Imam Ahmad Syihabuddin Bin Salamah Al-Qulyuby
Syeikh Abu Yusuf
Ya’qub bin Yusuf bercerita : Aku punya
teman seorang wira’i dan bertakwa tetapi dia terkenal dihadapan orang sebagai
orang faseq dan tercela, dia berpakaian layaknya orang jelek dan berotak licik.
Dia bertawaf
bersamaku selama sepuluh tahun dia berpuasa sehari dan berbuka sehari (ndawud)
sedangkan aku berpuasa tiap hari, dia berkata padaku :
”Puasamu tidak
mendapat pahala karena kamu telah membiasakanya padahal puasa sepuluh
zdulhijjah lebih sempurna. Ketika di gurun kemudian dia masuk bersamaku dan
menetap di sana sementara waktu, kemudian dia meninggal sedangkan aku dan dia
berada di reruntuhan yang tidak ada orang satupun.
Aku keluar dari
sana untuk mencari kain kafan dan balsem sementara itu orang-orang membicarakan
tentang kematianya dan mereka mendatangi jenazahnya dan mensholatinya dan mereka
berkata:
“Telah mati seorang
zuhud yang termasuk wali Allah, aku membelikanya kain kafan dan balsem , ketika
aku kembali aku tak kuasa untuk sampai ke tempat reruntuhan dikarenakan
banyaknya orang, aku berkata ”Mahasuci Allah yang telah memberi tahu orang-orang
tentang kematian ini sampai-sampai mereka mendatangi jenazah dan menshalatinya
dan mereka menangisinya”.
Kemudian aku masuk ke
tempat itu setelah mengalami kesulitan. Ternyata dia sudah berkafan yang mana
tidak pernah ada semisal ini yang ditulis dengan warna hijau :
”Ini adalah balasan
bagi orang yang mendapat ridha Allah dan dia merindukan perjumpaan denga Ku dan
aku merindukan perjumpaan denganya”.
Kemudian kami menshalati
dan menguburkanya di pemakaman kaum muslimin. Aku merasa ngantuk lantas
tertidur, dalam mimpi aku melihatnya sedang menaiki kuda hijau dan dia
berpakaian warna hijau, di genggaman tanganya terdapat panji sedangkan di belakangnya
ada pemuda yang tampan wajahnya dan berbau harum yang mana di belakangnya ada
dua orang tua dan yang di belakang mereka berdua terdapat seorang tua dan
seorang pemuda.
Akupun bertanya
padanya :”Siapa mereka ?”, dia menjawab :”Pemuda itu adalah nabi kita Muhammad
s.a.w dan dua orang tua itu adalah sahabat Abu bakar as-siddiq dan umar bin khattab
sedangkan seorang tua dan seorang muda itu adalah Ustman bin Affan dan ‘Ali bin
Abi Talib dan akulah yang memegang panji di antara mereka”.
Aku bertanya:”Ke mana
mereka akan pergi?”, dia berkata “Mereka akan mengunjungiku”, akupun bertannya
kepadanya:”Apa sebab engkau mendapatkan karomah ini ?”, dia menjawab:
”Akibat Allah
meridhai puasaku di hari kesepuluh Zulhijjah. Aku terbangun dan tidurku dan
sejak itu aku tidak pernah meninggalkan puasa itu selama hidupku.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan