OLEH HUJJATUL ISLAM IMAM AL GHAZALI
Makna
taat ialah mengerjakan yang diwajibkan Allah SWT dan menjauhi yang dilarang,
dan berhenti pada batas-batas yang ditentukan. Imam Mujahid berpendapat
mengenai firman Allah 'Azza Wa Jalla:
"Dan
janganlah kamu melupakan bagian dari urusan dunia. (QS.28 Al Qashash:77)".
Maksudnya
ialah ayat yang berhubungan dengan hamba mengerjakan ketaatan kepada Allah,
(bukan berkarier).
Ketahuilah
bahwa pangkal ketaatan ialah mengetahui (merasakan hadirnya) Allah, takut
kepada Allah, berharap kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Bila
seorang hamba hatinya kosong dari masalah ini, maka ia tidak bisa merasakan
hakekat iman. Sebab taatnya kepada Allah tidak syah, kecuali setelah mengetahui
wujudnya iman kepada Allah sebagai Sang Pencipta Yang Maha Mengetahui, Maha
Kuasa, dan 1 pun tak ada pengertian yang mampu menjangkau-Nya dan
menggambar-Nya. Tak 1 pun yang mampu menyamai-Nya, hanya Dia Yang Maha
Mendengar dan Melihat.
Ada
orang badui berkata kepada Muhammad bin Ali Husin RA:
"Apakah
kamu melihat Allah ketika menyembah-Nya".
Dia
menjawab:
"Aku
tidak menyembah yang tidak bisa aku lihat".
Badui
bertanya:
"Bagaimana
kamu bisa melihat Dia".
Dia
menjawab:
"Aku
tidak melihat dengan penglihatan mata, namun melihat dengan mata hati
berdasarkan hakekat iman, tidak bisa dirasa dengan panca indera dan tidak pula
seperti manusia. Dan semua bisa diketahui dengan tanda atau alamat tanpa ada
batas keputusan. Itulah Allah, tiada Tuhan kecuali Dia. Tuhannya langit dan
bumi".
Kata
orang Badui:
"Dia
selalu Maha Mengetahui dimana Dia menurunkan risalah-Nya".
Sebagian
orang bijak bertanya mengenai ilmu batin. Dia menjawab:
"Dia
bagian dari rahasia-rahasia Allah, Dia memasukkan dalam kalbu kekasih-Nya tanpa
ada yang melihat termasuk manusia atau malaikat".
Diriwayatkan:
Sesungguhnya
Ka'ab Al Akhbar RA berkata:
"Sesungguhnya
anak cucu Adam AS bila keyakinannya mencapai berat 1 biji akan Keagungan Allah
'Azza Wa Jalla, pasti ia mampu berjalan diatas air dan angin. Maha Suci Allah
yang menjadikan Janji yang lemah untuk menemukan kema'rifatan iman sebagaimana
pengakuan janji orang yang memperoleh nikmat dengan janji lemah dalam hal
syukur kepada-Nya".
Mahmud
Al Waroq berkata:
"Bilamana
rasa syukurku karena nikmat Allah adalah kenikmatan juga, maka aku wajib pula
bersyukur; kemudian dimana batas syukur untuk mensyukuri kecuali lantaran
Anugerah-Nya, sekalipun hari dan umur terus bertambah dan menyatu. Bila ada
penderitaan, pahala jelas mengikuti, dan tiada lagi keduanya kecuali kenikmatan
juga. Jadi amat sempit daratan dan lautan untuk merealisasikan
kenikmatan".
Kalau
ilmu pengetahuan Allah sudah menancap, artinya pengakuan seorang hamba akan
muncul, sebab iman sudah menancap dalam hati. Semua itu menuntut untuk selalu
taat kepada Allah.
Iman
ada 2 macam: lahir dan batin. Iman lahiriah ucapan lisan, dan batiniahnya ialah
keyakinan dalam hati. Orang beriman dalam derajat dekatnya kepada Tuhan selalu
berbeda, namun iman itulah yang menjadi pangkal persamaan mereka menurut ukuran
pemberian dan kekuatan dalam merealisasikan ikhlas kepada Allah, tawakkal dan
Ridho atas Ketentuan-Nya.
Maksud
ikhlas ialah seorang hamba melakukan amal tidak mencari balasan dari Sang
Pencipta. Allah telah menciptakan kamu, juga menciptakan apa yang kamu
kerjakan. Untuk itu ketaatan yang terjadi karena mengharap pahala atau takut
siksa-Nya, maka hamba itu belum memiliki kesempurnaan ikhlas, namun status
dirinya sudah bisa disebut beramal.
Diriwayatkan:
Sesungguhnya
Nabi SAW bersabda:
"Kalian
jangan seperti anjing yang buruk, bila takut dia akan bekerja. Dan jangan
seperti buruh yang jelek, bila tidak diberi upah tidak bekerja".
Allah
SWT berfirman:
"Diantara
manusia ada yang menyembah Allah di pinggir-pinggir (ragu-ragu); bila ada
kebajikan akan tentram, dan bila ditimpa cobaan malapetaka akan berbalik kafir.
Dialah yang didunia maupun di akherat,,,,, (QS.22 Al Hajj:11)".
Merupakan
keharusan bagiku untuk taat kepada Allah. Semua itu lantaran anugerah dan
kebajikan yang dilimpahkan buat kita. Apalagi Dia sudah memerintahkan, sebab
dengan itu akan dilimpahkan anugerah-Nya; yang menjadi pembalasan buat orang
sesat dalam beribadah atau orang taat, semuanya adalah keadilan.
Adapun
tawakkal; kita mengandalkan Allah dalam setiap kebutuhan. Bersandar ketika
terpaksa, percaya jika ada bencana dengan segenap hati dan ketentraman jiwa.
Jadi orang tawakkal ialah meyakini bahwa hanya Dia yang menentukan sebab-sebab
dibawah Kekuasaan-Nya, mereka tidak mengambil sandaran dari ayah, anak, harta,
atau pekerjaan. Melainkan semua urusan diserahkan atas petunjuk-Nya tanpa menggantungkan
pada yang lain kecuali pada-Nya. "Barangsiapa yang menyerahkan semua
urusan pada-Nya, artinya sudah memenuhi kebutuhannya".
Adapun
Ridho; ialah putusan hati atas semua yang dimiliki. Ada ulama berkata:
"Orang
yang paling dekat pada Allah ialah yang paling ridho atas semua yang dibagikan
padanya".
Para
Hukama berkata:
"Banyak
bentuk kegembiraan yang sebenarnya penyakit dan banyak penyakit yang sebenarnya
adalah tobat".
Seorang
penyair menuliskan:
"Banyak
kenikmatan yang disusupkan diantara bencana. Banyak kegembiraan yang mengarah
dan menanti datangnya musibah. Yang terbaik ialah bersabar atas peristiwa yang
melewati masa-masamu, sebab semuanya pasti ada akibatnya. Tiap-tiap kesusahan
ada kegembiraan, dan tiap-tiap yang murni masih ada campuran".
Cukup
buat kita firman Allah SWT:
"Bisa
saja kamu membenci sesuatu yang sebenarnya lebih baik bagimu,,,, (QS.2 Al
Baqarah:216)".
Ketahuilah
bahwa seorang hamba tidak akan memperoleh kesempurnaan taat pada-Nya kecuali
membuang duniawinya. Sebagian Hukum mengatakan:
"Nasehat
akan lebih merasuk ke hati selama hati tidak ada yang menutupi. Dan sesuatu
yang menutup ialah perkara duniawi".
Kata
seorang ulama:
"Kehidupan
dunia adalah sesat, maka jadikan lantaran untuk menuju ketaatan".
Abu
Walid berkata:
"Ketika
aku mengerti bahwa kehidupanku adalah kesesatan, lantas mengapa aku tidak pelit
padanya! Dan membuat ia sebagai jalan kebajikan dan ketaatan".
Ada
lelaki berkata kepada Nabi SAW:
"Apa
kamu punya harta".
Ia
menjawab:
"Punya".
Lantas
beliau SAW bersabda:
Dahulukan
hartamu, sebab seseorang pasti ada di hartanya".
Diriwayatkan:
Dari
Nabi Isa AS, dia berkata:
"Sesungguhnya
kebajikan ada 3 macam:
Ada
di ucapan.
Pandangan,
danDiam
Maka
barangsiapa yang ucapannya bukan dzikir pada-Nya, dia sama dengan bermain-main.
Barangsiapa yang pandangan tidak berniat mengambil pelajaran, artinya ia lupa.
Dan barangsiapa yang diamnya bukan untuk berfikir, maka ia pun telah berbuat
tanpa ada manfaat".
Cara
meninggalkan kenikmatan dunia ialah dengan membuang goresan-goresan fikiran dan
meninggalkan harapan akan kenikmatan itu. Sebab goresan fikir selalu mendorong
keinginan yang ditimbulkan oleh nafsu. Maka takutlah ketika melepaskan
pandangan terhadap yang haram. Karena pandangan itu meleset laksana anak panah
menancap si raja yang menguasai. Nabi SAW bersabda:
"Pandangan
ialah anak panah dari salah satu anak panah iblis. Barangsiapa yang
meninggalkan karena takut kepada Allah, maka Allah akan menganugerahkan iman
yang bisa dirasakan dalam hati".
Sebagian
hukama (orang bijak) berkata:
"Barangsiapa
yang sering melepaskan pandangan akan banyak susahnya. Pandangan sering membuka
rahasia yang membuat orang merasa malu, dan akibatnya bisa lama di neraka
Saqor".
Jagalah
2 matamu, bila kamu melepaskan mereka, mereka akan menjerumuskanmu pada sesuatu
yang kamu benci. Bila kamu mampu menguasainya, kamu pun akan mampu menguasai
semua anggota badanmu.
Dikatakan
kepada Aflatun:
"Manakah
yang lebih berbahaya antara hati, pandangan atau penglihatan".
Dia
menjawab:
"Menurut
hati, dua-duanya laksana 2 sayap seekor burung. Dia tidak bisa terbang dan kuat
kecuali dengan 2 sayap itu. Kadang-kadang satunya dipotong ia pun berupaya
terbang dengan sayap lain sekalipun amat susah".
Kata
Muhammad bin Dlou-i:
"Cukup
bagi hamba menilai kekurangannya disisi Allah dan kerendahannya dihadapan
orang-orang berakal, dimana ia memandang apa saja pasti melintas begitu saja
dihadapannya".
Ada
orang zuhud melihat lelaki yang menertawakan budak muda. Si zuhud berkata:
"Hai
orang yang rusak akal dan hatinya, orang yang rusak pandangannya, tidakkah
engkau malu terhadap para malaikat yang mulia bagian pencatat amal, juga
malaikat yang menjaga perbuatan manusia dan pekerjaannya! Mereka pasti
memandangmu ditimpa bencana dan pengkhianatan yang selalu berhubungan, yang
bisa mencampakkanmu kesana laksana orang tak acuh terhadap dirinya; sementara
semua makhluk memandang padanya".
Imam
Al Qodli Al Arjani berkata:
"Engkau
bersenang-senang wahai 2 mataku, kemudian engkau menuntun hati pada tempat yang
jahat. Wahai 2 belah mataku, tahanlah dirimu buat hatiku, sebab pandangan yang
menyesatkan laksana 2 orang yang saling membunuh".
Ali
KW berkata:
"2
mata adalah jala penjerat syetan. Mata adalah bagian tubuh yang mampu menerobos
dan merobohkan paling cepat. Maka siapa saja yang menyertakan anggota badannya
untuk taat pada-Nya, artinya dia telah mencapai cita-citanya. Dan barangsiapa
yang membiarkan, maka ia sama dengan menghapus amal-amalnya".
Ulama
penyair berkata:
"Manakala
inginkan nafsu menghendaki akherat untuk taat dan tiada hal yang mengganggu
mendorong maksiat, maka ia telah memfungsikan nafsunya pada setiap anggota
tubuh dan itu merupakan kenikmatan dan anugerah. Kelak akan dijemput dalam
perkampungan abadi ketika pundak orang ahli maksiat dipotong".
Kata
Abdullah bin Mubarok:
"Pangkal
iman seseorang ialah membenarkan risalah yang dibawa utusan-Nya. Barangsiapa
yang membenarkan Al Qur an, pasti akan mengamalkan dan akan selamat dari siksa
neraka. Barangsiapa yang menjauhi perkara haram, pasti akan keluar bertobat.
Barangsiapa yang memungut bahan makanan pokok dari yang halal seadanya, pasti
akan menjadi wira-i. Barangsiapa yang melaksanakan kewajiban, maka islamnya
sudah benar. Barangsiapa yang lidahnya jujur, akan selamat dari berbagai macam
tuntutan. Barangsiapa yang menghalalkan penganiayaan, ia akan selamat dari
hukum qishash. Barangsiapa yang mengerjakan kesunnahan, amal-amalnya akan suci.
Barangsiapa yang beramal ikhlas karena Allah, amal baiknya akan diterima.
Diriwayatkan
melalui Abu Darda' RA. Ia berkata kepada Nabi SAW:
Ya
Rasul, berilah aku wasiat. Beliau SAW bersabda:
"Carilah
harta yang halal, beramal shaleh, dan mintalah rizki kepada Allah, sehari demi
sehari serta perhitungkan dirimu diantara orang-orang mati".
Berhati-hatilah
terhadap penyakit menyombongkan diri atas perbuatan baik, (merasa dirinya orang
baik) karena sikap ini termasuk bahaya besar yang mampu melebur amal kebajikan.
Hakekatnya penyakit itu sama dengan mengungkit-ungkit amal terhadap Tuhan.
Kemaksiatan menyebabkan kehinaan dan memecahkan perbuatan baik. Kadang ketaatan
menyebabkan kemuliaan dan berbangga diri.
Berhati-hatilah
terhadap penyakit riya'. Dikatakan firman Allah SWT:
"Jelaskan
bagi mereka akan sesuatu dari Allah yang tidak mereka sangka-sangka. (QS.39 Az
Zumar:47)".
Dikatakan;
Dulu
mereka memandang amal-amal yang dikerjakan didunia sebagai suatu kebajikan,
namun di akherat nampak sebagai kejahatan. Sementara para ulama salaf bila
membaca ayat ini, berkata:
"Celakalah
orang-orang yang punya penyakit riya'".
Juga
ada firman Allah SWT:
"Dan
janganlah dia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Allah. (QS.18
Al Kahfi:110)".
Maksudnya
tidak menampakkan karena riya', justru menyembunyikan karena malu.
Diriwayatkan
melalui Ibnu Mas'ud RA:
Sesungguhnya
ayat terakhir diturunkan ialah......
"Selamatkan
dirimu pada hari dimana kamu dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing
diberi balasan sempurna sesuai yang dikerjakan; sedangkan sedikitpun mereka
tidak didzalimi. (QS.2 Al Baqarah:281)".
Kata
Muhammad bin Basyir:
"Hari
kemarin telah berlalu amat dekat bersaksi dan berbuat adil, sementara hari akan
menjadi saksi semua perbuatanmu. Andaikan hari kemarin ada kejahatan maka ikuti
dengan kebaikan, engkau akan terpuji. Engkau jangan mengharap perbuatan baik
sampai pagi tiba, bisa saja pagi datang dan engkau telah mati".
Penyair
lain berkata:
"Cepat
sekali engkau berbuat dosa, sementara engkau berharap bertobat pada hari akan
datang. Namun kematian datang saat engkau lupa. Demikian ini bukan perbuatan
orang tangguh dan berakal".
Nabi
Daud AS berkata kepada Nabi Sulaiman AS:
Ada
3 hal yang bisa dijadikan pedoman ketaqwaan seorang mukmin:
Tawakkal
terhadap yang belum berhasil.
Ridho
atas yang dihasilkan, dan
Sabar
atas yang terlanjur musnah.
Kata-kata
hikmah terkenal:
"Barangsiapa
yang sabar atas cobaan, ia bisa mencapai kesempurnaan".
Penyair
menuliskan:
Kuatkah
kesabaran ketika ada musibah, sekali-kali jangan gusar. Manakala dunia
menampakkan diri dengan keindahannya, maka sikap bersabar adalah yang terbaik
dan wira-i. Perangilah hawa nafsu dengan membiasakan diri dalam kebajikan dan
wira-i selamanya, pasti tercapai harapanmu tanpa ada yang menyimpang".
Yang
lain berkata:
"Sabar
merupakan kunci dari yang diharapkan, dia tidak henti-hentinya menolong.
Bersabarlah sekalipun melewati malam-malam panjang. Sabar kadangkala membantu
yang susah, kadang memperoleh apa yang selama ini jauh dan tidak mungkin
tercapai".
Penyair
lainnya berkata:
"Sabar
merupakan tali kekuatan iman dan benteng bagi syetan yang menyesatkan. Dalam
kesabaran ada akhir yang amat terpuji. Kalau hari ada bencana, memang
demikianlah kebiasaan waktu. Sebaiknya pakailah petunjuk menuju Ridhonya
Tuhan".
Sabar
terdiri dari berbagai macam:
Sabar
menunaikan kewajiban, mengerjakan dengan sempurna pada waktu-waktu yang
dicintai,
Sabar
melakukan kesunnahan,
Sabar
mengatasi gangguan teman dan tetangga,
Sabar
dengan beberapa penyakit,
Sabar
miskin,
Sabar
mengekang perbuatan maksiat, kesenangan dan barang subhat serta yang tidak
bermanfaat, dan lain-lain.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan