SYEIKH ABU ABDILLAH AL-HARITS BIN ASAD “AL-MUHASIBI”
Saudara-saudara
ku, ketahuilah bahwa pendapat itu banyak sekali dan bidang ilmu pengetahuan itu
tidak terbatas, namun sebaik-baik pendapat ialah yag ditujukan untuk keridhaan
Allah dan seutama-utama ilmu ialah yang diamalkan kerana Allah SWT. Maka perhatikan
apa yang kammu tanyakan dengan telinga yang sigap, dengan fikiran yang
sadar serta dengan hati yang penuh perhatian. Semoga Allah memberikan
taufik kepada kita untuk itu.
Adapun
pertanyaan kalian tentang keadaan orang-orang yang melakukan kebajikan dalam
jumlah yang sama, namun, nilai kebajikan sebagian mereka di sisi Allah lebih
tinggi daripada yang lain dan timbangan amal perbuatannya lebih berat daripada
yang lain, sungguh kalian telah membahas ilmu yang besar dan karakteristik yang
sangat beragam. Ketahuilah, perbedaan di antara hamba-hamba itu jauh sekali.
Berikut akan kugambarkan sebagian di antara keadaan mereka, seraya berharap
karunia dan bimbingan dari Allah SWT.
Sebagian
di antara mereka bisa menjadi lebih unggul daripada yang lain karena ilmu,
kebaikan niat, kejujuran lidah dan kebenaran sikap wara’. Sebab, setiap amal
perbuatan ada batasan-batasan, dan bagi pelakunya ada persyaratan-persyaratan
yang harus di penuhi.
Seorang
hamba, bila ia tidak mengetahui batasan amal perbuatan dan etika dalam
beragama, tentu perbuatannya tidak mengarah untuk mencari keridhaan Allah SWT,
dan tidak pula untuk memenuhi kebenaran dalam amalnya, juga tidak dalam
niatnya. Kemudian pula keadaan bila ia tidak mengenali penyakit-penyakit jiwa
dan tipu daya setan, tentu ia tidak berhati-hati dalam perbuatannya, dan juga
tidak mengetahui betul cara untuk memelihara diri dari musuh-musuh agamanya,
padahal nafsu dan musuhnya selalu memperindah urusan dunia di depan matanya
daripada urusan akhirat.
Kedua-duanya
selalu menjadikan dia tertarik pada hal-hal yang sesuai dengan keinginan rendah
jiwanya; kepada hal yang dibuat indah di mata manusia tetapi menyebabkan aib
baginya di mata Tuhan SWT, sedangkan hamba tersebut senantiasa tunduk kepada
keduanya. Hal demikian terjadi padanya karena pandangannya telah tertutup
sehingga tidak mampu lagi mengenali tipu daya ke dua musuhnya itu. Akhirnya ia
pun berbuat kebajikan dengan ilmu yang serba minim serta pemikiran yang lemah.
Kadang kala ia memang tidak tahu dan kadang tidak mengenal; ada kalanya malah
merugikannya dan kadang ia tidak mendapatkan apa-apa.
Tipe
orang semacam ini, meskipun banyak melakukan amalan sunnah, namun ia hanya
mendapatkan bobot timbangan yang ringan, jauh lebih rendah derajatnya daripada
orang-orang yang berpengatahuan.
Sedangkan
yang lan, ia diberi akal dan pengetahuan sehingga serasilah keadaannya. Ia
melawan hawa nafsunya, berjuang melawan musuhnya, meletakan sesuatu berdasarkan
ilmu pada tempatnya, memberlakukan segala perkatra secara proposiona, dan
mencari keradhaan Allah melalui perbuatan terpuji. Ia menahan diri dari hal-hal
yang masih samar dalam pandangannya, mencari ilmu untuk diamalkan, memlihih
kebajikan dengan niat utama dan kemauan yang tinggi lagi sangat serasi
dengan kecintaan Allah SWT. Ia menjadikan niat yang paling benar sebagai dasar,
dan di atasnya ia membangun amalan kebajikan.
Ia jaga
dirinya dari riya dan ia rahasiakan kehidupannya di mata orang lain. Tipe orang
semacam ini, meskipun sedikit amalan sunnahnya, merupakan yang terberat dan
tertinggi nilainya, sehingga amal perbuatannya yang sedikit itu akhirnya
menjadi banyak juga.
Berikut
aku akan menggambarkan suatu karunia dari Allah sekaligus sebagai substansi
dari pekerti, kebaikan hati dan pencaian akan keridhaan Allah. Oleh karena itu,
maka yakinilah ia di dalam rahasia-rahasia hati, dan jadikanlah ia pondasi,
lalu dirikan di atasnya perbuatan kebajikan, karena di sanalah terletak
keteguhan serta keutamaan yang agung.
Namun
lantaran ini pula akan diambil tindakan atas seseorang untuk setiap
penyimpangan yang sumbernya dari dalam dada. Dan karunia tersebut adalah
seperti yang terungkap melalui beberapa riwayat berikut ini.
Di
antaranya, telah sampai kepada kami bahwa, salah seorang yang memilikiilmu
berkata :“Telah keluar dari bawah ‘Arsy lembaran-lembaran putih dan itu adalah
niat-niat.” Seorang ahli ilmu lainnya berkata : Pelajarilah niat karena ia
lebih penting daripada perbuatan.” Dikatakan :“Niat orang beriman lebih baik
daripada amalnya, dan bagi setiap orang sesuai dengan apa yang ia niatkan.”(Al
Bukhari)
Dalam
Firman Allah SWT yang berbunyi : “Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya
masing-masing ( QS. Al-Isra’ : 84), Ahli tafsir berkata : “Para malaikat naik
dengan membawa amal seorang hamba di antara hamba-hamba Allah dan mereka
menganggapnya sedikit. Mereka menghinanya sedemikian rupa hingga perjalanan
merek berakhir bersamanya pada suatu tempat sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Allah SWT. Lalu Allah SWT mewahyukan kepada mereka : “Kalaian adalah penjaga
atas amalan hamba-Ku, sedang Aku mengawasi apa yang ada di dalam dirinya, maka
lipatgandakanlah untuknya dan catatlah pada “Illiyyin (kitab yang tertulis).
Seorang
tokoh berkata : “Allah SWT akan memberikan kepada hamba berdasarkan niat
sessuatu yang tidak diberikan berdasarkan perbuatan.” Benar, karena niat itu
bersih tidak riya’, sedangkan perbuatan sering dicemari oleh riya’.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan