Imam Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby
Harun
ar-Rasyid bertanya pada Muhammad Al-Bathal mengenai keherananya tenteng
kejadian di negara roma.
Bathal
menjawab: pada suatu hari aku berjalan di hutan mahkota terpakai dikepalaku,
aku berjalan sambil menundukan kepala, tiba-tiba aku mendengar suara hewan
berderup, aku langsung menoleh ternyata seorang berkuda yang bersenjata lengkap
sedangkan ditanganya ada tombak, dia mendekatiku dan mengucapkan salam, akupun
menjawabnya, lalu dia berkata :”apakah engkau tahu orang yang bernama Bathal?”,
dia menjawab:”akulah Bathal”, lantas ia turun dari kudanya dan memeluku serta
mencium kakiku, aku bertanya padanya :”mengapa kamu lakukan demikian?”, dia
menjawab :”aku datang untuk mengabdi kepadamu”. Kemudian aku mengajaknya, tak lama kami bercakap-cakap
tiba-tiba ada empat penungggang kuda, orang itu berkata padaku :”hai temanku,
bolehkan aku maju menghadapi merreka?”, lalu aku mempersilahkanya, lantas
mereka menjauh sesaat , kemudian empat orang itu membunuhnya dan setelah itu
mereka menghadapku dan membawaku , lalu aku berkata pada mereka “jika kalian
ingin menentangku, tunggulah aku sampai mengenakan persenjataan dan kendaraan
temanku”, mereka menjawab:”Boleh”, kemudian aku memakai senjata dan kendaraan
itu, dan aku berkata pada mereka kalian berempat sedangkan aku seorang diri,
ini tidak adil!, majulah salah satu dari kalian untuk melawanku!”, kemudian
salah satu dari mereka keluar juga, lantas aku membunuhnya wahai kholifah
!.lalu datang orang yang kedua akupun membunuhnya, demikian halnya ketika
datang orang yang ketiga, ketika datang yang keempat aku tak henti-henti
berseteru dengan tombak sampai-sampai tombaku dan tombaknya pecah lantas kami
turun dari kendaraan dia langsung mengambil perisai dan pedangnya akupun
mengambil perisai dan pedangku, tak henti-hentinya sampai-sampai perisai dan
pedang kami pecah, tali pedangku dan pedangnya putus sehingga pedang jatuh ke
tanah, kemudian kami bergulat sampai sore dan matahari tenggelam aku dan dia
tidak mengalah, aku lantas berkata kepadanya:”hai kawan aku sungguh telah
kehilangan kesempatan sholat hari ini”<dia menjawab:”aku juga sperti itu”,
karena dia seorang uskup, aku berkata padanya:”apakah engkau akan pergi sampai
pertarungan kita selesai atau kita istirahat semalam dan kita lanjutkan besok
pagi”,dia menjawab :”boleh” lantas aku beribadah pada Alloh dan melaksanakan
sholat, dia juga melakukan rutinitasnya.
Ketika
mulai tidur dia berkata padaku:”kau orang arab padamu ada ghodar
dan di telingaku ada dua lonceng yang slah satunya di kaitkan di telingamu
dan kepalamu diletakan di atas badanku, jika kamu bergerak maka loncengmu akan
berbunyi dan aku akan bangun “, kukatakan padanya:”lakukan hal ini”. Kami tidur
dalam keadaan seperti itu, ketika pagi datang akupun sholat, kemudian kami
bergulat dan aku mengulatinya, duduk diatas dadanya dan menginginkan
menyembelihnya, dia berkata padaku :”lepaskan aku kali ini saja”.
Akupun
membolehkanya, kemudian kami bergulat yang kedua kalinya, kakiku tergelincir
dan dia menindihi, menduduki dadaku akan menyembelihku, aku berkata
padanya:”aku sudah pernah membebaskanmu apakah kamu tak akan membebaskanku?”,
dia menjawab:”boleh”. Kemudian kami bergulat yang ketiga kalinya, hatiku remuk(اثكسر قلبى), dan dia menindihi, menduduki dadaku, aku
katakan padanya :”satu-satu, kumohon lepaskan aku kali ini”, diapun
membolehkanku. Kami bergulat lagi untuk yang ke empat kalinya, dan diapun
menang lagi seraya berkata:”sekarang kamu tahu hai Bathal aku akan
menyembelihmu dan kamu akan mencium tanah roma”. Aku berkata padanya :”tidak,
jika Alloh menhendaki”, dia berkata :”mohonlah pada tuhanmu untuk mencegahku
dan mengangkat pisau yang kugunakan untuk menyembelih”. Kemudian hiduplah
temanku yang telah terbunuh hai Amirul Mu’minin, ia mengangkat pedang dan
menghantamkan pada kepala uskup itu sembari membaca :
"ولاتحسبن الذين قتلوا فى سبيل الله أمواتا،الاية"
Tiada ulasan:
Catat Ulasan