Ibrahim bin Ahmad bin Ismail, nama kunyahnya Abu Ishaq, atau lebih dikenal dengan Ibrahim al Khawwas, adalah seorang tokoh sufi yang sezaman dengan Junaid al Baghdadi dan Abul Husain an Nuri. Beliau sangat kuat dalam tawakal dan sangat gencar dalam riyadhah, beliau wafat karena sakit perut ketika riyadhahnya, pada tahun 291 H (atau 904 M) di Ar Ray. Salah satu nasehat beliau adalah tentang obat hati yang lima, yang sekarang ini banyak dijadikan bahan lagu pujian, tembang dan lagu-lagu rohaniah (Islam tentunya).
Suatu ketika Ibrahim al
Khawwash sedang dalam suatu perjalanan atau perantauan bersama beberapa orang
lainnya. Menjelang malam di dekat suatu hutan, mereka beristirahat dan bersiap
tidur, tetapi tiba-tiba datang seekor harimau yang duduk bersimpuh di dekat
mereka. Tentu saja mereka lari menyelamatkan diri dengan naik ke sebuah pohon
yang tidak jauh letaknya. Mereka duduk, mungkin juga sampai tertidur di cabang
pohon itu hingga pagi tiba, tetapi anehnya, Ibrahim bin Khawwash dengan
tenangnya tidur tanpa perasaan takut dan khawatir akan ancaman harimau itu.
Ketika fajar menjelang,
sang harimau meninggalkan tempat itu begitu saja, tanpa ada insiden
penyerangan. Setelah melaksanakan shalat subuh, mereka melanjutkan perjalanan.
Pada malam harinya, mereka tiba di suatu masjid dan bermalam di sana. Tengah
malam, ketika semua orang sedang asyiknya tertidur, tiba-tiba terdengar
teriakan Ibrahim bin Khawwash, semacam teriakan ketakutan yang membangunkan
semua orang di masjid itu. Salah seorang bertanya, “Wahai Abu Ishaq, apa yang
terjadi dengan dirimu?”
Ibrahim berkata, “Seekor
kepinding jatuh tepat di wajahku, yang membuatku terkejut dan ketakutan!!”
Mereka berkata, “Sungguh
ajaib, kemarin engkau tidur bersebelahan dengan harimau tetapi engkau
tenang-tenang saja, tertidur tanpa terganggu. Tetapi hanya karena seekor
kepinding, kali ini engkau berteriak membangunkan orang semasjid!!”
Ibrahim berkata, “Kemarin
itu aku sedang diliputi perasaan takut kepada Allah dan bergantung kepadanya,
sehingga aku ‘terambil’ dari diriku sendiri. Kali ini aku dikembalikan kepada
diriku sehingga aku merasa takut walau hanya terhadap kepinding!!”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan