Ketika Allah telah menegakkan Mizanul Amal (Timbangan Amal) pada hari perhitungan (Yaumul Hisab) kelak, ada seorang hamba yang amal kebaikannya tidak bisa melampaui amal kejelekan yang dikerjakannya, timbangan itu sejajar, karena itu ia tidak bisa masuk ke surga ataupun dimasukkan ke neraka. Maka Allah berfirman kepadanya, “Pergilah kamu kepada semua umat manusia, mungkin engkau akan menemukan seseorang yang mau memberikan satu kebaikan kepadamu, yang dengan satu kebaikan itu Aku akan memasukkan engkau ke surga!!”
Orang itupun berjalan berkeliling ke seluruh penjuru makhsyar, menemui
setiap orang untuk meminta satu kebaikan saja, tetapi ia tidak berhasil. Ketika
ia menyampaikan maksudnya, ia selalu memperoleh jawaban yang hampir sama, “Saya
takut kalau timbangan amal kebaikan saya kurang berat, saya masih sangat
membutuhkan nilai kebaikan itu daripada anda!!”
Memang, dalam suatu riwayat disebutkan bahwa pada yaumul hisab itu
hampir setiap orang akan merasa menyesal. Bukan hanya orang-orang kafir atau
orang muslim yang sedikit sekali berbuat kebaikan, tetapi orang-orang yang
biasa berbuat kebaikan juga akan menyesal. Mereka ini menyesal mengapa ketika
hidup di dunia tidak lebih banyak menyempatkan waktu untuk berbuat kebaikan.
Karena di saat itu (yakni saat yaumul hisab), ia baru menyadari bahwa amal
kebaikan sedikit saja yang dilakukan karena Allah, walau sekedar dua rakaat
shalat sunnah, menghilangkan halangan (duri, kaca dll.) dari jalan karena bisa
membahayakan orang lain, atau bahkan sekedar tersenyum pada tetangga atau
orang-orang yang ditemuinya, ternyata pahalanya sangatlah besarnya. Itulah
sebabnya pada saat itu hampir setiap orang akan mempertahankan amal kebaikan
yang telah dilakukannya. Mereka berharap dengan kebaikannya itu mereka akan
selamat dari huru hara dan fitnah pada yaumul hisab tersebut.
Ketika orang itu telah melintasi lautan manusia dan hampir putus asa
untuk memperoleh sekedar satu kebaikan yang kecil saja, ada seorang lelaki yang
datang menghampiri dan berkata, “Apakah yang sedang engkau cari?”
Orang itu menceritakan keadaanya di hadapan Allah, dan akhirnya berkata,
“Saya telah menemui ribuan orang dari berbagai kaum, yang mereka itu memiliki
beribu-ribu kebaikan, tetapi mereka semua bakhil terhadap saya, mereka tidak
mau memberikan walau hanya satu kebaikan kecil saja!!”
Lelaki itu tampak ikut bersedih mendengar cerita tersebut, tetapi
kemudian ia berkata, “Saya telah bertemu dengan Allah, dan saya tidak menemukan
amal kebaikan dalam lembaran amal saya kecuali hanya satu saja. Saya kira satu
kebaikan itu tidak akan cukup untuk menjadi sebab masuk surga, karena itu
ambillah kebaikan itu sebagai pemberianku kepadamu!!”
Lelaki itu sangatlah gembira, setelah mengucap terima kasih ia segera
kembali menghadap kepada Allah, yang menyambutnya dengan firman-Nya,
“Bagaimana? Apa yang terjadi?”
Lelaki itu berkata, “Saya telah gagal memperoleh satu kebaikan dari
banyak orang yang memiliki ribuan bahkan jutaan kebaikan, tetapi ada seseorang
yang hanya mempunyai satu kebaikan dan ia memberikannya kepada saya. Ia
beranggapan bahwa satu kebaikannya itu tidak akan cukup untuk
menyelamatkannya!!”
Mendengar ceritanya itu, dan sungguh
Allah lebih Maha Mengatahui tentang hal itu, maka Allah berfirman,
“Kemuliaan-Ku lebih luas dari kemuliaan engkau dan dirinya. Karena itu pegang
tangan saudaramu itu, dan ajaklah ia berangkat ke surga bersamamu!!”
Kasih Sayang Allah pada Yaumul Hisab (2)
Pada yaumul hisab kelak, setelah menghadapi
pengadilan dan mizan (penimbangan amal) di hadapan Allah, seorang lelaki
diperintahkan untuk berjalan ke arah neraka. Walau ia seorang muslim, tetapi
timbangan kebaikannya tidak bisa mengalahkan (lebih berat daripada) amal-amal
keburukannya, dan Allah SWT tidak atau belum berkenan untuk memberikan ampunan
kepadanya.
Lelaki itupun berjalan ke arah neraka, tetapi pada
jarak sepertiganya ia berhenti sebentar dan menoleh ke belakang, setelah itu
berjalan lagi. Pada jarak setengahnya, ia berhenti lagi dan menoleh ke
belakang, tetapi tidak lama berselang ia berjalan lagi. Pada jarak dua
pertiganya, atau sepertiga lagi akan sampai di pintu neraka, dan ia mulai
merasakan panasnya yang membara, lagi-lagi lelaki itu berhenti dan menoleh ke
belakang, tetapi tidak lama ia telah berjalan lagi menuju ke neraka.
Melihat perilaku aneh lelaki itu, dan sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Allah memerintahkan seorang
malaikat untuk membawa lelaki itu kembali ke hadapan-Nya. Setelah dibawa
kembali, Allah berfirman kepadanya, “Wahai Fulan, mengapa engkau sampai menoleh
tiga?”
Lelaki itu berkata, “Ya Allah, setelah hamba sampai
di sepertiga jarak ke neraka, hamba teringat akan firman-Mu : Warabbukal
ghafuuru dzur-rahmah (QS al Kahfi 58, artinya : Dan Tuhanmu Maha Pengampun lagi
penuh rahmah/kasih sayang). Maka hamba berhenti dan menoleh, sangat berharap
akan datangnya ampunan dan rahmat-Mu. Tetapi karena tidak muncul juga, hamba
meneruskan perjalanan…”
Lelaki itu meneruskan, “Pada jarak setengah
perjalanan, hamba teringat akan firman-Mu : Wa man yaghfirudz dzunuuba
illallaah (QS Ali Imran 135, artinya : Dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa-dosa selain Allah?), maka besarlah harapan hamba akan ampunan-Mu, karena
sesungguhnya hamba telah berputus asa dari siapapun kecuali hanya Engkau.
Tetapi karena tidak juga terlihat wujudnya harapan itu, hamba berjalan lagi…”
Ia meneruskan, “Ketika sampai pada jarak dua pertiga,
hamba teringat akan Firman-Mu : Qul yaa ‘ibaadiyal-ladziina asrafuu ‘alaa
anfusihim laa taqnathuu min rahmatillah (QS Az Zumar 53, yang artinya :
Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melewati batas (dholim) kepada dirinya
sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah). Maka bertambahlah
harapan hamba atas maghfirah dan rahmat-Mu, ya Allah, tetapi karena tidak juga
ada panggilan-Mu, hamba berjalan lagi, hingga salah seorang malaikat-Mu membawa
hamba kembali ke sini!!”
Setelah penjelasannya itu, Allah berfirman, “Pergilah engkau (ke surga),
sesungguhnya Aku telah mengampuni engkau!!”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan