Imam Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby
Pada zaman kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, ada seorang hamba sahaya yang melakukan pencurian. Kemudian ia dilaporkan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib.
“Apakah benar engkau telah mencuri?”
tanya sang khalifah.
“Benar, ya Amirul Mukminin,” jawab
orang itu.
Pertanyaan itu diulang-ulang oleh
Ali bin Abi Thalib hingga tiga kali. Namun orang itu tetap meyakinkan sang
khalifah dengan jawabannya. Khalifah Ali pun langsung memerintah orang tersebut
untuk dipotong tangan.
Usai menjalani hukuman, orang itu
keluar sambil menenteng tangannya yang telah terpotong.
Di tengah perjalanan, orang tersebut
berjumpa dengan Salman Al Farisi.
“Siapa yang memotong tanganmu?”
Tanya Salman.
Orang itu menjawab, “Tanganku
dipotong oleh pembela agama, menantu Rasul, suami Fathimah, dan putra paman
Rasul, Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib.
“Tanganmu telah dipotongnya, namun
mengapa engkau masih saja memujinya?” tanya Salman penasaran.
“Ya, karena dengan memotong satu
tanganku, ia telah menyelamatkanku dari siksa yang amat pedih di akhirat
nanti,” (Dalam riwayat lain dikatakan “sungguh aku mencintai amirul mukminini,
Ali Bin Abi Thalib. Bagaimana mungkin aku benci kepadanya, sedangkan ia telah
menyelamatkanku dari azab di akhirat”)
Kemudian Salman memberitahu ucapan
orang kepada Ali bin Abi Thalib. Orang tersebut kemudian dipanggil untuk
kembali menghadap sang khalifah.
Saat orang itu datang untuk
menghadap, khalifah meletakkan tangan yang terpotong tadi kepada tempatnya.
Lalu ditutupnya sambungan tangan tersebut dengan kain, kemudian ia berdoa
kepada Allah Swt.
Ajaib, dengan kuasa Allah tangan itu
kembali utuh seperti semula.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan