SYEIKH ABU SAID AL KHARRAZ (si tukang melubangi sepatu)
Allah telah berfirman:
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوْ حِزْبَهُ لِيَكُوْنُوْا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيْرِ
“Sesungguhnya syaithān itu adalah
musuhmu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sungguh ia mengajak kepada
seluruh anggota kelompoknya agar mereka menjadi penghuni Neraka as-Sa‘īr.” (Fāthir: 6)
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ
“Wahai anak Ādam! Janganlah
sekali-kali kalian tertipu oleh syaithān, sebagaimana ia
telah mengeluarkan ibu-bapakmu dari Surga.” (al-A‘rāf: 27)
وَ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ
“Dan syaithān telah menghiasi
segala perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (yang benar).” (an-Naml: 24)
Dalam hal
ini, ‘Abd Allāh Ibn Mas‘ād r.a. berkata: “Malaikat mempunyai iming-iming dan demikian juga syaithān.
Iming-iming malaikat menjanjikan yang baik, sedangkan syaithān
menjanjikan yang jahat.”
Hal ini sebagaimana yang disabdakan Nabi Muḥammad s.a.w.:
إِنَّ الشَّيْطَانَ جَاثِمٌ عَلَى قَلْبِ ابْنِ آدَمَ فَإِذَا ذَكَرَ اللهَ خَنِسَ وَ إِذَا غَفَلَ وَسْوَسَ
“Sesungguhnya syaithān
bersarang dalam hati manusia. Apabila si hamba mengingat Allah, maka syaithān akan
terkejut dan lari. Dan sebaliknya, apabila dirinya lalai, maka syaithān akan
terus berupaya meragukannya.”
Karena
itu, seharusnya kamu kecewakan angan-angan syaithān dengan cara menguatkan hati untuk
mengendalikan semua nafsumu. Tahanlah dirimu dari berbuat salah dan berangan-angan
kosong, karena keduanya membantu syaithān dalam mempengaruhimu dan menguatkan tipu
dayanya terhadapmu. Dan jikalau kamu telah terperangkap tipu-tipu dayanya
terhadapmu. Dan jikalau kamu telah terperangkap tipu dayanya, hendaklah
bersegera melepaskan diri dengan pemikiranmu yang jernih dan mengkajinya dengan
‘ilmu yang telah diajarkan Allah.
Selain
itu, peliharalah hatimu dan kaji apa-apa yang mempengaruhinya. Jika dipengaruhi
hal-hal baik, seperti oleh kebajikan dan ‘ilmu yang bermanfaat, ikutilah dia.
Namun, jika dipengaruhi oleh hal-hal jahat, seperti keburukan dan nafsu keji,
segeralah sucikan dan jangan sekali-kali membiarkannya bermain-main dengan
bahaya. Karena, hal itu akan menjadi hasrat, hasrat menjadi cita-cita, dan cita-cita
menjadi perbuatan.
Ketahuilah,
bahwa Iblīs tidak akan pernah
lalai menggodamu, baik saat kamu terdiam atau berbicara, bersembahyang atau
berpuasa, bekerja atau beristirahat, dalam perjalanan atau di rumah, ketika
seorang diri atau beramai-ramai, atau pun ketika tergesa-gesa atau giat, ketawa
atau menangis, tersembunyi atau terang-terangan, sedih atau gembira, sehat atau
sakit, bertanya atau menjawab, ber‘ilmu atau bodoh, jauh atau dekat, bergerak
atau terdiam, bertaubat atau pun berdosa.
Oleh
karena itu, waspadalah karena syaithān dan Iblīs tidak akan pernah lupa melemahkan
semangatmu, mengurangi keteguhan hatimu, melengahkan taubatmu, atau pun
menyuruhmu menangguhkan pekerjaan-pekerjaan baik yang semestinya segera
dikerjakan. Sebaliknya, ia akan menganjurkanmu menyegerakan perbuatan-perbuatan
yang kalau diperlambat sekali pun, kamu tidak akan bersalah. Itu semua
ditunjukkan untuk memutuskanmu dari berbagai ‘amal kebajikan. Selain ini, jika
kamu sedang mengerjakan suatu ‘amal ‘ibādah, atau kebajikan, maka syaithān akan selalu
mengganggumu dengan selalu mengingatkanmu akan sesuatu pekerjaan penting,
sampai kamu menyelesaikannya.
Di samping
itu, syaithān pun kadang-kadang
menganjurkanmu untuk berpindah dari suatu negeri ke negeri yang lain, seraya
menggambarkan bahwa negeri tersebut lebih baik dan lebih utama, sampai hatimu
sibuk terus memikirkannya. Namun, maksud syaithān yang sebenarnya adalah untuk
menghilangkan pengaruh baikmu di negeri asalmu, yang mana kalau engkau
mengikuti ajakannya, niscaya akan menyesal selama-lamanya.
Karena
itu, hendaklah kamu menjaga diri dengan waspada dari seterumu dan bentengilah
dirimu dalam lindungan-Nya, sebab tiada tempat yang lebih sama selain
naungan-Nya. Jadikan Dia tempat berlindungmu dan peliharalah dirimu dari
perangkap syaithān, terutama ketika
kamu sedang berada dalam kondisi marah dengan cara mengingat bahwa Dia
senantiasa mengawasimu, niscaya kamu akan menghentikan amarah yang akan
mencelakaimu. Dan jika kamu melakukannya, maka seolah kamu mengagungkan-Nya.
Tepatnya, sadarilah bahwa Allah s.w.t. menyaksikan semua perbuatanmu di kala
kamu marah, sehingga dengan sebab perbuatan tersebut, bisa jadi akan menjadikan
Allah murka kepadamu. Lebih dari itu, ingatlah bahwa syaithān akan senantiasa
mengambil keuntungan kala manusia menampakkan kemarahannya serta melakukan
suatu perbuatan yang ada pertimbangan terlebih dahulu.
Adanya
keharusan manusia untuk menjaga diri dari akibat negatif amarahnya, karena
pernah diceritakan bahwa syaithān
telah berkata: “Seandainya manusia terbuat dari besi sekali
pun dan jika dengan hanya berdoa saja ia bisa menghidupkan orang yang mati,
kami tidak akan pernah merasa takut. Sebab pada suatu saat ia pasti akan berada
dalam kondisi marah, dan pada saat itulah kami akan melaksanakan apa-apa yang
kami rencanakan.” (81) Hal ini sesuai pula dengan
firman Allah s.w.t.:
وَ مَن يَعْتَصِم بِاللهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Dan barang siapa yang memegang teguh
(agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus.” (Āli ‘Imrān: 101).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan