(RUJUKAN LENGKAP
ILMU TASAWWUF)
Tulisan Abu Nashr
Abdullah bin Ali as-Sarraj ath-Thusi yang diberi gelar Thawus al-Fuqara' (Si Burung Merak orang-orang fakir Sufi)
Syekh Abu
Nashr as-Sarraj -- rahimahullah -- berkata: Kaum Sufi juga memiliki ciri khas
yang berbeda dengan tingkatan orang-orang berilmu,dalam menggunakan ayat-ayat
dari kitab ALLAH SWT.yang dibaca dan Hadis Rasulullah.saw.yang diriwayatkan.Tidak
ada satu ayat pun yang menyalin atau Hadis maupun Atsar yang menghilangkan
hukum yang menganjurkan keutamaan akhlak,membahas tentang kemuliaan berbagai
kondisi spiritual dan keutamaan amal,menceritakan tentang berbagai kedudukan
spiritual (maqam) yang tinggi
dalam agama,dan posisi-posisi terhormat yang hanya dikhususkan untuk kelompok
orang-orang mukmin.Dimana para Sahabat dan Tabi'in selalu bergantung pada
akhlak-alkhlak tersebut.Dan itulah etikan dan sopan santun Rasulullah.saw.,dan
akhlak beliau yang mulia.Sebab Rasulullah.saw.bersabda:
"Sesungguhnya
Allah telah membina mental (akhlak)
ku,kemudian Dia membinanya dengan sangat baik." (Hr. Al-Askari dari Ali
r.a )
Disamping
itu ALLAH SWT.juga telah menegaskan dalam firman-Nya:
Dan
sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (Q.s.
Al-Qalam:4)
Semua itu
tertera dalam dokumen dan kitab-kitab para ulama dan ahli fiqih.Sementara
pemahaman mereka dalam mengambil kesimpulan dan penggalian hukum berbeda dengan
para Sufi dalam memahami ilmu-ilmu yang lain.Sedangkan orang-orang berilmu yang
menegakkan keadilan,selain para Sufi tidak memiliki bagian tersebut,kecuali
mereka harus mengakui dan mempercayai,bahwa hal itu benar.Hal-hal tersebut
adalah seperti hakikat tobat dan sifat-sifatnya,derajat orang-orang yang
bertobat dan hakikatnya,masalah-masalah (wara')
yang sulit dipahami dan kondisi orang-orang yang wara' (jaga diri dari syubhat),
tingkatan orang-orang yang bertawakal,kedudukan orang-orang yang ridha dan
derajat orang-orang yang sabar.Demikian pula dalam masalah kekhusyu'an,merendah
dihadapan Allah swt.dan takut ancaman siksa-Nya,cinta (mahabbah) dan takut (khauf),penuh
harap (raja') dan rindu
(syauq),kesaksian hati nurani dengan penuh hadir (musyahadah),kembali dan bertobat dari berbuat maksiat (inabah) dan ketenangan (thuma'ninah).
"Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar beriman adalah mereka
yang apabila disebutkan Nama Allah tergetarlah hatinya." (Q.s.
Al-Anfal:2)
.Demikian pula masalah yakin dan puas dengan apa yang ada (qana'ah).
Sementara masalah kondisi spiritual mereka lebih banyak yang tidak
mungkin bisa dihitung jumlahnya.Dimana setiap kondisi spiritual (hal) terdapat
orang yang ahli dan tingkatan masing-masing.Mereka memiliki berbagai hakikat
dan musyahadah, hal, muraqabah,rahasia hati (asrar),ijtihad,kedudukan (maqam)
dan derajat yang berbeda-beda.Mereka juga memiliki keinginan (iradah) yang
berbeda-beda.Mereka juga tidak sama dalam masalah kuatnya keinginan,menghadang
kekosongan dan memenangkan rasa cinta dan penghayatan hati nurani
(wajd).Masing-masing kondisi spiritual tersebut ada batas dan posisinya,ilmu
dan penjelasannya,sesuai dengan apa yang telah dianugrahkan Allah Azza wa
Jalla.
Dan salah satu nikmat paling agung yang menjadi ciri khas mereka adalah
keberadaan mereka dalam muraqabah secara kontinuitas,dimana ia merupakan
realisasi dari tingkatan ihsan.
(1)
Para Sufi juga memiliki ciri khas dalam mengetahui rasa tamak dan
angan-angan panjang serta masalahnya yang rumit,mengetahui nafsu dan amarahnya
serta gejolak-gejolaknya yang berbahaya, masalah-masalah riya' (pamer) yang
tidak jelas,syahwat yang tersembunyi serta syirik yang samar.Mereka pun
tahu,bagaimana cara menyelamatkan diri dari jeratnya,berlindung diri pada Allah
Azza wa Jalla,berlindung diri kepada Allah dengan sebenarnya,melanggengkan rasa
perlu segala kebutuhan kepada Allah,tunduk dan berserah diri kepada-Nya,serta
membebaskan diri dari adanya usaha dan kekuatan diri sendiri.
(2)
Kaum Sufi juga memiliki kesimpulan-kesimpulan hukum dari berbagai ilmu
yang sulit dipahami oleh para ulama fqih dan ulama yang lain. Karena hal itu
adalah latha'if (hal-hal yang sangat pelik dan lembut) yang terdapat pada
isyarat-isyarat mereka,dimana hal itu tidak bisa jelas bila diungkapkan,karena
sangat samar dan lembutnya.Dan itu adalah dalam kategori berbagai
rintangan,penghalang,berbagai keterikatan dengan makhluk,tabir (hijab)
,rahasia-rahasia hati yang tersembunyi, berbagai kedudukan (maqam)
ikhlas,kondisi spiritual ma'rifat,hakikat penghambaan ('ubudiah), hilangnya
alam bila dibandingkan dengan yang azali,sinarnya makhluk yang huduts (baru)
jika di bandingkan dengan Yang Maha Qadim,hilang (fana)nya penglihatan terhadap
berbagai anugrah.Kekekalan melihat Sang Maha Pemberi akibat hancurnya
penglihatan terhadap pemberian,berlalunya berbagai kondisi dan kedudukan
spiritual, mengumpulkan hal yang beranekaragam,fananya melihat tujuan akibat
kekekalan melihat Dzat yang dituju, berpaling dari melihat pemberian dan tidak
pernah berpaling dari Dzat yang dituju,menceburkan diri dalam menempuh
jalan-jalan yang penuh risiko dan melintasi "padang sahara" yang
penuh bahaya.
Kaum Sufi adalah kaum yang memiliki kekhususan di kalangan orang-orang
berilmu yang menegakkan keadilan dan memecakan berbagai kesulitan yang sulit
diselesaikan.Merekalah yang akan memecahkan persoalan-persoalan sulit yang ada,
dengan cara langsung dan menyerangnya dengan cara mengerahkan jiwa dan
raga,sehingga bisa memberitahukan tentang kelezatan dan cita rasanya,kekurangan
dan kelebihannya.Merekalah yang akan menguak kebohongan orang-orang yang
mengaku kaum Sufi dengan cara menuntut mereka untuk memberikan dalil-dalil dan
membicarakan tasawuf yang benar dan yang salah.Tentu saja manusia seperti ini
sangat sedikit jumlahnya, karena memang jarang yang sampai kesana.
Semua ilmu tersebut berada dalam Kitab Allah Azza wa Jalla dan Sunnah
Rasulullah.saw.,yang dipahami oleh para ahlinya yang ta mungkin seorang ulama
pun akan mengingkarinya tetkala mereka mencarinya.
Orang-orang yang mengingkari ilmu tasawuf hanyalah sekelompok orang
yang bercirikan ilmu zhahir (kulit).Sebab hukum-hukum yang mereka pahami dari
kitab Allah dan Hadis-hadis Rasulullah.saw. hanya sebatas hukum lahiriah dan
yang layak untuk dijadikan argumentasi terhadap orang-orang yang
menentangnya.Sementara itu, manusia di zaman kita sekarang ini memang lebih
cendrung kesana,karena lebih gampang untuk mencari kedudukan dan posisi dimata
orang-orang awam.Dan cara ini pula yang paling gampang untuk bisa sampai pada
dunia.
Sungguh sangat sedikit orang yang menyibukkan diri dengan ilmu batin
sebagaimana yang telah kami sebutkan.Karena ilmu ini ilmu khusus yang selalu
saja dikepung dengan kepahitan,kepedihan dan rintangan.Sementara mendengarnya
saja akan melemahkan lutut,menyedihan hati,membuat air mata mengalir deras,mengecilkan
yang agung dan mengagungkan yang kecil.Lalu bagaimana menggunakan dan
melaksanakannya secara langsung,merasakan cita rasanya padahal jiwa tidak
cendrung kesana.Sebab ilmu itu berusaha membunuh hawa nafsu,menghilangkan rasa
dan menjauhi tujuan dunia.Karenanya, tak heran jika banyak ulama banyak
meninggalkan ilmu ini,kemudian menyibukkan diri dengan ilmu yang biaya
pengorbanannya lebih murah dan ringan,yang sering mendorong mereka pada
penakwilan,kemudahan-kemudahan dan keringanan,bahkan kadang-kadang lebih
condong pada kenikmatan manusiawi, lebih suka mentolerir nafsu dimana ia
diciptakan sesuai watak dan kodratinya cendrung mengikuti kesenangan dan lari
dari hak dan tanggung jawab._ Dan hanya Allah swt.Yang Mahatahu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan