SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Saudara-saudaraku!
Jika orang lain hanya menghadirkan jasad mereka ketika melaksanakan shalat dan
hanya berlaku khusyuk dengan anggota tubuh, sedang hati mereka lalai dari
Tuhan-nya, ingat! Hati-hatilah kepada Allah; hadirkanlah hatimu bersama jasadmu
dan berdirilah menghadap Allah SWT bagaikan seorang hamba yang sedang berdiri
di hadapan majikannya, yang diliputi oleh suana khusyuk, segan, tenang, serta
penuh takzim.
Seringkali
sebagian kami menghormati sebagian yang lain, dan berbicara lemah lembut kepada
mereka dengan tutur kata penuh hormat dan malu atau berharapharap atau merasa
cemas. Kalau begitu, wahai manusia, bukankah Allah SWT lebih utama untuk
dihadapi dengan penuh rasa tkazim dan malu? Atau, apakah memang kalian bodoh
terhadap karunia Allah atas hamba-hamba-Nya? Kalau begitu, kenapa engkau tidak
mengagungkan Yang Maha Perkasa dengan keagungan yang jauh lebih besar daripada
semua makhluk? Lalu, tidak kurang pentingnya daripada itu pula, yaitu engkau
harus menyimak penuh perhatian terhadap Kalam Allah SWT sebagaimana engkau
memperhatikan pembicaraan orang yang kau hormati. Hal demikian agar Tuhan tidak
menjadi lebih rendah di matamu daripada makhluk-Nya, Maha Suci Allah dari hal
demikian. Ingat, berhati-hatilah kepada Allah SWT.
Kemudian
daripada itu, wahai saudara-saudaraku! Kenalilah kedudukan Dzat yang kau hadapi
itu! Diriwayatkan dari salah seorang tokoh ilmu pengetahuan tentang firman
Allah yang berbunyi :“Berdirilah karena Allah (dlaam shalatmu) dengan khusyuk
(QS. Al-Baqarah : 238), Ia berkomentar : “Qunut” dalam ayat tersebut khusyuk di
kala rukuk dan sujud, menahan pandangan, serta merendahkan diri karena takut
kepada Allah SWT.”
Para
Ulama, apabila mereka berdiri untuk melakukan shalat, mereka merasa segan untuk
menoleh, atau melakukan kesia-siaan dengan apapun, atau berbicara kepada diri
sendiri tentang sesuatu di antara urusan dunia, keccuali bila lupa.
Salah
seorang ahli ilmu berkata : “Shalat dua rakaat yang dilakukan dengan ringan
(sebentar) dan diniatkan untuk berfikir, lebih baik daripada sjalat malam
dengan hati dalam keadaan lalai.”Yang lain berkata : Sesungguhnya sekelompook
orang yang menunaikan shalat yang sama tetapi mereka memiliki keutamaan yang
berbeda bagaikan perbedaan antara langit dan bumi. Salah seorang diantara
mereka shalat dengan khusyuk serta menghadap kepada Allah SWT, sedangkan yang
lain lalai.”
Telah
sampai kepada kami sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa, jika seseorang
berdiri untuk menunaikan shalat dan mengucapkan Allahu Akbar setan
mendatanginya dan berkata kepadanya : Ingatlah ini, ingatlah itu. Ia
menyebutkan keperluan-keperluannya, menfitnahnya, serta membisikan
kesibukannya. Lalu Malaikat berkata kepadanya : Pusatkan perhatian terhadap
shalatmu. Malaikat itu memanggil melalui telinga kanan dan setan menyerunya
melalui telinga kiri, sedang hatinya berada di antara dua seruan itu. Maka jika
ia taat kepada Malaikat, malaikat itu akan memukul setan dengan sayapnya dan
mengusirnya. Namun jika ia taat kepada setan.
Malikat
berkata : Celaka! Celaka! Seandainya engkau menuruti kataku, tentu tidaklah
engkau berdiri untuk melaksanakan shalat melainkan Allah mengampunimu untuk
setiap dosa.”Kemudian telah sampai pula kepada kami cerita lain yang
menyebutkan bahwa hamba tidak mendapatkan sesuatu dari shalatnya kecuali apa
yang ia pahami darinya.
Di antara
salah seorang khalifah ada yang berkata : “Apabila salah seorang di antaramu
berada dalam shalat, hendaklah ia menjadikan shalat itu sebagai tujuannya serta
memusatkan perhatian kepadanya, dan janganlah kalian seperti kuda yang
dikepalanya terdapat keranjang kosong yang diangkat dn diturunkannya padahal
tidak ada apa-apa di dalamnya.” Ingat, jadilah engkau takut terhadap sikap
menganggap ringan urusan Allah supaya engkau tidak keluar dari setiap shalat
dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah melindungi kita semua dari kerugian semacam
itu.
Nah
inilah perbedaan di antara dua orang, salah satunya bila ia mendirikan shalat,
jasad bersama hatinya lali dari Allah SWT, sedang yang lain, hatinya hadir
bersama jasadnya dalam keadaan takut kepada Allah SWT. Ingat, berhati-hatilah
kepada Allah SWT.
Saudaraku!
Berusaha keraslah untuk menghadirkan hatimu dalam shalat dan janganlah kamu
terperdaya oleh wakil-wakil setan. Sebab, mereka hanya menghadirkan jasad-jasad
mereka tatkala shalat namun hati mereka terbuai oleh geemerlapnya dunia serta
angan-angannya, lalu mereka mencari-ceri alasan utuk diri mereka. Mereka
menduga bahwa para sahabat pilihan pun pernah lengah dalam shalat mereka,
dengan tujuan untuk memperoleh pembenaran atas kelalaian mereka dari mengingat
Allah SWT, sekalipun dalam hal ini mereka harus mengumpat orang-orang pilihan.
Ketahuilah
wahai kaum! Sesungguhnya para sahabat itu, apabila mereka dicoba dengan
kelalaian, mereka menganggap besar masalah itu, mereka khawatir terhadapnya dan
tidak rela dengan kenyataan seperti itu yang menimmpa diri mereka.
Telah
sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Mencela orang-orang yang lalai dalam
shalatnya, maka peringatan inilah yang sangat menakutkan mereka sehingga
berusaha untuk menutupi kelalaian itu dengan kembali kepada ingatan semula.
Mereka berjuang keras menghadirkan hati, memahami tentang Allah SWT, merasa
takut kepada-Nya, serta tidak pernah mencari-cari alasan untuk menutupi
kesalahan tersebut seperti yang kamu lakukan dengan berdalih atas kelaian
mereka.
Kemudain,
apakah kamu juga mengira-ngira kelalaian sahabt dan pikiran yang terlintas
dalam shalat mereka sama dengan kelalaian dan pikiran yang terlintas dalam
pikiranmu yang selalu membayangkan kesibukan berbisnis, berdebat,
berangan-angan dan berandai-andai itu? Dan jika memang kalian berprasangka
demikian terhadap mereka, sungguh kalian telah berburuk sangka kepada mereka
dan ini berarti kalian melecehkan dengan diri kalian. Apalagi jika kalian
mengira bahwa kelalaianmu dalam shalat tidak seberapa bila dibandingkan dengan
kelalaian pra sahabat.
Sungguh
kalian telah menganggap baik diri sendiri dan mengangkatnya kepada tingkatan
para wali, maka alangkah buruknya godaan jiwa terhadap kalian itu! Tidakkah
pernah sampai kepada kalian bahwa di antara tabi’in ada yang berkata : “Kami
mendapatkan bisikan ketika shalat.” Kemudian yang lainnya menimpali : “Aku juga
mendapatkan itu.” Lalu ada yang bertanya : “Apa yang anda dapatkan itu?” Ia
menjawab : Aku mendapatkan bisikan yang mengingatkan surga dan neraka! Sedang
aku se akan-akan berdiri di hadapan Tuhanku.” Yang lain berkata : “Kami
mendapatkan bisikan yang mengingatkan dunia dan kebutuhannya.” Lantas yang
pertama mnimpali : “Anddai aku jatuh dari langit ke bumi, hal ini lebih aku
sukai daripada Allah mengetahui bisikan-bisikan tadi dari hatiku.”
Nah,
demikianlah keadaan orang-orang pilihan tersebut.
Wahai
kaum penempuh jalan kebenaran, renungkanlah apa yang telah diperbuat oleh setan
untuk mencelakakanmu ketika ia berusaha untuk menjadikan hatimu lalai dari
mengingat Allah SWT, dalam shalat, lalu dia memperindah untukmu bentuk dalih
dengan mengatasnamakan kelalaian orang-orang suci. Celakalah engkau, seandainya
engkau kembali menghina diri sendiri tatkala lalai itu, kemudian mengakui
keburukan dan kesalahan pribadi, tentu hal demikian untuk kalian akan lebih
dekat kepada ampunan daripada mencari-cari alasan dengan menyebut-nyebut
kelengahan orang-orang lain yang lebih suci. Kenapa engkau tidak menganggap
besar kesalahanmu saja sebagaimana para sahabat menganggap berat kelalaian
mereka.
Telah
sampai kepada kami bahwa slah seorang sahabat melaksanakan shalat di kebun
kormanya. Maka ia pun disibukan oleh pikiran tentang kebunya itu sehingga ia
lupa dalam shalat, latas ia pun menganggap besar hal itu dan meratap : Aku
telah terkena fitnah dalam hartaku.”Kemudian ia menyedekahkan buah kormanya itu
di jalan Allah hingga nilainya mencapai lima puluh ribu dirham.
Nah,
siapa di antara kalian yang pernah mengaanggap besar kelalaiannya dalam shalat
dan bersedekah untuk menutupinya dengan setumpuk harta? Ah, kau! Tidakkah
kalian merasa malu dengan pembadingan kalian itu sehingga berani berkata :
“Kalian menyerupakan mereka dengan diri kalian! Wahai kaum, alangkah buruknya
qiyas itu dan alangkah mentahnya alasanmu itu?
Tidakkah
lebih baik bila kalian mau meneladani kehusukan umat-umat pilihan itu dan
mencoba mereka dalam mengagungkan urusan Allah SWT. Telah sampai kepada kami
bahwa sebagian mereka, ketika shalat, bagaikan pakaian yang tergeletak, di
antara mereka ada yang laksana kayu kering, ada yang selalu merasa gentar dan
berubah warna karena berdiri di hadapan Allah SWT, ada lagi yang tidak bisa
mengenal orang yang di sebelah kiri maupun kanannya, dan ada pula apabila ia
berdiri untuk shalat seolah-olah ia tonggak kayu yang menacap saking
khusyuknya.
Ada
sebuah cerita tentang ‘Ali bin Abi Thalib ra. Bahwa apabila ia berwudhu
terlihat perubahan warna di mukanya menjadi pucat. Lalu ditanyakan kepadanya :
“Wahai Amir al Mu’minin, kami perhatikan bila engkau berwudhu berubahlah
keadaanmu?” Ia menjawab : “Aku sadar dihadapan siapa aku akan berdiri
menghadap?” Demikian juga halnya dengan seorang tabi’in, apabila ia hendak
shalat berubahlah roman mukanya, dan ia berkata : “Tidakkah kalian tahu di
hadapan siapa aku berdiri?” Kepada siapa aku bermunajat?” Nah, siapa di anatara
kalian, karena Allah, bisa mengalami haibah (Ketakjuban dan ketakutan dengan
penuh takzim) seperti ini? Kemudian pernah pula sampai kepada kami bahwa di
antara sikap mereka dalam mengagungkan perkara Allah itu, yaitu apabila ia
tidak sempat mengikuti takbir pertama dalam shalat berjamaah, ia berkabung
selama tiga hari karena mengganggap besar urusan itu. Demi Allah, demikiankah
dengan dirimu?
Para
pembaca budiman! Jika anda tidak sempat mendapatkan takbir pertama dalam shalat
berjamaah atau jika anda melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, sungguh,
adakah anda mau berkabung? Justru sebaliknya, jika diantara kalian ditimpa
musibah pada hartanya, maka itulah yang dianggap musibah besar di mata kalian
sehingga kalian saling menghibur dengan musibah dunia itu.
Kalian
meminta pertolongan karenanya, kalian menjadi terhadap takdir dari Allah, dan
mengeluh kepada sesama manusia tentang perbuatan Allah SWT! Tetapi lain halnya,
jika kalian terlewatkan kesempatan untuk beramal baik dan terjerumus kepada
perbuatan dosa, malah tidak pernah terlihat kalian saling menghibur ssatu sama
lain, seakan-akan peristiwa itu bukanlah musibah menurut kalian. Kalau begitu,
sangat jauh bahkan alangkah jauhnya kalian dari kemiripan dengan orang-orang
salaf pilihan tadi! Celakalah kalian, karena telah meninggalkan sikap
meneladani keutamaan orang-orang yang takwa, tetapi berdalih dengan kesalahan
sepele mereka, seakan-akan kesalahan dan kelalaian kalian sama dengan kesalahan
dan kelalaian mereka. Sungguh kalian telah berbohong, wahai orang-orang lalai.
Ingat, hati-hatilah kepada Allah, tinggalkan sikap mencari-cari alasan dan
dalih yang sangat lemah; berjuang keraslah untuk menhadirkan hati di kala
shalat, memahami tentang Allah SWT, dan menjunjung tinggi urusan-Nya agar kau
tidak keluar dari shalatmu dalam keadaan sia-sia. Semoga Allah menjadikan kita
sekalian di antara orang-orang yang beramal salih yang selalu mersakan haibah
terhadap-Nya. Amin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan