Itulah sebabnya maka takwa, dalam Al-Qur'an,
kadang-kadang berarti takut, kadang-kadang berarti kebersihan hati dan jiwa.
Dengan demikian firman Allah: "Wa iyyaya fattagun" (dan hanya
kepada-Ku-lah karnu harus bertakwa, QS. 2:41), takwa berarti takut, sedang
dalam ayat: "ittaqullah haqqa tugatihi" (Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya) (QS. 3:102), takwa berarti peribadatan dan
ketaatan, dan dalam ayat Wa yakhsya-lāha wa yattaghi fa ulā'ika humul-fa'izun
(Dan barang-siapa yang taal kepada Allah dan bertakwa kepuda-Nya, maka mereka
itu adalah orang-nrang vang mendapM kemenangan) (QS. 24:52), takwa berarti
kejernihan jiwa dan kebersihan hati.
Dalam
hadis-hadis, takwa dibagi atas tiga tingkat. Tingkat pertama, ialah bahwa
seseorang harus menurut perintah-perintah dan menghindari larangan. Tingkat
kedua adalah menuruti hal-hal yang sunah (dianjurkan) dan menghindari hal-hal
yang makruh atau tidak disukai. Tingkat ketiga, seseorang harus juga
menghindari hal-hal yang dibolehkan bila ragu. Tingkat pertama adalah untuk orang
biasa, yang kedua bagi orang yang mulia dan yang ketiga bagi orang yang
berkemuliaan tinggi.
Tidak ada
dosa bagi orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan
makanan vang rnereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan
mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan
beriman, kemudian mereka (tetap juga) berlakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah
menyukai orang-orang yang berbuak kebajikan. (QS. 5:93)
Amirul
Mukminm mengatakan bahwa hanya amal yang didasarkan pada takwa yang dapal
bcrtahan dan bahwa amal akan berkembang serta berbuah bila diairi takwa, karena
ibadat hanya bermakna bila dilakukan dengan penyerahan diri. Allah berfirman:
"Apakah
orang-orang yung mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepadu Allah,
dan keridaan(-Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yung mendirikan
bangunannva di tepi jurang yang runtuh, lulu bangunannya itu jaluh
bersama-sama dengan dia ke dalam neraka jahanam?" (QS. 9:109)
Dengan kata
lain, tiap kepercayaan yang tidak berdasarkan pengctahuan dan keyakinan adalah
seperti bangunan yang didirikan tanpa fondasi, tak akan kokoh, sedang amal
tanpa takwa, adalah seperti tanaman yang layu karena kekurangan air.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan