Ajaran-ajaran Rumi ini, pada dasarnya dapat dirangkum dalam trilogi metafisik, yaitu Tuhan, Alam dan Manusia.
1. Ajaran Maulana Rumi tentang Tuhan
Pada
gilirannya telah dikembangkan dari pernyataan Al-Qur’an sendiri yang menyatakan
bahwa Tuhan adalah “Yang Awal, Yang Akhir, Yang Lahir, Yang Batin”. Tuhan “Yang
Awal” bagi Rumi, berarti bahwa ia adalah sumber yang dari-Nya segala sesuatu
berasal. Semua manusia yang tinggal di bumi ini berasal dari Tuhan, walaupun
kini ia telah melakukan perjalanan atau pengembaraannya yang jauh. Begitu
jauhnya mereka mengembara, sehingga banyak diantara manusia yang melupakan
Tuhannya.
Beralih
kepada Tuhan sebagai “Yang Akhir”. Ini diartikan sebagai tempat kembali segala
yang ada di dunia ini. Rumi juga termasuk sufi yang memandang Tuhan sebagai
keindahan. Sebuah hadits mengatakan bahwa “Tuhan itu Maha Indah, dan mencintai
keindahan.” Tentu saja sebagai yang Maha Indah, Tuhan adalah tujuan dari semua
jiwa yang mencinta.
Tuhan
sebagai “Yang Lahir”, bagi Rumi dunia yang lahir adalah fenomena yang menyimpan
di dalamnya realitas yang sejati. Dengan demikian dunia lahir adalah petunjuk
bagi adanya yang batin. Bagi Rumi tak mungkin ada yang lahir tanpa ada yang
batin. Jadi sekalipun yang lahir, sepintas lalu berbeda dengan yang batin,
tetapi yang lahir merupakan jalan menuju realitas yang tersembunyi di dalamnya.
Dengan
demikian, Tuhan sebagai “Yang Batin” adalah realitas yang lebih mendasar,
sekalipun untuk dapat memahaminya kita memerlukan mata lain yang lebih peka.
Jadi, tidak semua orang dapat melihat kecantikan Tuhan yang tersembunyi di
balik fenomena alam. Kebanyakan kita adalah pemerhati fenomena dan arena itu
tidak bisa melihat keindahan batin yang tersembunyi dibalik fenomena lahiriyah
alam.
2. Konsep Maulana Rumi tentang alam semesta
Bahwa
motif penciptaan alam oleh tuhan adalah cinta. Cintalah yang telah mendoromg
Tuhan mencipta alam, sehingga cinta Tuhan merembas, sebagai nafas Rahmani,
kepada seluruh pertikel alam, dan menghidupkannya, sehingga berbalik mencintai
sang pencipta. Bagi Rumi alam bukanlah benda mati, tetapi hidup, dan berkembang
bahkan memiliki kecerdasan, sehingga mampu mencintai dan dicintai, berkat
sentuhan cinta Tuhan, maka ia menjadi makhluk yang hidup, bergerak penuh energi
kearah Tuhan sebagai yang Maha Baik dan Sempurna. Dan cintailah alam, niscaya
alam pun akan memebrikan yang terbaik. Bagi Maulana, alam bukanlah makhluk mati
akan tetapi hidup, berkembang bahkan memiliki kecerdasan sehingga mampu
mencintai dan dicintai. Dalam salah satu syairnya, Rumi pernah menggambarkan
hubungan langit dan bumi seperti pasangan suami-istri.
3. Konsep Maulana Rumi tentang manusia
Manusia
memilik posisi yang sangat istimewa baik kaitannya dengan alam maupun dengan
Tuhan. Kaitannya dengan alam, Rumi memandang manusia adalah tujuan penciptaan
alam, yakni sebagai tempat beribadah bagi manusia. Sedangkan kaitannya dengan
Tuhan, manusia menempati posisi yang tinggi sebagai khalifah-Nya di muka bumi.
Ajaran
Jalaluddin Rumi lainnya yang sangat menarik tentang manusia adalah kebebasan
memilih bagi manusia. Kebebasan memilih ini sangat penting bagi perkembangan
dan aktualisasi diri manusia. Manusia terlahir dalam kedaan yang sempurna,
melainkan lahir dengan sejuat potensi. Manusia perlu memiliki kebebasan memilih
untuk mengaktualkan segala potensi yang dimilikinya itu. Denga kebebasan inilah
manusia dapat mencapai titik kesempurnaannya, sebagai Insan Kamil. Tetapi akan
kebebasan yang sama pula, manusia memiliki resiko yang besar untuk menjadi
makhluk yang terendah, kalau ia menghianati amanatnya, misalnya dengan
menyalahgunakan kebebasannya untuk menuruti hawa nafsunya.
Selain
itu manusia juga memiliki kemampuan untuk memahami sesuatu atau dengan kata
lain mampu memiliki ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia bertingkat-tingkat
sesuai dengan alat yang digunakan untuk tujuan itu. Ada pengetahuan indrawi,
pengetahuan yang didasarkan penalaran akal, dan pengetahuan melalui persepsi
spiritual (intuisi).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan