Pertanyaan yang sangat mendasar tentang Jiwa dan
Ruh adalah posisi keberadaannya. Di manakah Jiwa dan Ruh berada? Di sekitar kita
banyak pendapat yang menggambarkan tentang posisi Jiwa dan Ruh tersebut.
Ada yang menggambarkan lepasnya Ruh dan Jiwa dari
ubun-ubun. Kadang digambarkan sebagai seberkas sinar yang terlepas dari puncak
kepala seseorang. Dalam hal ini, Jiwa dan Ruh digambarkan sangat dekat
posisinya dengan otak manusia.
Namun, ada juga yang menggambarkan Jiwa dan Ruh
adalah sosok yang bentuknya persis sama dengan badan seseorang. Jiwa dan Ruh
(dalam hal ini dipersepsi sebagai satu sosok saja) digambarkan berbentuk
seperti badan manusia, tapi tidak kelihatan. Ia punya tangan, kaki, kepala, dan
seluruh anggota badan. Tapi bukan badan kasar. Ia disebut juga badan halus.
Maka, ketika Jiwa dan Ruh seseorang dicabut dari badannya, digambarkan sebagai
terlepasnya sosok badan halus dari badan kasarnya. Badan halus itu lantas
melayang ke langit.
Di beberapa cerita klasik dan tradisional, ada juga
yang menggambarkan bahwa Jiwa dan Ruh manusia itu bagaikan seekor burung
berwarna hijau yang terbang ke sana kemari di dalam Surga. Dan sebagainya,
masih banyak lagi gambaran-gambaran tentang keberadaan Jiwa dan Ruh.
Untuk membahasnya lebih jauh, saya kira kita harus bersepakat terlebih
dahulu bahwa Jiwa dan Ruh adalah sosok yang berbeda, sebagaimana telah kita
bahas di depan.
1. Posisi Ruh
Untuk mengetahui posisi Ruh, terlebih dahulu kita
samakan persepsi tentang fungsinya. Bahwa fungsi Ruh
adalah seperti Operating System dalam sebuah komputer atau robot. Ia sekaligus
juga berfungsi sebagai ‘sumber kehidupan’.
Pada sebuah komputer atau robot, bayangkan ia memperoleh aliran
listrik 'kehidupannya' dari sebuah sumber listrik bisa berupa baterai atau pembangkit
listrik lainnya. Selain itu, di CPU (Central Processing Unit - otak
komputernya) dimasukkan program dasar yang akan menjadi sistem beroperasi bagi
seluruh kegiatan robot tesebut.
Dalam komputer generasi terakhir, hidup dan matinya (on off) komputer
tidak harus dikendalikan secara manual dengan cara menancapkan ke colokan
listrik. Tapi, bisa dikendalikan oleh program dasar tersebut secara otomatis.
Jam berapa komputer harus hidup dan jam berapa ia harus mati, bisa dilakukan
secara terprogram.
Begitulah kurang lebih keberadaan Ruh. Ruh adalah
'sosok' yang mengendalikan fungsi dasar kehidupan manusia dengan segala
sifat-sifatnya. Sebagaimana komputer generasi terakhir, fungsi kehidupan dan
sifat-sifat dasar kehidupan itu dikendalikan dari satu tempat yang sama. Lewat
sebuah pemrograman yang sangat canggih dan kompleks, oleh keberadaan Ruh.
Sekali Ruh memasuki badan manusia, maka fungsi
dasar kehidupan manusia sudah terhubung ke sistem Ilahiah. Bagaikan komputer sudah ditancapkan ke sumber listrik, dan secara
otomatis masuk ke program Windows. Siap untuk dioperasikan dengan program
aplikasi apa saja yang sesuai dengan Sistem Operasi tersebut.
Untuk
mengetahui dimana Ruh seorang manusia berada, kita bisa mendeteksinya dari
fungsi kehidupan yang diperankannya. Sebagaimana kita tahu, Salah satu fungsi
utama dari keberadaan Ruh adalah memberikan fungsi kehidupan. Karena itu, kita
bisa mendeteksi posisi Ruh itu dari fungsi kehidupan yang terjadi pada manusia.
Dimana saja kita menemui fungsi kehidupan di dalam tubuh manusia, maka di
situlah Ruh ada dan berperan.
Fungsi kehidupan dinyatakan ada, jika sesuatu itu
menunjukkan di antaranya adalah terjadi pertumbuhan, perkembangan
atau regenerasi, self maintanance yang berjalan dengan sendirinya.
Dimanakah kita melihat fungsi itu berjalan di
tubuh kita? Bagian tubuh yang manakah di dalam diri kita yang menunjukkan
fungsi kehidupan dasar tersebut? Ternyata di seluruh penjuru anggota badan
kita. Yaitu, di unit kehidupan terkecil kita yang bernama sel.
Sel adalah bagian terkecil dari diri seorang
manusia yang memiliki fungsi dasar kehidupan yang saya sebutkan di atas. Ia bisa berkembang biak, bertumbuh, regenerasi, dan memenuhi
kebutuhannya secara self maintanance.
Seluruh organ tubuh seorang manusia terbangun dari
sekumpulan sel. Ada sel-sel otot, sel-sel tulang, sel
kulit, sel otak, sel darah, sel jantung, sel liver, sel rambut dan lain
sebagainya.
Setiap sel berfungsi untuk memasok seluruh kebutuhan hidup jaringan
di dalam organ tubuh tertentu. Sel melakukan fungsi-fungsi kehidupan seperti
menyerap dan mengeluarkan oksigen, menyerap sari-sari makanan, dan membuang
sampah-sampah yang tidak diperlukan. Termasuk memiliki mekanisme perlindungan
terhadap zat-zat yang berbahaya bagi kelangsungan hidup sel.
Seluruh mekanisme kehidupan sel tersebut dikendalikan oleh sel itu
sendiri berdasarkan perintah genetika yang terkandung di bagian inti sel. Kalau
dicermati lebih jauh, mekanisme yang terjadi di dalam sel sangatlah canggih dan
kompleks. Terorganisasi demikian rapinya, dan berjalan sangat disiplin
mengikuti perintah perintah dari sebuah pusat komando yang sangat cerdas di
dalam genetikanya.
Gen di dalam sebuah sel bisa diumpamakan sebagai pita panjang yang
berpilin. Atau, bisa juga
diumpamakan sebuah mata rantai panjang yang berisi kode-kode perintah tertentu.
Setiap mata rantai itu memiliki kode yang berbeda-beda. Fungsinya untuk
memberikan perintah kepada sel agar melakukan sesuatu yang diperlukan bagi
kelangsungan hidup sel.
Di antaranya, sel harus membentuk jenis-jenis
protein tertentu untuk berkembang biak atau regenerasi. Padahal, ada jutaan
atau bahkan miliaran jenis protein yang mungkin dicetak oleh sel. Tapi, sel
bisa melakukannya dengan tepat sesuai perintah yang datang kepadanya. Padahal,
jika Salah memproduksi jenis protein, sangat boleh jadi sel itu akan keracunan
oleh produknya sendiri.
Kalau digambarkan, proses pembuatan sebuah protein
di dalam sel sangat mengagumkan. Proses itu bagaikan terjadi dalam sebuah
pabrik kimia raksasa yang sangat canggih, dengan ketelitian mempesona.
Pertama-tama, sel menerima kiriman bahan-bahan
mentah dari darah. Bahan-bahan mentah itu berasal dari makanan yang sudah
dicema, diserap oleh darah dan kemudian diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh.
Selain dari sari makanan, sel juga menerima pasokan bahan mentah berupa oksigen
yang berasal dari pernafasan paru-paru.
Berbagai macam bahan mentah tersebut disortir oleh mekanisme di
bagian luar sel, yang disebut membran atau kulit sel. Bahan-bahan yang tidak
dikenal dan tidak dibutuhkan oleh sel tersebut 'tidak diperbolehkan' masuk ke
dalam sel. Ditolak dan disuruh pergi, dibawa kembali oleh darah menuju bagian
lain.
Sedangkan yang sesuai dengan kebutuhan sel itu akan dibawa masuk ke
dalam sel oleh cairan yang disebut sitoplasma. Bahan-bahan mentah tersebut
kemudian dibawa ke beberapa tempat di dalam sel yang berfungsi untuk
memproduksi protein maupun energi. Di antaranya adalah mitokondria dan ribosom.
Pecahan-pecahan bahan mentah itu berupa molekul-molekul air, gula, asam
amino, dan oksigen, yang intinya merupakan kombinasi dari atom-atom Carbon,
Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Selain itu, sel juga membutuhkan atom-atom lain
untuk kebutuhan proses-proses di dalam sel, seperti Na, D, Ca, K, Fe dan lain
sebagainya bergantung jenis selnya.
Setelah tersedia bahan-bahan dasar tersebut, maka mulailah proses
produksi protein oleh sel, dalam bentuk kombinasi atom-atom organik tersebut.
Protein adalah zat yang sangat dominan di dalam tubuh makhluk hidup
termasuk manusia. Seperlima bagian tubuh manusia terdiri dari protein. Bagian
terbesar adalah air.
Separo jumlah protein terdapat di otot, seperlimanya ada di tulang
dan tulang rawan, sepersepuluhnya di kulit, dan selebihnya ada di
jaringan-jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon,
pengangkut zat-zat gizi dan darah, adalah protein. Semua itu diproduksi oleh
sel-sel di dalam tubuh kita.
Padahal, setiap jenis sel bertugas untuk memproduksi jenis protein
yang berbeda-beda. Sel rambut berbeda dengan sel hati, berbeda dengan sel
saraf, dan berbeda pula dengan sel darah, dan seterusnya.
Sel rambut misalnya, perlu memproduksi protein yang disebut Keratin.
Protein ini juga terdapat di dalam sel-sel kuku. Pada sel darah (hemoglobin) terdapat protein
albumin. Pada serat otot diperlukan protein Miosin. Jaringan ikat di seluruh
tubuh memerlukan protein yang bernama Kolagen. Dan seterusnya.
Bagaimanakah sel-sel tersebut bisa memproduksi
protein yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi selnya? Ternyata perintahnya
muncul dari inti sel. Nggak tahu darimana asal mulanya, di dalam inti sel itu
ada perintah-perintah (program atau software) yang menyuruh untuk membentuk
protein-protein sesuai kebutuhan selnya.
Perintah itu berbentuk kode-kode protein juga,
yang disebut sebagai DNA (Deoxyribo Nudeic Acid). Perintah itu diterjemahkan
oleh jenis protein lain yang disebut sebagai RNA (Ribonudeic Acid). Berdasarkan
perintah itulah 'mesin produksi' di dalam sel membuat protein-protein tertentu.
Benar tidaknya 'perintah', dilaksanakan bergantung
kepada benar tidaknya 'mesin produksi' menyusun komponen-komponen protein, yang
komposisinya bisa berjuta-juta kemungkinan. Salah langkah sekali saja, akan
menyebabkan protein tersebut cacat dan tidak bisa digunakan atau malah bersifat
racun bagi tubuh.
Demikian rumitnya, proses produksi yang berlangsung di dalam sel
tersebut. Dan semua itu berlangsung di luar kesadaran si makhluk hidup yang
bersangkutan. Kendalinya ada di dalam inti sel berupa program-program
'Operating System'
Dan bukan hanya di dalam sel, kerumitan dan kecanggihan itu
berlangsung. Tapi juga terjadi dalam bentuk koordinasi, antar sel. Sebab,
sejumlah sel akan berkoordinasi membentuk jaringan.
Jaringan kulit misalnya, terbentuk dari jutaan
atau bahkan miliaran sel-sel kulit. Ada kulit ari di bagian paling luar tubuh.
Ada juga kulit jangat di bagian bawahnya, lebih ke dalam. Siapakah yang
memerintahkan sel-sel kulit itu bekerjasama sehingga terbentuk jaringan kulit
yang melindungi tubuh kita dari sengatan matahari dan udara panas?
Jika masing-masing sel kulit itu tidak mau
berkoordinasi membentuk jaringan, maka sungguh kita akan mengalami problem
dalam kehidupan dan kesehatan kita. Atau, jika sel-sel kulit itu mengalami
penyimpangan dalam memproduksi dirinya, kemudian berkembang biak tidak
terkendali, maka manusia akan mengalami apa yang dinamakan kanker kulit.
Hal yang sama juga terjadi pada sel-sel darah. Di
dalam setiap inti sel darah itu terdapat perintah-perintah dalam bentuk
software yang menjadikan sel-sel darah berkembang biak menjadi sel darah merah,
sel darah putih, plasma darah, dan berbagai macam komponennya, sehingga darah
berfungsi normal.
Jika terjadi penyimpangan sedikit saja, maka kita
bakal mengalami persoalan yang besar dalam kehidupan kita. Penderita kanker
darah (leukimia) adalah salah satu contoh, dimana produksi sel-sel darahnya
mengalami penyimpangan. Jumlah produksi darah putihnya lebih banyak
dibandingkan dengan darah merahnya. Maka, penderitaan yang sangat besar menimpa
orang-orang yang menderita leukimia.
Demikian pula sel-sel tulang, sel-sel otot, mata,
hidung, telinga, jantung, liver, saraf-saraf, sampai ke otak. Semuanya
berkembang secara terkendali oleh sebuah pusat komando yang ada di dalam
sel-sel tersebut. Sistem komando itu semakin luas dan semakin meluas.
Dari miliaran sel berkoordinasi membentuk
jaringan-jaringan. Dari berbagai macam jaringan
membentuk organ-organ. Dari berbagai macam organ terbentuklah tubuh manusia.
Seluruh tubuh manusia, kemudian membentuk suatu koordinasi yang luar biasa
canggih dan rumit lewat koordinasi otak manusia dan sistem saraf.
Jadi, sistem komando di dalam tubuh manusia merupakan gabungan
antara pusat komando di dalam miliaran sel-sel tubuhnya dengan pusat komando
yang berada di otak dan sistem sarafnya. Kesempurnaan fungsi kehidupan
seseorang ditentukan oleh kesempurnaan komando alias Software yang tersebar di
miliaran sel sampai jaringan otaknya.
Nah, kini kita mulai memperoleh gambaran betapa badan kita
dikendalikan oleh sebuah kekuatan software (pemrograman) yang demikian canggih.
Software itu dominan di dalam tubuh kita, dan terbagi merata di seluruh penjuru
tubuh kita mulai dari yang terkecil sampai yang paling besar. Dan uniknya, beroperasinya
perintah-perintah itu di luar kesadaran kita. Ada suatu 'KECERDASAN' super
hebat dan superteliti yang mengontrol langsung proses-proses komando itu dengan
kedisplinan sangat tinggi.
Agaknya, keterlaluan kalau kita mengatakan bahwa
seluruh proses itu terjadi dengan sendirinya. Apalagi terjadi secara kebetulan.
Karena proses-proses itu berlangsung dengan ‘sangat cerdas’, dan bisa memilih
proses-proses yang bermanfaat saja untuk kelangsungan hidup manusia.
Tidak ada pilihan lain bagi kita untuk mengatakan,
bahwa seluruh software itu dikendalikan oleh DZAT YANG MAHA CERDAS. Yang telah
dengan sengaja MENCIPTAKAN dan sekaligus MENGENDALIKAN makhlukNya. Dialah ALLAH
RABBUL IZZATI.
'Sang Kecerdasan' itu mengendalikan hidup-matinya manusia lewat
'Program Komando' tersebut di dalam tubuh seseorang. Dia juga lewat
program itu menjadikan seseorang sehat atau sakit berdasarkan sempurna
atau tidaknya komando yang diberikan dalam proses reaksi sel-sel tubuhnya.
Dia juga yang mengendalikan manusia dalam berbagai aktivitas yang
kontrolnya di luar kesadaran manusia, mulai dari jantung yang terus berdenyut,
liver, usus, sistem saraf, sistem otak, sampai tertidur atau terjaganya
seseorang. Semua itu terjadi dan terkontrol lewat fungsi Ruh yang ada di dalam
diri seorang manusia. Ruh lah yang menjadi program komando itu.
Mudah-mudahan dengan uraian ringkas di atas kita bisa menangkap
posisi Ruh di dalam diri seorang manusia. Bahwa, ternyata Ruh Nya telah
'menyebar' dan 'meresap' ke seluruh penjuru tubuh kita, sebagai satu kesatuan
yang utuh.
Mulai dari bagian yang paling halus sampai bagian yang paling kasar.
Dari bagian yang paling dalam sampai terluar. Bagian yang paling kelihatan
sampai yang paling rahasia. Ruh
Nya telah 'meliputi' dan 'merendam' seluruh eksistensi tubuh kita. Tidak ada
bagian terkecil pun dari tubuh kita yang tidak terliputi oleh Ruh Nya. Dan
tidak ada satu pun fungsi kehidupan yang tidak terkontrol oleh Ruh Nya.
QS As Sajdah (32) : 9
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya RuhNya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu
sedikit sekali bersyukur.
Di ayat yang berbeda Allah mengatakan bahwa Dia
dan Ruh Nya berada lebih dekat kepada kita dari pada urat leher kita sendiri.
Bayangkan, urat leher itu ada di dalam tubuh kita, Allah mengatakan bahwa Dia
lebih dekat dari itu. Dan memang begitulah kondisinya.
Tentu saja Dia lebih dekat dari urat leher, lha
wong seluruh proses dalam pembentukan urat leher itu sendiri dikendalikan oleh
Allah lewat sel-sel pembentuk urat leher tersebut. Bahkan kalau kita mau
memperhalus lagi keberadaanNya, seluruh partikel-partikel penyusun sel itu juga
terkontrol oleh KekuasaanNya.
Namun, dalam kaitannya dengan posisi Ruh, kita
kali ini membatasi diri pada komponen-komponen makhluk hidup saja. Dan bagian yang paling kecil dari kehidupan tersebut adalah sistem
yang terdapat di dalam sel. Lebih kecil daripada sel, sudah bukan wilayah Ruh
Manusia lagi, sebab ia sudah berupa benda mati. Sedangkan Ruh ditiupkan Nya
kepada manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna kejadiannya.
Ya, kesempurnaan kejadian merupakan Salah satu
syarat ditiupkan RuhNya kepada makhluk hidup. Sehingga Allah tidak pernah
dikabarkan meniupkan Ruh Nya kepada binatang, misalnya. Kenapa, karena tubuh
binatang diciptakan oleh Allah tidak sesempurna tubuh manusia.
Infrastruktur yang ada di dalam tubuh binatang
tidak memungkinkan fungsi Ruh berjalan dengan sempurna di dalamnya. Binatang
hanya memperoleh sebagian kecil dari sifat-sifat Allah yang 'tergambar' dalam
Ruh-Nya,. dala'm skala makhluk.
Namun demikian, potensi 'hidup' binatang juga
Hayyat ('Hidup'). Dalam terimbas dari sifat-sifat Allah , skala yang jauh dari
kesempurnaan seorang manusia. Maka potensi kehidupan yang 'ditiupkan' kepada
binatang itu tidak bisa menimbulkan potensi akal budi dalam dirinya. Paling
tinggi, hanya sebatas insting atau naluri belaka. Sifat-sifat Allah tidak
mengimbas secara komplet pada diri binatang, sebagaimana terjadi pada manusia.
Dan karena itu tidak disebut sebagai Ruh Nya.
Demikian pula pada tumbuhan. Potensi kehidupan Ruh
mengimbas kepadanya dalam skala yang lebih kecil lagi, disebabkan oleh
infrastuktur badannya yang tidak sempurna. Bahkan, kesempurnaannya jauh di
bawah binatang.
Sebagimana saya kutipkan di depan, bahwa Ruh hanya
ditiupkan Allah kepada makhluk yang infrastrukturnya sempurna. Itu diulang
berkali-kali dalam firman yang berbeda. Di antaranya QS. Hijr (15) : 29 dan
Shaad (38) : 72. Di bawah. ini Allah beffirman dalam
Salah satu ayatNya, tentang kesempurnaan manusia.
QS. Israa (17) :
70.
Dan sesungguhnya
telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.
2. Posisi Jiwa
Mudah-mudahan kita telah memiliki persepsi yang
agak jelas tentang Ruh. Tentu saja, masih begitu banyak rahasia yang tersimpan
di dalam Ruh, terutama berkaitan dengan dzatnya. Dan ini, memang telah
diinformasikan Allah kepada kita lewat firmanNya, berikut ini.
QS. Al Israa'
(17) : 85
Dan mereka
bertanya kepadamu tentang Ruh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan
tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Tapi, sedikitnya ilmu Allah sudah demikian
banyaknya buat kita. Dan, Allah tidak pernah secara tegas dan mutlak melarang
kita untuk mempelajari esensi Ruh itu. Hanya diberi catatan saja, bahwa apa
yang kita ketahui tentang Ruh itu hanya sebagian kecil saja dari esensi Ruh
yang sangat misterius.
Informasi tentang Jiwa lebih banyak lagi bisa kita
dapatkan di dalam Al-Qur’an. Posisi Jiwa di dalam tubuh manusia agak berbeda
dengan posisi Ruh. Meskipun ada kemiripan tertentu yang seringkali membuat kita
rancu dalam memahaminya.
Dalam analogi komputer atau robot, Ruh dan Jiwa
adalah sama-sama software (program perangkat lunak). Hanya
bedanya, Ruh adalah Program Dasar yang berkaitan dengan Sistem Operasinya
(Operating System), sedangkan Jiwa adalah program aplikasi. Kedua-duanya ada di
dalam otak komputer. Tapi berada pada sektor atau lokasi yang berbeda.
Perbedaan lainnya lagi, Operating System bertumpu dan saling
mempengaruhi dengan infra struktur komputer. Sedangkan program. aplikasi justru
bersandar kepada Operating System tersebut.
Demikian pula Ruh dan Jiwa. Ruh memiliki skala yang jauh lebih luas
daripada Jiwa. Wilayah cakupan Ruh meluas sampai kepada seluruh jaringan
infrastruktur dalam tubuh manusia. Sampai pada unit terkecil dari kehidupan,
yaitu sel. Kemudian, berdasar infrastruktur itu Ruh bekerja dengan software nya
yang canggih untuk mengatur fungsi dasar kehidupan.
Sedangkan Jiwa adalah 'program aplikasi' yang bekerja pada sistem
kerja Ruh. Jadi, jika Ruh tidak berfungsi, Jiwa juga tidak bisa berfungsi.
Tapi, sebaliknya, kalau Jiwa tidak bekerja, Ruh. masih tetap bisa bekerja.
Kalau diurutkan tingkatan pengaruhnya, adalah sebagai berikut. Ruh
adalah yang memiliki pengaruh paling besar, karena ia berpengaruh terhadap
kerja Jiwa dan badan sekaligus. Jika Ruh tidak berfungsi, maka badan dan Jiwa
juga tidak berfungsi. Keduanya tidak hidup, alias mati.
Urutan kedua
adalah Jiwa. Jiwa memiliki pengaruh terhadap badan. Tapi tidak memiliki
pengaruh terhadap Ruh. Justru ia terpengaruh oleh fungsi kerja Ruh. Namun,
pengaruh Jiwa terhadap badan tidaklah mutlak sebagaimana Ruh.
Ketika Jiwa kita kuat, maka badan akan ikut bertambah kuat. Dan jika Jiwa kita lemah, badan kita juga
akan ikut melemah. Tapi melemahnya badan itu tidak sampai nol, melainkan sampai
pada fungsi dasarnya yang menjadi wilayah kekuasaan Ruh.
Misalnya, Jiwa yang. melemah menyebabkan seseorang
menjadi pingsan. Ketika pingsan itu pengaruh Jiwa menjadi nol, tapi badan tidak
mati, karena masih ada fungsi Ruh yang bekerja pada badan.
Jiwa juga bisa keluar masuk (on off) ke badan
kita, sepanjang Ruh masih bekerja pada keduanya. Ini mirip dengan kerja
komputer. Program aplikasi bisa berjalan atau tidak, ketika operating system
nya bekerja. Kalau program aplikasi tidak dijalankan, komputer akan standby
pada sistem operasinya saja. Tidak berguna memang, tapi tetap hidup (on).
Komputer baru berguna kembali kalau dioperasikan pada program aplikasinya.
Manusia juga menjadi 'tidak berguna'. Ketika fungsi Jiwanya tidak berjalan, meskipun ia
belum mati. Mungkin ia berada dalam keadaan tidur, pingsan atau koma. Dalam
kondisi demikian, manusia tidak dimintai pertanggung jawaban apa pun, sebab
fungsi Jiwanya tidak berjalan.
Orang gila juga digolongkan sebagai orang yang
kehilangan fungsi Jiwanya tidak dimintai pertanggung jawaban atas
perbuatannya. Bagaikan komputer yang program aplikasinya kacau kena virus
misalnya. Maka, kerja komputer itu pun tidak bisa dipertangung jawabkan.
Dimanakah pusat pengendalian program aplikasi pada
komputer? Berada di otaknya Central Processing Unit,
CPU. Dimanakah pusat pengendalian jiwa berada? Juga ada di otak seorang
manusia. ‘Program-program aplikasi’ dalam Jiwa manusia ditempatkan di
sektor-sektor tertentu dalam otaknya.
Kerusakan program aplikasi itu tergantung kepada
dua hal. Yaitu, kerusakan pada sektornya (bad sector), dan kerusakan pada
susunan programnya.
Demikian pula pada manusia. Jika seseorang
mengalami kerusakan sel otak, maka orang itu juga akan mengalami gangguan atau
bahkan kerusakan pada Jiwanya. Di lain pihak, kerusakan Jiwa juga bakal terjadi
jika susunan program (kandungan perintah di Softwarenya) mengalami kekacauan.
Pembahasan lebih jauh, akan kita lakukan pada bagian-bagian berikutnya.
Pada kesempatan ini saya cuma ingin menyampaikan sepenggal
kesimpulan, bahwa posisi Jiwa berpusat di otak kita pada sektor-sektor yang
berbeda dengan Ruh. Tapi, sebagaimana Ruh, pengaruh Jiwa juga menyebar sampai
ke seluruh penjuru badan kita. Hanya saja, lebih dominan di wilayah sadar.
Sedangkan Ruh berpengaruh lebih luas sampai ke wilayah bawah sadar.
Ketika berada dalam kondisi sadar, Jiwa
berpengaruh pada seluruh aktivitas kita. Tapi, begitu kesadaran kita hilang,
maka kendalinya bergeser ke peranan Ruh. Jiwa masih tetap ‘hidup’, badan juga
masih tetap 'hidup'. tetapi keduanya tidak saling mempengaruhi satu sama lain,
sebagaimana difirmankan Allah dalam QS. Az Zumar (39) :
42.
1 ulasan:
good explanation...terima kasih tuan.
Catat Ulasan