Muhammad bin al-Munkadir bin Abdulah
bin al-Hadir, yang juga dikenal dengan Abu Abdullah al-Qurasyi al-Taimi
al-Madani.
Seorang dari
kalangan Tabi'in (hidup setelah masa Sahabat) dan mendengar hadits dari
beberapa Sahabat Nabi. Sekedar menegaskan bagaimana kedudukan Beliau, Ijma
Ulama menetapkan Muhammad bin al-Munkadir mencapai tingkatan tsiqat
(dapat dipercaya) dan memiliki kelebihan didalam ilmu dan amal ibadah.
Ada Riwayat
menyebutkan bahwa Pada suatu malam, Muhammad bin al-Munkadir mengurung dirinya
di dalam bilik bersendirian.
Tidak ada
yang tahu apa gerangan yang dilakukannya saat itu. Keluarganya telah terbiasa
melihat Muhammad seperti itu. Mereka mengira, paling Muhammad bin al-Munkadir
menyendiri untuk beribadat, mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
ta'ala.
Setelah
beberapa lama, terdengar suara tangisan dari dalam bilik itu. Tentu suara
Muhammad bin al-Munkadir. Tetapi kenapa, dan apa yang menyebabkannya?
Muhammad al-Munkadir menangis begitu lama tanpa henti sehingga
keluarganya merasa cemas. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk mengetuk
pintu. Ketika masuk, tidak ada siapa-siapa lagi di tempat itu selain Muhammad
bin al-Munkadir.
Mereka
bertanya kepadanya mengapa dia menangis. Tetapi, tidak ada jawaban. Malah
tangisannya bertambah kuat sehingga mereka menyangka dia sedang mendapat suatu
musibah. Akhirnya mereka memanggil seorang sahabat yang bernama Abu Hazim dan
menceritakan keadaan Muhammad bin al-Munkadir kepadanya.
Setelah mendapat
izin, maka Abu Hazim pun masuk dan bertanya, "Wahai Saudaraku, apa yang
menyebabkan engkau menangis?"
Alih-alih
menjawab, tangis Muhammad bin al-Munkadir semakin menjadi-jadi, walau suaranya
sudah tidak terlalu keras.
Abu Hazim
sampai harus berkali-kali menanyainya dan berusaha menyabarkan dirinya sendiri.
Akhirnya,
mau juga Muhammad al-Munkadir menjawab. "Wahai Abu Hazim, aku menangis
karena takut setelah membaca ayat Alquran yang berbunyi;
...Dan
jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.
(Qs. 39. Az Zumar : 47)
Mendengar
hal itu, Abu Hazim-pun ikut menangis bersamanya sehingga mereka yang menunggu
di luar menegur Abu Hazim mengapa pula sekarang dia yang menangis, padahal dia
dipanggil untuk menghibur dan menenteramkan hati Muhammad al-Munkadir. Abu
Hazim memberitahu mereka tentang sesuatu yang menyebabkan mereka menangis.
Menurut
anak-anaknya beberapa tahun setelah itu, setiap kali membaca ayat-ayat Alquran,
Muhammad al-Munqadir semakin sering menangis hingga kedua matanya buta.
Menjelang hari kematiannya, wajah Muhammad al-Munqadir tampak gelisah. Ketika
ditanya, "Mengapa kamu kelihatan gelisah?"
Sekali lagi
jawabannya tetap sama, "Aku takut pada ayat Alquran yang bunyinya, 'Dan
telah jelas nyata kepada mereka azab yang mereka tidak pernah pikirkan'."
Sambungnya lagi, "Aku takut siksaan Allah yang tidak pernah aku
perkirakan sebelumnya."
Ketika
ajalnya sudah hampir tiba, Muhammad al-Munkadir kelihatan tenang sehingga
sahabatnya telah melihat wajah Muhammad ketika itu bersinar seperti bulan
purnama. Muhammad al-Munkadir sempat berkata pada hadirin dengan suara yang
tersekat-sekat, "Andai engkau dapat melihat tempatku seperti yang aku
lihat sekarang, niscaya kamu akan senang dan tersenyum."
Kemudian dia pun menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tahun 131 hijrah .
------------------------------------
..dan tidak
ada salahnya kita coba bandingkan diri kita sendiri dengan Abu Abdullah
al-Qurasyi al-Taimi al-Madani ini. Apakah kita seperti itu?..diliputi perasaan
takut terhadap azab Allah.. atau sebaliknya"menurut perkiraan
kita" , "cenderung Kita" merasa aman dari azab Allah???...
Kisah
Muhammad bin al-Munkadir dan Abu Hazim diatas dapat menjadi tolak ukur bagi
kita untuk ber-introspeksi diri dalam mengiringi masuknya bulan ramadhan ini...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan