SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Sahabtku! Takutlah terhadap sikap bangga dengan amal perbuatanmu, yaitu sikap merasa telah berbuat banyak untuk Tuhanmu, karena engkau akan dibenci oleh Allah lantaran bersikap demikian. Ketahuilah bahwa amal perbuatanmu itu tidak sebanding dengan kewajiban bersyukur atas satu nikmat ssaja di antara nikmat-nikmat Allah, bahkan satu nikmat saja dapat menghabiskan seluruh perbuatanmu.
Padahal
nikmat itu banyak sekali, dan engkau dituntut untuk mensyukurinya. Nah,
bagaimana pendapatmu tentang hal ini? Seluruh amal kebajikan merupakan nikmat dari
Allah kepadamu yang selalu diperbarui, karenanya, kapan kamu sempat
mensyukurinya? Jika engkau bersyukur, sesungguhnya engkau ditnut untuk
mensyukuri terhasdap nikmat yang selalu bertambah itu. Lagi pula, seandainya
bukan karena Ilham-Nya kepadamu untuk bersyukur, tentu engkau tidak mau
bersyukur dan tidak mengarah ke sana selama-lamanya.
Seandainya
engkau mengetahui keagungan Allah, kebessaran dan ketinggian-Nya, yang Dia
memang berhak untuk itu, tentu engkau merasa malu untuk menyebut amal
perbuatanmu. Jika engkau mengetahui kemurahan Allah SWT. Serta kenikmatan-Nya,
tentu engkau akan menganggap tidak berarti perbuatan selurh makhluk
dibandingkan satu nikmat saja, serta akan merasa khawatir terhadap nikmat
lainnya yang akan dituntut kesyukurannya. Oleh karena itu bagaimana engkau
berani menganggap telah berbuat banyak dalam hal amal yang penuh dengan cacat?
Dan bagaimana merasa bangga dengan perbuatan sendiri yang merupakan karunia
dari Allah SWT?Bahkan berasal dari-Nya jua seluruh karunia dalam agama, yang
sangat banyak untuk dibilang dan dihitung, tiada yang mampu mengetahuinya
selain Pemberinya.
Wahai
orang yang lalai dalam bersyukur, sebaiknya dirimu bersikap malu bila
menyebut-nyebut amal perbuatanmu. Wahai orang yang lengah terhadap hak-hak
Allah, hendaknya dirimu merasa takut dan khawatir karena telah menyia-nyiakan
banyak sekali di antara perkara-perkara dari Tuhanmu SWT!
Sesungguhnya
orang yang berakal dan berilmu, ketika menghadapi kelalaian itu ia merasa
gelisah dan amat sibuk menolak perasaan bangga dengan amal perbuatannya. Ingat,
mohonlah bantuan untuk melenyapkan kebanggan itu dengan merendahkan nilai amal
perbuatanmu. Ingatlah! Pertolongan Allah terhadapmu, dan minta tolonglah dengan
ilmu terhadap Allah SWT. Juga mintalah bantuan dengan rasa takut akan
kehilangan nikmatmu ketika mengabaikan kesyukuran.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan