OLEH IMAM NAWAWI AL BANTANI
PERMASALAHAN I APA YANG BERHUBUNGAN DENGAN
HAKIKAT IMAN?
Jika
ditanyakan kepadamu: ” Apa sajakah yang berhubungan dengan hakikat iman yang
disebut dengan tashdiq?
Maka hendaklah kamu berkata: Aku percaya, aku membenarkan dan aku mengakui terhadap Allah, terhadap para malaikat, kitab-kitab, para utusan, terhadap hari akhir dan qadar baik dan buruknya dari Allah. Ini seperti yang telah dikatakan oleh Imam Muslim dari Sayyidina Umar dari hadits Jibril.
Apabila kamu mengambil
dari riwayat Imam Bukhari yang juga dari hadits Jibril, maka hendaklah kamu
berkata: Aku percaya terhadap Allah, para malaikat, dan berjumpa dengan-Nya,
terhadap para utusan, dan ba’ats (pembangkitan). Maksudnya, aku percaya terhadap
adanya Allah, sifat-sifat yang wajib bagi-Nya, terhadap para malaikat,
sesungguhnya mereka adalah para hamba yang dimuliakan, terhadap melihat Allah
kelak dakhirat bagi orang mukmin, terhadap para utusan, sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang benar dalam setiap apa yang mereka sampaikan dari
Allah, dan terhadap ba’ats dari kubur.
Sebagian ulama’ mengatakan, barang siapa yang dimasa kecilnya telah mempelajari “Aku percaya terhadap Allah, para malaikat, kitab-kitab, para utusan, hari akhir dan qadar baik dan buruknya dari Allah”, dan dia tahu bahwa itu yang disebut iman, hanya saja dia tidak bisa memperbaik tafsirannya, maka dia tidak dihukumi beriman. Sebagian ulama’ juga mengatakan, iman seseorang diwaktu ya’su, yaitu diwaktu sakaratil maut saat ia melihat tempatnya di surga dan neraka imannya tidak diterima. Sesungguhnya seorang hamba pada waktu itu akan melihat tempatnya, sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Nabi saw.:
“Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwasanya
beliau bersabda: Sesungguhnya seorang hamba tidak akan mati hingga ia melihat
tempatnya di surga atau di neraka”.
Lain halnya
dengan taubat orang yang sedang sakaratil maut, taubatnya diterima setelah
imannya sah. Karena ada sebuah keterangan yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:
“Diriwayatkan
dari Ibnu Umar bahwasanya beliau berkata, Rasulullah saw. bersabda: Taubat
seorang hamba yang beriman akan diterima selagi nyawanya belum sampai ke
tenggorokan”.
Ketahuilah
bahwasanya iman terhadap Allah ada tiga macam. Yaitu: Iman taqlidy, iman
tahqiqy dan iman istidlaly.
Iman Taqlidy
: Seseorang ber-i’tiqad (berkeyakinan) terhadap ke-esa-an Allah dengan cara
mengikuti perkataan ulama’ tanpa mengetahui dalilnya. Iman seperti ini tidak
akan terbebas dari keterombang-ambingan yang disebabkan oleh adanya sesuatu
yang mendatangkan keraguan.
Iman Tahqiqy
: Sebuah bisikan atau kata hati seseorang terhadap ke-esa-an Allah, dengan
sekiranya seandainya penduduk alam berbeda dengannya dalam apa yang telah
dibisikan hatinya, niscaya tidak akan terdapat kegoyahan dihatinya.
Iman
Istidlaly : Seseorang menjadikan dalil atau petunjuk dari sesuatu yang
diciptakan terhadap yang menciptakan, dari suatu bekas terhadap yang menjadikan
bekas. Misalnya, adanya bekas pasti menunjukkan terhadap adanya yang
membekaskan, adanya bangunan tentu menunjukkan adanya yang membangun, adanya
suatu yang diciptakan pasti menandakan terhadap adanya yang menciptakan, dan
adanya ba’roh (kotoran unta) tentu menunjukkan tehadap adanya ba’iir (unta),
karena adanya bekas tanpa adanya yang membekaskan adalah mustahil.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan