SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Saudaraku!
Apabila orang lain berusaha mencari berbagai jenis kebajikan, saingailah mereka
dalam usaha tersebut, dan jadikanlah bagian tersebut dari keinginan itu untuk
mencari ilmu, karena Wali-wali Allah ialah orang-orang yang merenung, berfikir,
mempertimbangkan dan mengambil pelajaran. Maka, dengan akallah mereka menjadi
suka, takut, zuhud, beralih kepada petunjuk serta meningkat dalam derajat.
Telah
sampai kepada kami bahwa Rasulullah saw. Berkata kepada Ali ra. “Wahai Ali!
Apabila orang lain berusaha mengerjakan berbagai macam kebajikan untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, hendaklah engkau berusaha mencari
berbagai macam ilmu, niscaya engkau akan melebihi mereka dalam keakraban,
kedekatan serta derajat di dunia dan akhirat.” Dalam hadis yang lain Rasulullah
saw. Bersabda : “Allah tidak menerima shalat seorang hamba, tidak pula
puasanya, hajinya, umrahnya, sedekahnya serta jihadnya, juga tidak sesuatu yang
lain di antara macam-macam kebajikannya, bila ia tidak berakal.”
Telah
sampa pula kepda kami bahwa ketika Allah SWT menciptakan akal, Allah berkata
kepadanya : “Duduk!” lalu ia duduk. “Berdiri!” Lalu ia pun berdiri.
“Membelakangi!” ia membelakangi. “Menghadap!” ia pun menghadap. “Lihat!” ia
melihat. “Bicara!” ia berbicara. “Diam!” ia pun diam. “Dengar!” ia
mendengarkan. Dan “Pahami!” ia pun memahami. Maka Allah berfirman : “Demi
kemulian-Ku, ketinggian, keagungan, kebesaran dan kekuasaan-Ku atas ciptaan-Ku.
Aku tidak menciptakan sesuatu makhluk yang lebih mulia di sisi Ku, yang lebih
Aku cintai dan lebih utama pada suatu kedudukan, dari pada mu. Karena melalui
mu Aku di kenal, dengan mu Aku disembah dan dipuji. Lantaranmu Aku mengambil
tindakan, melalui mu aku memberi, karena mu Aku menjatuhkan sangsi, untuk mu
pahala dan atas mu siksaan.”
Sungguh,
Allah SWT, telah mengistimewakan akal dengan kemuliaan, memberinya pekara yang
agung dan menjadikan orang-orang yang berakal memiliki ketingian derajat
serta yang paling terhormat di dunia dna akhirat.
Salah
seorang sahabt berkata : “Bertambahnya akalku setiap hari seukuran atom,
lebih aku sukai daripada mematahkan pedang di jalan Allah dengan jiwaku,
hartaku, serta pemberianku atas dasar kemurahan kepada berbagai macam kebajikan
dan sedekah.” Maka, siapa di antara kalian yang menginginkan ilmu da berusaha
mencari jalan untuk mendapatkannya, ingatlah, bahwa yang paling utama yang
harus di ambil faedah dari akal itu adalah menggunakannya untuk taat kepada
Allah dengan menjalankan kewajiban yang difardhukan kepadamu, dan menghindari
larangan yang diharamkan atasmu. Maka, jika itu telah engkau lakukan,
berarti engkau telah mengambil bagian dari akalmu. Lantaran inilah sebuah
riwayat berbunyi : “Orang yang berakal ialah... yang taat kepada Allah dan tidak
ada akal untuk orang yang berbuat maksiat kepada-Nya.”
Apabila
engkau menghendaki ketinggian dalam tingkatan akal, dan engkau suka kepada
tambahan manfaat dari Allah SWT, jadikanlah dirimu berlainan dengan orang lain
dalam berbuat. Karena manusia mendurhakai Allah justru dengan apa-apa yang
telah dikaruniakan kepada mereka, berupa kesehatan anggota tubuh, serta rizki
yang silih berganti, dan lain sebagainya di antara kenikmatan lahir; sehingga
dengan itu mereka menjadi kuat, kemudian melakukan maksiat kepada Allah SWT.
Saudaraku!
Malulah dirimu bila mendurhakai Allah dengan mempergunakan nikmat-Nya.
Sebaliknya, jadikanlah dirimu oarng yang mulia dan bersyukur, dan gunakan
kenikmatan yang ada di tanganmu untuk kesenangan yang gmerupakan tanda syukur
atas kepercayaan-Nya kepada mu. Maka, demi Tuhan manusia, jika engkau
beristiqomah dan mau menggunakan nikmat Allah untuk mencari keridhaan-Nya,
niscaya engkau akan meningkat dalam derajat akal kepada kemurnian iman,
kemurnian agama dan kebenaran pengenalan akan ke Agungan Allah, kebesaran-Nya,
ketinggian-Nya, dan ke Mahakuasaan-Nya SWT. Niscaya engkau akan meningkat
kepada kejujuran sifat malu kepada Allah SWT, sangat takut kepada Nya dan suka
kepada keridhaan-Nya.
Niscaya
engkau meningkat dalam kesabaran atas bala’ dari Allah, berserah diri kepada
urusan-Nya, ridha terhadap ketentuan-Nya, serta senang terhadap perhatian dan
pilihan-Nya untuk mu. Niscaya engkau akan meningkat dalam kebenaran sikap
takzim kepada-Nya, sikap meninggikan-Nya, percaya kepada-Nya, perhatian
kepada-Nya, berpegang pada-Nya, akrab dengan-Nya, cinta kepada-Nya, serta rindu
kepada-Nya, sesuai dengan pemahamanmu terhadap keagungan-Nya dan
kemahakuasaan-Nya SWT. Itulah derajat yang tertinggi \, sekaligus lebih berat
bobotnya daripada amal ibadah para mujtahid.
Demikianlah
perbedaan keutamaan antara dua orang. Yang satu mengerjakan kebajikan namun ia
memiliki sedikit ilmu tentang manfaat akal. Sedangkan yang lain adalah mencari
kesenagan-kesenangan Tuhan melalui akalnya, dan ia pun meyakini di dalam hati
akan kesesuaian sikapnya dengan Allah dalam hal yang dicintai dan dibenci,
sehingga naiklah ia melalui tingkatan demi tingkatan. Semoga Allah mengaruniai
kita sekalian ilmu yang bermanfaat serta akal yang cerdas. Aamiin.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan