SYEIKH ABU SAID AL KHARRAZ (si tukang melubangi sepatu)
Benar
mempunyai banyak pengertian. Pengertian pertama diberikan kepada seorang hamba
yang kembali pada jalan Allah s.w.t dengan cara bertaubat yang sejati. Hal ini
sebagaimana yang disinyalir oleh beberapa firman Allah s.w.t. berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا تُوْبُوْا إِلَى اللهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا
“Wahai, orang-orang yang beriman!
Bertaubatlah kalian kepada Allah s.w.t. dengan taubat yang sebenarnya.”
(at-Taḥrīm: 8)
وَ تُوْبُوْا إِلَى اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman!
Bertaubatlah kalian kepada Allah s.w.t. agar menjadi orang-orang yang beruntung.” (an-Nūr: 31)
لَقَدْ تَّابَ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ وَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ الْأَنْصَارِ
“Sesungguhnya Allah s.w.t. telah
menerima taubat-Nya Muḥammad s.a.w.
orang-orang Muhājirīn dan orang-orang
Anshār.” (at-Taubah: 117).
Langkah Pertama Bertaubat
Langkah
pertama bertaubat adalah kamu menyesal karena telah melalaikan perintah Allah
s.w.t. dan juga karena mengabaikan larangan-Nya, seraya memperteguh hati untuk
tidak akan kembali mengulangi perbuatan-perbuatan yang dibenci-Nya. Hal ini
dibarengi dengan laku terus-menerus memohon ampunan-Nya, mengembalikan semua
harta milik orang lain, mengaku bersalah kepada-Nya dan kepada si pemilik harta
tersebut, senantiasa merasa takut, bersedih, merasa khawatir tidak benar dalam
bertaubat, merasa takut kalau taubatnya tidak diterima, (51) dan tidak pernah merasa aman
karena Allah s.w.t. telah menyaksikanmu berbuat yang dimurkai-Nya, lalu Dia
akan mengutukmu.
Dalam suatu
riwayat, al-Ḥasan al-Bashrī r.a. pernah
berkata: “Aku tidak pernah merasa nyaman, manakala
Allah s.w.t. menyaksikanku melakukan suatu perbuatan yang dibenci-Nya, lalu Dia
berfirman: “Berbuatlah
sesukamu, karena Aku tidak akan mengampunimu.” Dalam riwayat
lain, beliau berkata: “Aku takut jika Allah s.w.t.
melemparkanku ke dalam neraka, sedangkan Dia tidak peduli kepadaku.”
Selain
itu, ada juga sebuah keterangan yang menyatakan bahwa ada seorang ‘ulamā’
yang pernah bertemu dengan beberapa orang yang sudah meninggal. Kala itu, ia
berkata: “Apakah kamu sudah bertaubat?”
Ia menjawab: “Sudah” “Apakah
taubatmu diterima?” tanyanya lagi, bertaubat lagi, sampai kamu
tahu bahwa taubatmu diterima,” katanya. Setelah itu, ia lantas bersyair:
Kesedihan
orang yang kehilangan ayah pasti berakhir
Namun kesedihan orang yang
bertaubat sejati tidak ada akhirnya.
Ciri-ciri Benar dalam Taubat
Di antara
ciri benar dalam taubat adalah menjauhi kawan yang menjadi sebab dirinya
melalaikan perintah Allah s.w.t. Ia harus menjauhi mereka dan menganggapnya
sebagai musuh, sampai mereka mengubah sikap dan kembali ke jalan Allah s.w.t.
Hal ini sebagaimana yang difirmankan oleh Allah s.w.t.:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِيْنَ
“Teman-teman akrab pada hari itu
saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertaqwā.” (62) (az-Zukhrūf: 67).
Ciri
lainnya adalah menghilangkan keinginan hati untuk kembali mengulangi perbuatan
dosa, dan selalu menjaga diri agar tidak kembali mengangan-angankan suatu
perbuatan dosa yang sudah ditaubatinya. Hal ini sebagaimana firman Allah
s.w.t.:
وَ ذَرُوْا ظَاهِرَ الْإِثْمِ وَ بَاطِنَهُ
“Dan hindarilah perbuatan dosa yang
lahir (terang) mau pun yang batin (tersembunyi).” (al-An‘ām: 120)
Oleh
karena itu, jika ada seorang Mu’min yang sudah memperbaiki diri dan hatinya
serta memperdalam pengetahuannya akan Allah s.w.t., niscaya taubatnya akan
menjadi lebih terjaga dan mantap. Hal ini sebagaimana yang disinyalir oleh
sabda Nabi Muḥammad s.a.w.
berikut ini:
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِيْ فَاسْتَغْفِرُ اللهَ وَ أَتُوْبُ إِلَيْهِ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya syaithān juga
menggoda hatiku, maka aku memohon ampunan kepada Allah s.w.t. dan bertaubat
kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali.”
Barang
siapa yang menyucikan hatinya dari segala dosa dan kotoran, hingga cahaya Tuhan
meresap ke dalam hatinya, maka ia tidak akan merasa kesulitan untuk menolak
setiap bencana yang akan datang, melembutkan kekerasan hati yang akan menimpa,
ataupun membantah keinginan untuk berbuat salah, dan lantas bersegera bertaubat
kepada Allah s.w.t.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan