Yang membuat terkat ini beda adalah dakwah dengan cara menggunakan tarian-tarian yang disebut sama’ dalam bentuk tarian berputar, dan telah menjadi ciri khas dasar bagi tarekatnya. Akibatya, tarekat Rumi di Barat dikenal dengan sebutan The Whirling Darvish (Para Darwis yang Berputar). Tarian suci ini dimainkan oleh para Darwish (fuqara) dalam pertemuan-pertemuan (majlis) sebagai dukunga eksternal terhadap upacara-upacara (ritual mereka).
Sama’
dilembagakan oleh Rumi pertama kali setelah hilangnya gurunya yang sangat
dicintain, yaitu Syamsuddin Tabrizi. Sejak saat itu Rumi menjadi sensitif
terhadap musik, sehingga tempaan palu dari seorang pandai besi saja cukup untuk
membuatnya menari dan berpuisi.
Bagian-bagian
atau tahap-tahap dalam sama’ terdiri dari dua bagian. Bagian pertama terdiri
dari Naat (sebuah puisi yang memuji Nabi Muhammad), Improvisasi ney (seruling)
atau taksim dan “Lingkaran Sultan Walad”.
Bagian
kedua terdiri dari empat salam, musik instrumental akhir, pembacaan ayat-ayat
suci Al-Qur’an dan do’a.
Inilah
rinciannya:
1.
Bagian Pertama
a. Naat, yaitu semacam musik religius. Naat
dalam musik Maulawi disusun oleh Buhuriz Musthafa ‘Itri (1640-1712 M), tetapi
puisinya adalah puisi Rumi.
b. Taksim. Merupakan sebuah improvisasi
terhadap setiap makam atau mode, yaitu konsep penciptaan musik yang menentukan
hubungan-hubungan nada, nada awal yang memiliki kontor dan pola-pola musik.
Bagian ini merupakan bagian yang sangat keratif dari upacara Maulawi.
c. Lingkaran atau Putaran Sultan Walad, ini
disumbangsikan oleh putra sulung Maulana, yaitu Sultan Walad. Selama putaran
ini para Darwish yang ikut bagian dalam putaran tari berjalan mengelilingi sang
samahane (ruang upacara) tiga kali dan menyapa satu sama lain di depan pos
(lokasi tempat pemimpin tekke atau pemimpin upacara berdiri). Dengan cara ini
mereka menyampaikan “rahasia” dari yang satu kepada yang lain.
2.
Bagian kedua (empat salam), yaitu:
a. Salam Pertama, melodi biasanya penjang
dan irama yang digunakan biasanya disebut “putaran berjalan” atau Devr-i Revan.
Bitnya adalah 14/8.
b. Salam Kedua, pola irama dari salam ini
disebut “Evfer” dan terdiri dari 9/8 bit.
c. Salam Ketiga, dibagi kedalam dua bagian
yang meliputi melodi dan irama. Bagian pertama disebut “putaran” atau the
cyircle bitnya 28/4. Dan bagian yang kedua disebut “Yoruk semai” bitnya 6/8.
d. Salam Keempat, pola irama ini juga
“Efver” bitnya 9/8, yakni irama lambat dan panjang untuk menurunkan elastasi
sehingga sang darwisy bisa konsentrasi kembali. Tiap-tiap salam dihubungkan
melalui nyanyian. Pada bagian pertama dan kedua seleksi diambil dari Divan-i
Syams atau Mastnawi, sedangkan pada bagian ketiga puisi mawlawi lain
dinyanyikan.
3.
Musik Intrumental
Dengan berakhirnya
salam keempat berarti bagian oral selesai “Yuruk semai” kedua dalam pola-pola
6/8 adalah akhir dari upacara. Setelah seleksi instrumental ini ada taksim
seruling. Kadang-kadang musik ini dapat dimainkan melalui alat musik petik
(senar).
4.
Membaca Al-Qur’an dan Do’a
Setelah
musik selesai, seorang hafidz di antara para penyanyi membaca ayat-ayat
Al-Qur’an. Sama’ terus berlangsung sampai bacaan Al-Qur’an dimulai. Ketika
hafidz mulai membaca Al-Qur’an kemudian para penari tiba-tiba berhenti dan
mundur ke pinggir ruangan dan duduk. Setelah ia selesai, kemudian pimpinan
sama’ berdiri dan mulai berdo’a di depan sang syaikh, do’a ini biasanya
ditunjukkan untuk kesehatan dan hidup sang sultan atau para penguasa negara.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan