Imam Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby
Di kisahkan dulu, di zaman
bani israil terdapatlah seorang hamba yang soleh yang menyendiri beribadah
kepada Allah di sebuah tempat ibadah tua.
Pemimpin desa tersebut
mendatanginya setiap hari pada waktu pagi dan sore hari. Dengan begitu banyak
sekali orang yang membencinya. Kemudian mereka bersepakat untuk menggodanya
dengan mengirimkan wanita penggoda yang paling cantik di zamannya.
Suatu malam, wanita
penggoda datang kepada hamba Allah tadi dan berteriak
“ Wahai hamba Allah yang
paling taat beribadah dibanding dengan manusia dan jin!! Aku bertanya kepadamu
demi Allah Zat yang Maha Esa, Maha Pemberi, demi Nabi Musa ibn maryam, dan demi
Nabi Muhammad yang diutus di akhir zaman akankah kamu akan selamat dari
godaanku malam ini, yakni ; dapatkah kamu mengalahkan semua bujukan syetan??”
kemudian malam menjadi gelap, desa….
Pada waktu wanita pelacur
berada di tempat ibadah hamba soleh, ia menyibakkan pakaian di hadapannya,
berdiri telanjang bulat, seluruh tubuhnya terlihat oleh hamba tadi.
Si hamba lalu memejamkan
matanya dan menjaga dirinya dari perempuan tadi sambil berkata:
“ apakah kamu tidak malu
terhadap Zat yang melihatmu, mengetahui segala yang kaulakukan secara rahasia
maupun terang-terangan??
Perempuan tadi menjawab “
kamu harus merasakan kecantikanku dan kemolekanku! Si hamba menyahutnya
“ celaka kamu….! Apakah
kamu menerima ( sabar ) , merasakan kenikmatan sekejap sedangkan api
menyala-nyala menghampiri badan, dan menghapus ibadahku yang telah aku lakukan
selama bertahun-tahun.
Perempuan tadi menggodanya
lagi, lalu si hamba berkata
“ perhatikan api kecil itu
lentera itu dpenuhi minyak tanah, dan dimasuki tali sumbu, si perempuan tetap
memperhatikan ke arah lentera itu.
Kemudian si hamba memasukkan jempol tangannya ke dalam nyala api,
lama-kelamaan nyala api itu menjalar ke jari telunjuknya si hamba belum juga
menarik tangannya sampai-sampai telapak tangannya terkena sengatan api kecil
itu, sambil berkata:
“ ini adalah api dunia,
bagaimana dengan api neraka nanti ? “
Perempuan tadi menjerit
dengan kerasnya dan mati seketika. Si hamba bingung dengan keadaan ini, ia
menutupi perempuan tadi dengan pakaiannya dan berajak untuk melakukan shalat.
Si iblis tahu akan keadaan
itu lalu berteriak di keramaian kota “ sungguh si fulan yang taat beribadah
telah zina dengan si fulanah, kemudian ia membunuhnya di suraunya.
Pemimpin negara mendengar
kabar si iblis tadi, lalu bergegas menemui si hamba tadi untuk menanyakan
berita itu, si hambapun menjawabnya dengan jujur.
Beliau bertanya “ dimana si
fulanah”? ia di sisiku “ jawab si hamba.
Katakan kepada si fulanah
supaya ia menemuiku sekarang juga! “ si hamba mejawab ; ia sudah mati.
Sang amir menduga bahwa apa
yang telah ia dengar itu benar, lalu beliau berkata lagi :
“ wahai sang zayid…! Kamu
bertahun-tahun tekun beribadah kepada Allah, kenapa kamu tidak takut terhadap
alam ghaib dan alam syahadah ( persaksian ), mengapa ibadahmu tadi kamu jual
dengan membunuh hambaNya, tidakkah kamu merasa takut apa yang telah kamu akukan ini besrta akibatnya??
Si hamba tadi tertegun atas
ucapan sang amir yang hebat ini, ia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Lalu
sang amir memerintahkan untuk merobohkan suraunya, memborgol tangannya dengan
rantai, dan meyeretnya ke tempat penyiksaan.
Sedangkan perempuan tadi
dibawa oleh tentera sang amir dengan ditaruh di atas papan kayu. Sang amir
memerintahkan supaya abid tadi di salib, diperlakukan seperti kebiasaan orang
yang telah melakukan perzinaan di negara itu, tidak ada yang boleh menolongnya,
mencegah dan atau memintakan keringanan siksa baginya.
Ketika gergaji telah
diletakkan leher si abid, ia mengaduh dan berkata dengan lesan dan hatinya
“ wahai zat yang mengetahui
segala rahasia” tiba-tiba ia mendengar seruan “ berhentilah meminta kepadaku,
penduduk langitku menangis atasmu, sungguh…! Aku adalah zat yang memperhatikan
apa yang telah kamu lakukan dalam situasi apapun, andai saja kamu mengaduh lagi
niscaya langit pun mengaduh.
Setelah itu Allah
mengembalikan ruh perempuan tadi pada jasadnya, perempuan tadi berteriak:
“ Demi Allah, ia adalah
orang yang terzalimi, ia tidak zina denganku, sekarang ini aku masih perawan.
Perempuan tadi lalu
menceritakan apa yang dilakukan si abid dengan tangannya, lalu mereka
membuktikan cerita itu dengan melihat tangan si abid dan ternyata yang dilihat
oleh mereka sesuai dengan yang telah diceritakan oleh perempuan tadi.
Sang amir menyesal atas perbuatannya
kepada sang abid, beliau berkata “ ini adalah peristiwa yang sangat besar”
Si abid menghela nafas
terakhir kalinya , mati.
Mereka memakamkannya
bersama perempuan tadi setelah perempuan
tadi mati yang kedua kalinya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan